05 - Vitamin

177 35 8
                                    

Musim panas sudah berganti menjadi musim gugur, artinya ujian CSAT sudah ada di depan mata. Tidak ada lagi waktu untuk bersantai ataupun hang out. Begitu pula dengan sepasang gadis kembar Oh. Untuk Seunghee, itu tidak begitu mengubah kebiasaannya yang memang lebih senang berdiam di rumah.

Berbeda dengan Seungmi yang cepat bosan berhadapan dengan buku-buku pelajaran dan soal latihan. Entah sudah berapa kali gadis itu menguap dan mengucek matanya yang berair karena mengantuk. Akhirnya ia menyerah. Ia segera berdiri dari kursi belajarnya.

Seunghee menoleh ke arahnya. “Hei, mau kemana?”

“Cari angin,” jawabnya singkat.

“Kau mau diomeli Ibu karena tidak belajar?”

Seungmi menyilangkan telunjuknya didepan bibir, mengisyaratkan untuk diam. “Sepuluh menit saja. Sia-sia saja kalau aku ketiduran di meja belajar.

Seunghee mengangkat bahunya, bersikap acuh. “Ya sudah, sana. Aku tidak tanggung jawab.”

Sang adik mencibir melihat keacuhan kakaknya. Segera ia ambil ponsel dan pergi ke luar kamar, menuju atap rumah.

Gadis itu duduk di sebuah kursi di dekat tempat penjemuran pakaian. Ketika ia bosan, ia akan duduk di rooftop-nya yang datar dan menikmati pemandangan atap-atap rumah sejauh mata memandang. Rumahnya adalah satu dari beberapa rumah yang berlantai tiga di kampungnya.

Rumah Minhyuk juga memiliki tiga tingkat lantai seperti rumahnya. Biasanya ia akan melambaikan tangan pada Minhyuk yang sedang melakukan peregangan tubuh atau senam pagi disana, atau mengobrol – tepatnya saling berteriak – saat lelaki itu menjemur pakaian, bahkan kadang mereka saling melempar bola hingga kerap kali diomeli karena mengenai atap tetangga atau orang yang lalu lalang di jalan.

Gadis itu memejamkan matanya sejenak, merasakan angin malam menerpa wajahnya.

...

“Oppa!”

Terdengar gelak tawa renyah dari seseorang yang menutup mata Seungmi. Tentu saja suara khas lelaki bergigi tupai itu, Lee Minhyuk. Seungmi mendengus. Padahal ia sedang fokus menggambar, namun lelaki ini senang sekali menjahilinya.

“Ini,” Minhyuk mengacungkan sesuatu ke hadapannya. Sebatang es krim rasa melon. “Simpan dulu buku dan pensilmu.”

Tentu saja kekesalan gadis itu langsung menguap seketika. Dengan riang ia menyambut es krim itu dari tangan Minhyuk. “Kau selalu paling tahu yang kuinginkan.

“Tentu saja.”

Keduanya segera  menikmati es krim dengan lahap. Minhyuk menatap Seungmi yang sedang  menjilati eskrim melonnya.

“Oh Seungmi, kenapa kau suka sekali menggambar disini?”

Seungmi terdiam sejenak. “Hmm, atap rumahmu lebih tinggi daripada milikku. Jadi aku bisa lebih leluasa melihat objek gambar. Aku kan sedang mencoba menggambar penampakan atas kampung kita.”

“Oh, begitu. Atau..” lelaki itu mendekati telinga Seungmi dan berbisik, “karena disini kau bisa melihat rumah Hyunsik?”

Seungmi seketika membelalakan matanya kaget. “Hei, Oppa-” ia tertawa salah tingkah. “Kenapa juga.. aku harus melihat rumah Sunbae..

“Ah, iya juga. Hyunsik kan sedang di Seoul, jadi tidak ada gunanya juga kau mengintip dari sini.”

“Oppaa!” Seungmi menyatukan dua alisnya, namun ia tak dapat menyembunyikan wajahnya yang tersipu. “Sudah, jangan membahasnya.”

B[L]ACKSTREETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang