shaka - 13

2K 122 22
                                    

"Happy reading"

Tasya menyandarkan tubuhnya pada sandaran bangku sebelum meneguk botol air yang diberikan deni kepadanya. Tasya mengelap ujung bibirnya, lalu mengucapkan terimakasih pada deni. Gadis itu mengambil gelang karet yang sengaja ia simpan dibawa laci, lalu mengikat rambutnya asal. Rika yang melihatnya hanya geleng kepala.

"Lo juga sih. Sok sok an pilih dare. Ngakunya berani. Disuruh keliling lapangan lima putaran aja udah kayak disuruh keliling jakarta."corocos rika, ditanggapi tasya dengan wajah lelahnya. Rika sebenarnya tidak tega mengomeli tasya seperti ini. Tapi yang salah memang tasya. Menerima tantangan dare dari imam, walaupun dia sudah melarangnya. Tasya bilang, dia cewek yang kuat. Nyatanya, dare yang diberikan oleh imam, hanya bisa terlaksana 4 putaran saja. Selebihnya, ia sudah ambruk duluan. Walau tidak sampai pingsan sih.

"Lo sih, mam. Ngasih darenya jahat amat."kata deni.

Imam melongo. "Loh, kan tadi udah gue batalin. Si tasya nya aja tuh yang sok sok an."tukas imam tidak terima disalahkan. Nawir, deni dan rika juga ikut setuju mendengar imam. Terdengar suara teriakan dari arah pintu. Mereka semua tidak menghiraukannya.

Taufik menggebrak meja depan tasya, setelah membuat kegaduhan dengan menjahili fiyah sekretaris kelas didepan pintu tadi. Cowok berperawakan tinggi namun kurus itu menatap deni dan nawir setelahnya menatap rika, tasya dan imam bergantian. Taufik kembali menggebrak meja, membuat nawir menggeram kesal.

"Gue timpukin sepatunya deni mau lo?!"ancam nawir. Taufik cengegesan lalu duduk diatas meja tasya.

"Lagian sih, pada diem semua. Kenapa sih?"taufik menatap nawir meminta jawaban.

"Ngga ada apapa kok."bukan nawir yang menjawab. Melainkan deni yang sekarang sibuk dengan ponselnya.

"Kalian main rahasia rahasiaan ya sama gue? Ahh.. Kalian ngga asik ah kalo main rahasia rahasiaan. Gue ngambek nih."

Rika menatapnya jijik. "Ngambek aja lo, tai."serunya. Taufik memajukan bibirnya beberapa senti.

"Tu bibir lo jaga ya, fik. Gue bawa pisau nih."

"Ihh.. Kakak imam serem deh. Ako takot jadinyo."

Imam mendelik melihatnya.

Pandangan taufik lalu tertuju pada tasya yang hanya diam menatapnya. Taufik tersenyum menampilkan lesung pipinya sembari menjetikkan tangannya didepan tasya.

"Temen berantem gue. Kok diem? Moka lo kayak abis ngangkat rumah gitu. Lelah dan letih banget keliatannya."

"Tapi, masih cantik kan?"

Taufik mengangguk. "Iya, kalau diliat dari atas gunung."ungkap taufik membuat tasya memanyunkan bibirnya.

"Sa aje lu sukijan."

Taufik tertawa. "Ehh.. Daripada kita bosen gini. Mending main tod, yuk."ajak taufik sumringah setelah mendapatkan ide agar tidak terjadi kehinangan diantara mereka. Namun jawaban mereka sungguh membuat hatinya tersayat.

"Ngga. Lo aja sendiri."

"Males gue.

"Mending ngerjain tugas."

"Capek ah. Pengen bocan bentar."

Mata taufik beralih kearah tasya. Hanya dia yang tidak berbicara. "Sya, main yuk."

Tasya menggeleng. "Ngga deh, fik. Pengen bocan juga kayak rika."

Dan setelah itu taufik hanya bisa mengelus dadanya sabar.

***

Sedan hitam terlihat melaju memasuki pekarangan rumah. Setelah mengucapkan terimakasih pada satpam yang menjaga didepan gerbang, cowok yang mengendarai mobil langsung memarkirkan mobilnya di bagasi rumah.

Melangkah keluar dari mobil. Nizar berjalan hendak memasuki rumah. Baru saja cowok itu akan memegang daun pintu, kini pintu itu sudah terbuka, menampakkan wanita yang diperkirakan sudah berkepala tiga. Kedua bibirnya mengukir senyum melihat nizar sudah pulang. Meski tidak lagi muda, paras wanita itu masih terlihat cantik, namun, lingkar hitam tercetak jelas dimatanya. Mata membengkak dan juga wajah pucat menghiasi wajah wanta itu.

"Udah pulang, zar?"tanya ema terdengar lembut. Nizar tidak menjawabnya. Cowok itu lantas melangkah mengabaikan pertanyaan yang diberikan kepadanya.

"Sayang, mama udah masak sarapan. Abis mandi, kamu turun ya. Kita makan bareng."pinta ema dengan nada berharap. Sama sekali tak ada jawaban dari nizar. Cowok itu tetap berlalu meninggalkannya menuju kamar. Seolah menganggapnya tidak ada.

Ema menatap punggung putranya sedih. Ia tidak bisa berbuat apa apa selain menangisi sikap nizar kepadanya.

Sementara didalam kamar, nizar melempar tasnya kearah kasur dengan keras. Tubuhnya merosot didinding dekat pintu. Tangannya memeluk lutut seraya menelusupkan kepalanya disana. Nizar menjerit tertahan. Ia seolah menjerit meminta semua ini segera disudahi. Nizar terlalu lemah. Dia tidak sanggup untuk semua ini. Tangisnya pecah dalam diam. Bahkan suara detik jam masih menguasai kamar ini.

***

Tasya menyampirkan tasnya dibahu sebelah kanan. Lalu berjalan keluar disusul rika, deni, imam dan nawir. Sementara taufik sudah terlebih dahulu menunggu mereka didepan pintu kelas. Rutinitasnya yang selalu menjahili orang itu membuat mereka berlima hanya menatap acuh karena sudah terbiasa melihat hal itu.

Sementara nawir yang berjalan paling belakang, berhenti melangkah didepan pintu, lalu menarik telinga taufik hingga ikut berjalan keluar.

"Demen banget ko gangguin anaknya orang. Ntar anak lo digituin juga, lo mau?"cecar nawir garang. Taufik mengusap telinganya yang terasa panas.

"Kan belom punya anak gue. Entaran ajalah dipikirin kalo udah punya."ujar taufik santai. Kemudian sebelah matanya berkedip menatap rika yang melihatnya jijik.

"Rika mah, sensian ama gue."rujuk taufik. Saat hendak meletakkan tangannya dipundak rika, cewek itu langsung menatapnya garang.

"Jangan sentuh. Jauh jauh lo."usir rika. Taufik menghentak hentakkan kakinya pura pura cemberut. Sementara deni imam dan tasya yang berjalan paling depan tidak menghiraukan mereka. Keduanya malah asik membahas film yang akan ia nonton nanti. Film yang dispoiler oleh deni.

"Cewek ceweknya pada bahenol semua kan? Gua ngga mau nonton kalo ngga sambil cuci mata."deni mengangguk mendengar imam. Sedangkan tasya langsung menjitak cowok itu.

"Pikiran lo bahenol mulu. Gue nih, yang ada disamping lo juga ngga kalah bahenol."

Imam menatapnya dari atas sampe bawa. Cowok itu melihatnya mengejek.
"Lo mah, ngga ada apapanya. Biasa aja."ucapnya membuat tasya memanyunkan bibir. Tasya melipat kedua tangannya didepan dada.

"Seksi gini kok."

"Astagfirullahalazim. Kalian bahas apaan ampe ngomong seksi seksi gitu? Hey, anak muda. Tahukah kalian jika membahas yang seksi seksi akan menimbukan dosa, pahala berkurang, dan.. "

"Halahh.. Sendirinya aja suka gangguin anak orang. Kalo tu orang benci ama lo, otomatis dosa lo terus ngalir. Banyakan mana dosa lo ama dosa gue."tandas imam membuat taufik mencebik.

"Itu kan beda. Gangguin orang tuh hobby gue jadi.. "

"Sama aja sebleng. Lagian punya hobby kok yang ngumpulin dosa."tasya berucap seraya menatap taufik iba. Cowok itu semakin kesal lalu berjalan cepat sambil mengapit lengan deni.

"Gue terus yang tersakiti. Hayatikan ngga kuat."

***

Sampai jumpa di nex chapter💙

SHAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang