Warga kota dihimpit kesibukan fana
terus jauh menelan sinar matahari di dalam sungai jiwa mereka.
Buah fikiran dan sesalan masa lalu berputar
terus jauh menelan sinar bulan di dalam rangkuman semesta jiwa mereka.
Dengan secangkir kopi susu;
Aku menulis puisi ini di jendela senja yang
menjadi jambatan antara matahari dan bulan.
Aku abadikan pandangan ini di jendela senja yang
menjadi jambatan antara jiwa manusia;
yang terlalu sibuk mengejar kesibukan fana.

YOU ARE READING
Sejarah Dari Mata Pengalah
PoetryKumpulan puisi dan prosa tulisan M. Firdaus Kamaluddin.