Kita hidup bukan dengan omongan orang lain sebagai bahan bakarnya.
-------------------
Banyak orang bilang 'tetaplah berada didalam arus maka hidupmu akan aman'. Bagiku tidak begitu penulisannya. Hidup adalah hal yang harus kita pertanggungjawabkan. Ibarat sebuah buku yang berisi catatan-catatan hidup yang kita jalani, ditulis oleh tinta kejujuran serta kebohongan. Dan kita mengisinya dengan apa yang kita suka, dengan apa yang kita anggap baik.
Sayangnya, dunia tidak seindah apa yang kamu pikirkan. Sebaik apapun dirimu pasti ada saja orang yang tidak menyukainya. Membuat air matamu luruh, dadamu terasa sesak hingga mengunci diri.
Tapi dibalik itu semua, masih ada orang-orang yang menunggumu menggenggam tangan mereka, orang-orang yang selalu membuatmu bahagia, yang selalu ingin kau jaga dengan segenap hati dan raga.
Ya, setidaknya masih ada orang baik, hidupmu tidak akan sesengsara dipenjara.
--------
"Coba tebak siapa yang sedang melawan siapa." Lisa bergumam pelan. "Seandainya ada yang jual lakban item, gue beli selusin. " Nuka menutup bukunya dan memijit keningnya.
"Beli sana, nanti gue gampar lo."
"Apa setiap hari lo kaya gini? Gak heran lo selalu gagal menjalin hubungan pertemanan." Ucapan Nuka membuat Lisa memanyunkan bibirnya. "Gue melakukan sewajarnya, lagian gue mencoba buat gak terlalu kaku sama mereka." Lisa mencebik.
"Halah, masih untung ada Oci. Terakhir kali temen sebangku Lo pindah haluan, gara-gara gapernah diajak ngomong."
Lisa mencebik, "Harusnya dia duluan yang ngomong. Kayak Oci, kayak Lo."
Lisa tahu Nuka adalah orang yang baik, maka dari itu semenjak masuk SMA mereka sudah sangat dekat. Keduanya benar-benar saling bergantung, dan benar-benar saling mengerti satu sama lain. Karena apa. Oke, kembali lagi. Karena Lisa tahu Nuka adalah orang yang baik.
"Gue mau temenan sama Lo juga karena Lo ngajak gue ngomong duluan."
Nuka mengehembuskan nafas kasar. "Kalo misalkan gaada yang ngajak Lo ngomong waktu itu, mungkin sampai detik ini Lo gapunya temen."
Lisa melipat tangannya."Gue merasa disudutkan," ucap Lisa. "Memang." Nuka menjawab nya santai.
Lisa kembali mendelik .
"Kenapa tiba-tiba lo ngajak gue kesini?"
"Ga boleh? Yaudah ayo pulang."
"Bukan gitu maksudnya Nuka," Ucap Lisa kesal. "Kenapa? Emangnya lo gasuka taman? Aneh.""Kenapa akhir-akhir ini lo jadi lebih banyak ngomong ya."
"Gue juga mempertanyakan hal yang sama." Lisa diam, memandang danau didepan mereka.
Mengunjungi taman di Hari Sabtu memang bukan ide yang buruk. Satu-satunya hal buruk yang terjadi adalah Nuka yang tutup mulut dan memilih larut dalam buku nya.
'Ngapain dia ngajak gue kesini kalo gue dianggurin ,lama-lama gue bisa dilalerin.'
Lisa memasang wajah kesal, memanyunkan bibir, mengetuk kursi kayu yang mereka duduki, memainkan kedua kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elected
Teen Fiction"Aku ingin kamu tahu, tapi aku tidak mau jelaskan. Jadi, baca saja ceritanya. Mungkin kamu mau lebih mengerti aku." - Lisa.