Rama, kini biarlah aku bercumbu dengan gelap gulitanya malam,
menapaki setapak kemala di atasnya bulan sagga dan olehnya rasa dipuja
dan atas segala sangka prasangkamu, engkau terbenam di ujung lamunan, takzim tatapanmu pada kesangsian
Haruskah aku engkau suluti api kedengkian dirimu, tak benar tak risau,
kalau benar aku ingin tetap menatap wajahmu yang syak
meskipunlah mengerti aku api itu adalah kehendak rindumu yang abadi
Rama, mengapa kau tak berkata-kata
bukankah diri ini telah menampakkan kebenaran,
tak mungkin pula hati ini terjatuh pada bujuk duniawi Rahwana walau durja
Rama, jikalau benar aku akan mati dalam api kesangsian(kerinduan)-mu,
rela-lah aku berpisah denganmu
tapi, sungguhkah engkau tak menyesal?
sungguhkah engkau tak mengasihani diriku?
Kini, bayu telah mendesau temaram
begitu pula cintaku, percayalah,
hancur lebur Alengka oleh cintamu,
adapun cintaku sungguh jauh lebih dahsyat
Rama, kekasihku, cintaku tak butuh engkau mengingat, bahkan membalas budi atas ikhlashku
KAMU SEDANG MEMBACA
Ya tidak?
RandomTerjemahan dari berbagai rasa yang ada pada hati manusia karena sesungguhnya apa yang kau pikirkan tentang perasaanmu, terkadang bukanlah sebuah kebenaran. Apakah benar cinta yang kau pikirkan selama ini adalah untuk selalu bersama untuk selamanya...