Dia, Cindy, begitulah namanya. Entah darimana awal mulanya, ia dengan tega dibuang dan ditinggalkan. Kini ia sendiri, kenikmatan dunia untuk pertama kalinya dirasakannya. Seorang lelaki menggagahinya, memberikannya 'donor' yang mungkin saja akan segera tumbuh 'kecambah' didalam perut langsing itu.
"Aku tidak mengenalmu, tapi, sudah terlambat untuk menyesali semua." Ucap Cindy tatkala ruangan mulai dipenuhi sinar matahari pagi.
"Panggil saja Rio, sesuai dengan apa yang kau sebut pertama kali jumpa denganku." Jawabnya halus-- dua tubuh itu masih tanpa sehelai benang.
Rio mengecup bibir Cindy dengan perlahan. Tidak ada perlawanan, ia, Cindy dengan senang hati dan dada terbuka menerima dan melemparkan senyumnya (dada benar-benar masih terbuka! Memperlihatkan bongkahan payudara yang kini bukan dimiliki sang gadis perawan.)
"Rio."
"Ya?"
"Kau sudah menikmati tubuhku. Dapatkah kau menjagaku?"
"Tentu saja!" Jawab Rio penuh percaya diri. Cindy nampak manis dihadapannya, cantik dengan lesung pipi kiri dan kanan.
×××
Waktu menunjukkan pukul 11.00, Hotel 18 (benar nama hotel) masih menjadi favorit Cindy merebahkan tubuh montoknya yang kian berbentuk hanya karena remasan yang mendarat di payudara dan pantatnya. Tak ada tempat tujuan, tak ada jalan pulang, bahkan hotel ini, hotel 18 bukanlah daerah tempat tinggalnya. Ia dibuang jauh entah dimana saat ini.
Rio keluar dari kamar mandi. Masih berbungkus handuk, ia tatap mata Cindy penuh kehangatan, penuh cinta, juga nafsu. Bagaimana tidak, sungguh rejeki nomplok kata 'pria hidung belang!'. "Mana ada seorang gadis, bertemu pertama kalinya dengan seorang pria tak dikenal dan dengan rela juga bertenaga melakukan seks atas kehendaknya sendiri?". Cindy membalas senyuman itu.
"Tidakkah kau ingin mandi? Bathtub didalam nyaman sekali."
"Aku sedang tidak mood untuk mandi." Jawab Cindy dengan tatapan kosong mengarah ke sebuah bantal dihadapannya.
"Bersamaku?" Tanya Rio alih-alih bercanda-- menggoda Cindy untuk mandi.
"Aku mau." Jawaban Cindy atas pertanyaan Rio sungguh mengejutkan. "Aku mau jika berendam bersama dirimu. Mandilah lagi." Pinta Cindy. Wajah tak bercanda, Rio hanya bisa menelan peluhnya.
Cindy mulai meloroti pakaiannya. Tanpa benang, kembali terlihat payudara menantang dan vagina yang masih terlihat rapat. "Ayo mandi." Sahut Cindy sekali lagi setelah satu langkah melewati Rio. Dibukanya handuk Rio, terlihat penis tegang disana. Cindy tak heran, tubuhnya memang menggoda, dia sadar itu.
Keduanya mulai berendam dengan air hangat. Bathtub yang cukup luas membuat keduanya lebih leluasa tanpa perlu memikirkan ruang. Cindy tenggelam dalam pelukan Rio. Air bening tepat menampakkan lekukan tubuh Cindy dengan sempurna. Tangan Rio sontak menjalar kemana-mana.
"Rio gak boleh nakal." Ucap Cindy tanpa melepaskan pelukannya, masih pada posisi semula.
"Apa?! Aku hanya ingin menggosok punggungmu dengan sabun."
"Semua orang tahu bahwa sabun lenyap dibawah air." Cesss! Rio gagal mengelak, mengembalikan posisi tangan kanannya semua, memegang ujung bathtub.
Air itu mulai terguncang, ada sesuatu dibawah bersamaan dengan penis Rio yang semakin tegang. Cindy dengan senyum tersembunyi dan tangan yang nakal ternyata mengocok pelan penis Rio yang berada dibawah air. Nafsu mulai bangkit, tak terelakan, tubuh Rio sedikit menjepit tubuh Cindy, dilakukannya remasan payudara membelakangi tubuh Cindy. Penis Rio berada ditengah-tengah selangkangan Cindy sedang tangan Rio keduanya sudah mulai memilin puting payudara Cindy.
"Apakah seks disebuah bathtub akan terasa menyenangkan?" Cindy melepaskan bibirnya yang tengah dikulum oleh Rio.
"Entahlah." Jawabnya singkat sambil mengangkat bahu. "Tapi jangan, mungkin akan terasa aneh jika penisku masuk bersamaan dengan air ini kedalam tubuhmu." Lanjut Rio lalu memeluk pelan tubuh Cindy. Kocokan yang dilakukan Cindy terhenti. Rio merasa tanggung namun tak bisa dipungkiri bahwa ia pun tak ingin membuat Cindy kecewa.
"Apakah aku salah menilaimu sebagai pria yang baik? Sedangkan kau telah menelanjangiku dan merenggut keperawananku semalam?"
"Itu keputusanmu. Tak bisa berbohong, aku memang bernafsu padamu." Jawab Rio jujur semakin membuat Cindy heran. "Aku akan membasuh tubuhku lalu keluar, kamu menyusul lah." Rio berdiri keluar dari bathtub, membilas tubuhnya lalu keluar kamar mandi, disusul oleh Cindy yang juga membasuh tubuhnya."
×××
KAMU SEDANG MEMBACA
HOTEL - Cindy's Sex Story
RomantizmSexual Warning! +21 Setiap part terdapat adegan seksual! Cindy, gadis 18 tahun harus menelan pahit getirnya kehidupan. Keluarga yang amat sangat dicintainya dengan tega meninggalkannya. "Aku ingin! Berikan padaku!" Cindy dengan wajahnya yang sudah d...