Je t'ai, tu m'as (2) END

1.8K 79 6
                                    

"Elena," bisik Dawson lirih. "Selamat pagi."

Dawson bergerak, memberi kecupan manis di kening Elena. Dawson mengangkat sikut tangannya dan menidurkan kepalanya di tangan tersebut. Dawson mengangkat telunjuknya, membuatnya menari menjajahi lekukan wajah Elena yang menawan.

"Menurutmu... mereka akan keberatan kalau mereka tahu kita bercinta di rumah mereka?" gumam Elena yang masih terpejam dengan lucunya.

Dawson terkekeh pelan. "Hey... mereka tidak akan pernah tahu."

Elena perlahan membuka matanya. Dawson terkekeh memperhatikan Elena yang memicingkan matanya. Kecupan pagi saling diberikan oleh keduanya dengan mesra. Dawson meraih pinggang wanitanya dengan lembut agar mereka semakin rekat sembari masih berpagutan dengan hangatnya.

"Hey," Elena mengusap garis rahang Dawson dengan lembut. "Aku ingin membeli benih bunga matahari dan menanamnya kembali di rumah kita."

Dawson tersenyum lebar. "Rumah kita? Ku rasa itu masih rumahmu, Elena."

"Hey, ayo berkebun lagi. Kau mau, kan?" tanya Elena lembut dan penuh pengharapan.

"Tentu saja!" Dawson mengeluarkan kakinya dari selimut dan lekas bangkit dari tempat tidur. "Kau mau mandi?"

Elena perlahan bangun dan memiringkan kepalanya memandangi wajah Dawson. "Tentu saja, Leigh."

.
.
.

Mariah dan Gregor tengah menunggu musim kering yang berbahagia karena telah menemui musim hujan yang menyembuhkannya. Elena, musim kering yang dimaksud masih kebingungan memilih pakaian yang akan ia kenakan hari itu. Sudah kesekian kalinya Elena mengganti bajunya dan mencocokkannya dengan apa yang dipakai Dawson Leigh, sang musim hujan. Dawson sedikit frustasi melihat Elena yang sangat cemas dengan penampilannya.

"Kau selalu cantik. Jangan terlalu cemas dan khawatir." Bujuk Dawson.

Elena mencebik pelan. "Tapi aku harus terlihat sempurna."

"Hey, lihat aku," Dawson bangkit dari tepi tempat tidur. "Kau sudah sempurna. Apa lagi yang harus diperbaiki, Elena Wieler?"

Elena yang menghentikan aktifitasnya hanya bisa cemberut mengerucutkan bibir ranumnya. "Kau berkata jujur?"

Dawson mengangguk seraya mengerjap mengiyakan. "Dengar, aku akan menunggu di luar dan... gaun itu adalah yang paling bagus untukmu." Dawson memberikan seulas senyuman tulus pada Elena.

Elena tersenyum. "Baiklah... kau tunggu di luar. Lima menit lagi." Elena mencoba meyakinkan Dawson dengan imutnya.

Dawson tertawa pelan. "Baiklah baiklah... lima menit." Dawson berjalan menuju pintu keluar dan memutuskan untuk menunggu di luar. Selagi ia menunggu kekasih hatinya, Dawson membicarakan beberapa hal serius dengan Mariah dan Greg.

.
.
.

Elena membuka pintu dan lekas menuju ruang makan. Namun, ia terpana kala melihat taman dan lorong menuju ruang utama dipenuhi hiasan menawan seperti dedaunan, bunga matahari, ranting-ranting, lampu kecil yang dipasang sedemikian rupa di bawah langit-langit rumah.

Elena perlahan menarik napasnya. Di setiap lima langkah yang Elena ambil, akan ada sepucuk surat menantinya. Lima langkah pertama, Elena disuguhkan surat pertama yang diikat dan tersemat bunga kecil di atasnya. Elena menurunkan badannya dan meraih surat tersebut. Ia membukanya dengan perlahan.

Dan surat pertama mengatakan;

Dear Elena,

Hari ini aku memberanikan diri, menawarkan diriku sebagai pelindungmu.

DUST IN THE WINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang