Chapter 2

2.7K 111 5
                                    

Aldi berjalan gontai menyusuri koridor menuju parkiran khusus motor disekolahnya. Ia merasa kali ini seperti ada yang kurang jika tidak menjahili rival nya itu, Sella. Aldi memang dari awal event dimulai tidak bertemu Sella. Sekalipun melihatnya, itupun hanya sebentar. Entah kenapa pikiran nya sekarang tertuju pada Sella.

Aldi jadi ingat insiden tahun lalu, dimana ia dan Sella pertama bertemu. Di kantin Sella sedang membeli siomay, Aldi dengan jahil nya menaruh kecoa mainan di makanan Sella, alhasil Sella menjerit dan melempar siomay tersebut lalu mengenai seragam Aldi. Senjata makan tuan namanya. Ia ingat ekspresi Sella waktu itu, ia juga ingat rasanya jambakan dari Sella untuk pertama kali nya. Sakit. Habis dijambak Sella ia jadi pusing kepala nya sampai jam pelajaran berakhir.

Sella.

Sella nya yang selalu sinis jika ditatap Aldi, yang selalu ganas jika dijahili, yang selalu ia rindukan jika tidak bertemu nya sehari saja. Aldi jadi senyum-senyum sendiri mengenang hari nya bersama Sella.

Ia tidak suka, tidak kagum, tidak cinta apalagi sayang. Ia juga tidak tau perasaan seperti apa yang bisa ia beritahu kepada pembaca saat ini.

"Sel, gue kangen lo hari ini" batin Aldi saat ia mulai memindahkan motor ninja nya.

"ALDI!!!"

▶️▶️▶️

"Sella woy gece ikut gue sekarang!!" Aldi menarik paksa Sella yang sedang menunggu jemputan di ruang tunggu.

"eh apansi lo ngatur tau ga?!" Sella yang merasa sedikit terkejut dengan keberadaan Aldi pun mulai protes. Biasa, rutinitas nya memarahi Aldi.

"ikut gue sekarang! kalo lo gamau, lo gue cium" ancam Aldi dengan tampang serius nya. Padahal ia tidak berniat begitu kepada Sella, tapi untuk membuat Sella nurut kepadanya memang sangat susah. Jadi ia mengancam hal yang mungkin membuat Sella takut. Atau ilfiel?

"ihh geli gue Al, iya iya gue ikut tapi awas aja lo macem-macem sama gue, kepala sama badan lo bakalan pisah!!" ancaman balik dari Sella yang membuat Aldi tertawa geli.

Aldi langsung menarik pergelangan tangan Sella dan membawa nya untuk naik ke motor. Ia bisa merasakan Sella memang tidak nyaman diperlakukan seperti ini oleh Aldi. Ia sebenarnya memang tidak ingin memaksa kalau bukan ada yang menyuruh nya.

"motor? lo nyuruh gue pulang bareng lo gitu?" Sella yang merasa kebingungan berusaha melepaskan genggaman Aldi yang sangat kuat. "lepasin Al, tangan gue sakit" ia mengerucutkan bibirnya sebagai tanda bahwa ia tidak suka diperlakukan seperti ini oleh rivalnya sendiri.

"kalo gue lepas nanti lo kabur, gue gamau lo kenapa-kenapa" jawab Aldi lalu menatap Sella lekat-lekat.

"Sel, nurut sama gue hari ini aja, please" mohon Aldi yang membuat Sella malah tambah bingung. Aldi pun melepaskan genggaman nya. Ia melihat pergelangan tangan Sella sedikit memerah karena didekap kuat olehnya.

"sakit Al, tangan gue merah ni gamau tau tanggung jawab" protes Sella sambil menyodorkan tangan kanan nya itu.

Aldi menatap sekilas tangan Sella lalu memegang nya. Mengelus bagian yang merah itu lalu berkata "cepet sembuh ya tangan, maafin Aldi juga ya".

Sella tersenyum melihat tingkah Aldi yang konyol ini. Kadang ia susah ditebak. Ia bisa menjadi musuh, teman atau.. Atau apa? Sella pun tidak tahu.

"Aldi, lo abis kepentok tiang ya? Otak lo geser? Atau abis dapet hidayah? Kok tiba-tiba jadi baik gini sama gue?" Sella menatap Aldi yang masih memegang tangan nya.

Aldi balik menatap dan tersenyum. Sella yang salah tingkah pun membalas senyuman Aldi. Suasana jadi canggung detik itu.

"makanya jangan nilai orang dari satu sisi aja, gue juga punya sisi lain yang baik-baiknya" Aldi melepaskan tangan Sella dan menaiki motornya. "ayo naik, tangan lo perlu di infus secepatnya".

"berlebihan lo Al" Sella pun menaiki motor Aldi. Tapi ia merasa seperti ada yang kurang. "ini kita naik motor ga pake helm?" tanya Sella.

