Prolog

22 8 4
                                    

Jakarta

22 Desember 2004,

"Eh Aldi, jadi gak?" tanya Vella kepada seseorang yang sedang menelponnya via telepon rumah.

"Iya, tenang aja, Vell. Gue bakal balikin buku IPA lo, kok. Lo tungguin gue aja di tempat biasa. Oke? Udah ya, mak gue manggil nih soalnya" jawab Aldi sembari pamit untuk menutup panggilan tersebut.

Vella pun menutup teleponnya dan segera turun ke lantai bawah, ke ruang keluarga mencari ibunya untuk pamit pergi menemui Aldi.

"Bun, pamit dulu ya. Aku mau nemuin Aldi, mau ambil buku ama dia" izin Vella yang ternyata tidak digubris sama sekali oleh ibunya.

"Bun, bunda!"

"Kenapa, Vell? Bunda lagi siap-siap mau ke acara temannya bunda" jawab  ibu Vella yang sedang sibuk dengan pakaian yang sedang ia kenakan.

Vella hanya mendengus kesal dan meminta izin lagi "Aku kan bilang Bunda, aku mau keluar ketemu Aldi tapi Bunda gak dengerin aku"

"Iya sayang, tapi pulang jangan kemaleman ya. Nih bantuin Bunda masangin kalung"

Vella pun mengikuti permintaan ibunya dan mengambil kalung yang sudah dipilih, lalu memasangi kalung tersebut di leher cantik ibunya.

"Oh ya, Vella! Astaghfirullah, Bunda lupa. Bella dan Shilla gak ada yang jagain. Ayah juga belum pulang" raut wajah ibunya panik, Vella pun hanya menghela nafasnya.

"Yaudah, Bun. Aku yang bakal jagain"

"Lah bukannya kamu mau keluar ama Aldi?" tanya ibunya yang kini sibuk dengan ponselnya, mencari kontak ayah Vella.

"Ya kan Vella bisa bawa mereka berdua, lagian Vella cuman mau ngambil buku kok. Bukan mau main" Bunda menatap ragu lalu mengangguk kemudian.

"Oke. Bunda pergi dulu ya. Jangan lupa kunciin rumah. Kalo Mas Ridho datang, bilang pesanan beras mau datang hari ini"

Bunda Vella memiliki toko yang cukup besar, Mas Ridho adalah pekerja toko tersebut. Untuk kompleks tempat tinggal Vella yang cukup ramai, membuat toko tersebut banyak pelanggannya.

"Bunda pergi dulu ya"

"Iya, hati-hati ya Bun" ucap Vella yang memandangi punggung ibunya yang semakin lama semakin menghilang dari tatapannya.

'Oh, udah jam 4' batin Vella memperingatkan kalau ia harus menemui Aldi.

Tapi ia tak melupakan kedua adiknya.

💙💙💙

Di sinilah, Vella dan Aldi. 
Di depan rumah Mbok Asih adalah tempat mereka biasa bertemu. Kompleks mereka memang ramai. Banyak yang anak-anak sebaya mereka, ada komplotan yang seumuran kakak pertamanya, Rian. Ada kumpulan teman-temannya Vella dan Aldi yang sering bermain di lapangan dekat kompleks mereka. Jika bisa dikategorikan, kompleks mereka menjadi kompleks terdamai di Ibukota ini.

Vella disini tidak sendirian, ada Shilla disini. Shilla adalah anak paling bungsu di Keluarga Rahardian. Vella juga bingung, ternyata ada Rega juga disini, adiknya Aldi yang sekarang lagi  digandengan Aldi.

"Loh Rega juga ikut, bukannya dia masih sakit, Di?" tanya Vella yang bingung akan kehadiran Rega.

"Tau nih, dianya gak mau ditinggal sendiri. Shilla disini juga pasti gak ada yang jagain kan?"

"Berarti nyokap lo juga lagi ke acaranya Tante Nia?"

"Ya kan lo tau sendiri, nyokap kita temenan. Ya pasti lah" Aldi mengambil sesuatu dari kantong belakangnya "Nih, buku lo. Makasih ya. Btw, Bella sendirian di rumah?"

"Ih kok lo lipat bukunya sih, tuh kan buku gue jadi jelek gini"  Vella yang menatap nanar bukunya yang terlipat tidak menjawab pertanyaan Aldi.

"Yaelah, Vell. Lo tau kan gue harus gendong si Rega yang masih sakit. Masa gue biarin dia jalan"

Vella dan Aldi pun hanya berdebat soal buku mereka, hingga lupa apa yang adik mereka lakukan. Rega yang sedari tadi sudah tidak disamping kakaknya yang kin duduk di bangku kecil depan rumah Mbok Asih, menatap Shilla, sedangkan yang ditatapnya hanya bersembunyi malu di belakang Vella.

Rega melambaikan tangannya, memanggil Shilla, Shilla pun duduk dengan malu-malu di samping Rega.

"Hai, kamu adiknya Kak Vella ya? Namaku Rega" ujar Rega sembari mengulurkan tangannya.

"Hai, Namaku Shilla" Shilla menjabat tangan Rega yang ada di depannya. Dua anak berumur 4 tahun ini pun hanya bisa tertawa.

"Kak Vella! Mas Ridhonya udah dateng!" teriakan kecil itu membuat mereka berempat menoleh ke arah suara itu. Itu Bella, adiknya Vella dan kakaknya Shilla.

"Shilla ayo balik. Di, gue balik dulu ya. Mau ngurusin barang di toko nyokap gue" pamit Vella lalu menarik tangan Shilla untuk pergi, sebelum Vella pergi Vella menyubit pipi Rega dan pamit kepada Rega. Shilla yang disampingnya hanya tersenyum bahagia melihat hal itu. Rega pun tersipu malu.

Yang mereka tidak ketahui adalah ketika mereka berjabat tangan, ada takdir yang akan mengikat mereka.

💙💙💙

Hai, ini cerita baru aku yang aku postingan aku. Kalian bakal kenal dengan kehidupan kecil Shilla yang sebenarnya sederhana namun tiba-tiba menjadi rumit.

Mohon dukungannya ya, komentar dan like kalian sangat berarti.

Love you guys, XOXO

Puppy LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang