CHAPTER 1
WHEN I SEE YOU AGAIN
Sepuluh Tahun Kemudian…Delilah menjatuhkan pantatnya di atas bangku taman. Beberapa selop rokok yang ada di tangannya dia letakkan begitu saja di sampingnya.
Masih tersisa empat selop. Itu artinya masih ada empat puluh pak rokok yang harus dia jual kalau hari ini dia mau mencapai target. Tapi bagaimana dia bisa mencapai target kalau dia merasa kakinya sudah pegal bukan main seperti sekarang?
Delilah melepas sepatu hak tinggi berwarna putihnya. Jemarinya terlihat kemerahan. Sedangkan tumitnya benar-benar terasa pegal lantaran sejak tadi dia terus berjalan untuk menawarkan rokok pada orang-orang yang ditemuinya.
Sudah tiga bulan dia menjalani profesi ini, menjadi seorang SPG yang menjajakan rokok ke sana kemari. Sebelumnya dia sempat bekerja menjadi seorang pelayan di sebuah kedai kopi. Namun kedai kopi tersebut akhirnya tutup karena sepi pengunjung.
Pekerjaan barunya membuat gadis itu harus berjalan kaki sambil memakai sepatu dengan hak sepuluh senti. Ditambah, dia harus menawarkan produk yang dijualnya di tengah terik matahari seperti ini. Adakalanya pula, dia harus menawarkan rokok sampai malam jika target hariannya belum tercapai hingga sore. Pekerjaan dengan target tinggi namun lebih sering dipandang sebelah mata oleh orang lain itu terkadang membuat Delilah ingin berhenti saja.
Tapi dia tidak mungkin berhenti. Tidak saat dia harus memperoleh uang tambahan untuk membiayai hidupnya. Meski dia tidak perlu pusing memikirkan biaya kuliah karena beasiswa yang didapatkannya dari kampus, tetap saja dia harus bisa mendapatkan uang tambahan agar dia bisa bertahan hidup. Memangnya siapa yang akan membayar biaya keperluan pribadinya, biaya untuk membeli buku, juga biaya-biaya lainnya kalau bukan dia sendiri? Beban ibunya untuk membiayai sekolah adiknya yang masih SMP sudah berat. Sebagai anak sulung, Delilah tentu tidak ingin turut menjadi beban bagi ibunya. Tidak saat dia merasa dia sudah mampu berdiri di atas kedua kakinya sendiri.
Gadis itu mengedarkan pandangan ke sekeliling. Teman-temannya yang lain masih terlihat bersemangat menawarkan produk yang mereka jajakan di sekitar area taman. Di akhir pekan seperti ini, kondisi taman selalu terlihat lebih ramai dibanding hari biasa. Namun seiring dengan makin tingginya matahari, kondisi taman akan berangsur-angsur sepi. Dan yang tersisa sekarang hanya segelintir orang saja yang masih bertahan di sana.
Delilah memutuskan untuk beristirahat sejenak sambil memainkan ponsel. Ada satu obrolan masuk yang ditujukan untuknya. Saat dibuka, ternyata Nayaka, adiknya, mengirimkan sebuah video untuknya. Video tersebut memperlihatkan adiknya yang tengah berlatih tari. Dia ingat bahwa dua minggu lagi, adiknya akan mengikuti kompetisi tari tingkat nasional. Karena itu, Nayaka yang usianya terpaut lima tahun darinya harus menambah jam latihan hingga membuat kakak-beradik itu nyaris tidak pernah bertemu selama satu bulan ini, meski mereka tinggal di bawah atap yang sama.
“Sendirian?” tanya seseorang saat Delilah tengah sibuk menatap layar ponselnya sambil tersenyum.
Gadis berambut sepunggung yang diikat tinggi-tinggi itu mendongakkan kepala. Seorang laki-laki berperawakan tinggi yang mengenakan jaket kulit dan jeans abu-abu berada di hadapannya. Laki-laki itu tengah menatapnya dengan satu senyuman tersungging di bibirnya.
‘Pakai jaket kulit siang bolong begini emang nggak panas apa?’ batin Delilah.
KAMU SEDANG MEMBACA
WRAPPED AROUND YOUR FINGER
RomanceDelilah pernah dipertemukan dengan seorang malaikat saat usianya sepuluh tahun. Pertemuan yang hanya berlangsung kurang dari tiga puluh menit itu terpatri erat dalam benaknya selama bertahun-tahun. Bagaimana bisa dia melupakan orang yang pernah meng...