"lupa bawa helm gue, udah sans gue juga bawa nya pake perasaan kali" jawab Aldi yang melirik Sella di kaca spion sebentar.

Sella pun meng-iya kan ucapan Aldi. Lagipula ia percaya bahwa bersama Aldi ia akan aman. Akhirnya motor pun melaju dengan kecepatan sedang. Sella yang tadi nya bingung jadi merasa nyaman sekarang.

"Sel, pegangan nanti lo jatoh" ucap Aldi saat berada tepat dibawah lampu merah jalanan.

"pegangan dimana?" Sella bingung ia harus pegangan dimana, kalau dipinggang Aldi dia gengsi melakukan nya. Ia juga bukan siapa-siapa nya Aldi.

Aldi tertawa pelan mendengar jawaban Sella. "kaya ga pernah diboncengin cowo aja lo".

"serius Aldiiii" ucap Sella yang salah tingkah sambil mencubit pinggang Aldi.

Aldi terkekeh, baru kali ini ia membuat Sella merasa salah tingkah karena ulahnya. Bukan Aldi namanya kalau tidak bisa menaklukan Sella.

"lo pegangan dipinggang gue lah masa di mata kaki gue" pinta Aldi.

Sella masih canggung, tapi ia menuruti perkataan Aldi. Kalau ia tidak pegangan ia bisa terjatuh, terlebih lagi ia tidak memakai helm.

Aldi tersenyum, Sella nya kini bukan Sella yang selalu memarahinya. "Sel, tetep gini terus ya gue suka lo yang kaya gini" batin Aldi lalu menjalankan motornya saat sudah lampu hijau.

Perjalanan dari sekolah menuju rumah Sella tidak terlalu jauh, sekitar 30 menit mereka sudah sampai. Aldi berhenti tepat didepan pagar rumah Sella.

Sella segera turun dari motor lalu melirik kearah rumah nya. Sepi.

"rumah lo sepi amat, pada ngerank di halaman belakang ya?" ucap Aldi yang mengamati rumah Sella.

"konyol deh, gatau gue juga kaya nya sih ga ada orang dirumah" Sella menerka-nerka. Biasanya jam segini ada bi Imah yang menyapu halaman rumahnya dan papa mama yang sedang minum teh ketika sudah pulang dari kantor.

Ngomong-ngomong, Sella ini anak orang berada. Papa nya punya perusahaan yang cabang nya sudah banyak, dan mama Sella adalah seorang dokter. Sama dengan Aldi yang keturunan anak direktur perusahaan.

"lo ga balik Al?" tanya Sella yang menyadari Aldi masih berada dibelakangnya sejak tadi.

"gue tau lo pasti takut kan sendirian dirumah, mending lo masuk kedalem ganti baju abis itu kita jalan-jalan, kapan lagi kan biasanya kita disekolah berantem terus ga cape apa? diluar sekolah kita damai lah" ajak Aldi. Entah kenapa ia ingin berlama-lama dengan Sella.

"hmm iya juga si Al, gue emang ga berani ditinggal sendiri dirumah, bener juga kata lo gue juga cape kali ngoceh mulu sama lo, yaudah gue kedalem bentar" ucap Sella yang mendapat anggukan dari Aldi.

Aldi pun menunggu Sella beberapa saat. Sampai Sella keluar dari pintu rumah. Tidak ada yang berubah dari dirinya.

"loh ga ganti baju?" tanya Aldi. Sella tersenyum lalu merentangkan kedua tangan nya.

"see? lo aja masih pake seragam, gue juga dong biar adil" jawab Sella. Lalu ia mendekati motor Aldi.

"iya deh, yaudah ayo naik, jangan malu buat pegangan ya Sel" ledek Aldi yang membuat Sella salah tingkah lagi.

"apa si Al, lo mah nyari-nyari kesempatan" ucap Sella sambil menaiki motor Aldi.

"kesempatan kan emang harus dicari, gabakalan dateng sendiri. yang dateng sendiri itu namanya keberuntungan" ucap Aldi lalu menyalakan motornya.

"yang dateng sendiri mah namanya Aldi, buktinya tadi pas diruang tunggu lo tiba-tiba dateng sendiri kan?"

"hehehe bisa aja lo Sel, yang dateng sendiri itu bukan gue tapi lo"

"loh kok gue?"

"buktinya pas gue ngomongin lo ke temen-temen gue sebelum event tadi lo tiba-tiba dateng sendiri kan terus marahin gue?"

"yehhh satu sama deh Al"

▶️▶️▶️

.
.
.

JANGAN LUPA BACA KARYA AUTHOR YANG KEDUA YA JUDULNYA DIA AKSA!

Jangan lupa vote ya readers💛👌
Jangan sider berat, vote aja ya:)

The Most Wanted SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang