"Apa yang kita lihat belum tentu benar. Lihatlah dari berbagai sisi agar tidak mudah menjudge orang dengan mudah!"
(Dio Alexandra)
Dua orang yang berbeda mengikuti Diego dari belakang. Orang pertama adalah seseorang yang menyembunyikan kasih sayangnya dengan kebencian. Siapa lagi dia kalau bukan Alex. Ia tidak pernah membenci adiknya. Sikapnya yang begitu jahat hanya sebagai tameng agar adiknya turut membenci ibunya.
Alex mengikuti Diego dengan bersembunyi di setiap semak pepohan rimbun yang ada di gang menuju rumahnya. Melangkahkan kaki di semak tersebut tidak akan terlihat dari jalan. Alex memastikan Diego tiba di rumah kebenciannya dengan selamat tanpa kurang apapun.
Ia begitu mengkhawatirkan keadaan adiknya. Mengantisipasi agar kejadian yang pernah dialami Diego tidak terulang kembali harus dilakukan Alex. Dulu saat mereka masih SMP, Diego pernah nyawanya hampir melayang karena ditabrak oleh mobil dengan pengendara yang tidak bertanggung jawab. Saat itu Diego memang pulang sendiri, Alex saat itu sedang ada latihan tim basket yang akan tanding di kancah nasional.
Memang kejadian itu sudah berlalu. Alex tidak mau melihat Diego terbaring lemah di brankar yang tidak pernah diimpikan oleh manusia di dunia ini. Pelaku tabrak lari waktu itu tidak bisa ditemukan. Walaupun papanya dan kakeknya telah menyewa detektif handal. Tidak adanya saksi mata dan jejak membuat pelaku tidak bisa ditemukan. Papanya yang saat itu masih leluasa menghirup O2 menduga kalau pelakunya adalah lawan bisnisnya yang ingin menghancurkan keluarga Bramantyo Hermanto.
Tidak peduli umur Diego yang sudah remaja menginjak dewasa. Ia tetap memperlakukan Diego seperti halnya adik kecil yang selalu membutuhkan kasih sayang. Perhatian yang Alex berikan tidak harus nampak. Cukup ia memantau dari jauh dan memastikannya. Perhatian yang nyata itu bukan dari ucapan manis saja. Tindakan nyata merupakan bentuk perhatian yang sesungguhnya. Sisi Alex yang begitu menyayangi adiknya tidak diketahui oleh siapa pun. Cukup dirinya dan Tuhan yang mengetahui. Inilah sifat Alex disisi lain. Apa yang kita lihat belum tentu benar. Lihatlah dari berbagai sisi agar tidak mudah menjudge orang dengan mudah!
Alex beranjak setelah ia memastikan Diego sudah memasuki pintu gerbang yang terasa seperti pintu neraka baginya. Ia membalikkan badan dan kembali menuju sekolah untuk mengambil motornya. Motor hijau dengan plat 6023 melintasi Gang Pekalongan no 2001. Ia memasuki rumah no 06 yang didominasi warna putih. Rumah itu adalah rumah Reza, sahabat karib Alex.
"Za, gue bermalam disini lagi ya kayak biasanya." "Siap, apasih yang gak buat lo, makan dulu gih. Gue udah masak buat makan siang." Reza adalah seorang anak rantauan dari daerah yang jauh disana. Sebut aja daerah 'Jawa Barat'. Ia diam di rumah kontrakan yang tak jauh dari sekolahnya. Rumah kontrakan yang hanya dihuni oleh Reza membuat ia lebih leluasa untuk mengajak teman – temannya menginap di rumahnya, seperti halnya Alex yang hampir selalu menginap disini.
"Eh lo tidak dimarahin kalau selalu bermalam disini. Kasih tuh, nyokap lo yang selalu khawatirin." "Nyokap? Dia bukan mama gue. Gue udah tidak menganggap dia sebagai mama gue." "Alex teman gue yang sebenarnya baik hati. Lo gak boleh bersikap seperti itu sama orang yang membuat lo hadir di dunia ini, kalau ada masalah itu diselesaiin baik - baik." "Yeah" jawab Alex dengan ogah – ogahan. "Ih irit banget bang jawabnya." "Suka – suka gue dong Za." "Terserah lo deh." "Gue masih mikirin itu, entah lah biarin gue mikir dulu." "Gue doain biar hati lo cepat terbuka"
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret of My Love
Ficção AdolescenteSebuah kisah asmara antara dua insan yang tidak terlalu jelas identitas dari salah satunya. Akankah perasaan mereka akan terbalaskan antar satu sama lain? Akankah latar belakang mereka menjadi penghalang? *Ini cerita yang aku release pertama, dulu p...