Daniel Atmajaya

3K 207 18
                                    

Pontianak, 28 juni. Pukul 7 pagi, hari kedua dalam pencarian, saudara kami yang terakhir. Kami berhasil menemukan dia. Namun, semuanya tidak seperti yang kami harapkan. Bukan, karena dia menolak kami. Melainkan kami yang harus bertemu dia di kondisi yang tidak tepat. Dia sedang terbaring sakit, karena menjadi korban penusukan. Menurut semua saudara dan saudariku itu bukan masalah besar, tapi bagi Daniel itu adalah masalah besar. Daniel Atmajaya, dia adalah yang terakhir, dengan wajah yang sama sepertiku, hanya saja rambutnya agak berwarna merah sama seperti Flora dan Fania.

"Bang Wisnu, Oi bang. "Suara Guntur membuatku menghentikan kegiatan menulis diary dan memandangnya.

" Kenapa dek?, "
"Itu Daniel manggil loe. Samperin gih, heran gue, cuman masalah sepele gitu aja di bikin pusing,"

"Dia, korban penusukan loh dek. Masa, kamu bilang masalah sepele, "Guntur tambah memasang ekspresi aneh.

"Ya, kalau yang dia permasalahkan itu penusukannya. La wong yang dia permasalahkan itu, tampilan dia yang kurang perfect. Gila, segitu pentingnya  penampilan, ampe dia ga mau, dilihat ama kita. Dan, loe juga bungkam bang. Padahal loe udah liat kondisi dia, "Guntur memandangiku dengan tajam. Coba kalau Duo F dan Guruh ada di sini, pasti suasananya ga seperti ini.

"Abang ga bisa. Daniel sendiri yang minta sama abang buat tutup mulut. Dan, abang ga bakal khianatin saudara sendiri. Kamu yang sabar, nanti dia pasti mau ketemu kita, "kataku berusaha menenangkan Guntur.

"Kapan?? Ampe lebaran monyet!! Pliss bang, waktu kita itu ga banyak. Kalau mau ketemu ya oke. Kalau enggak ya udah. Duo F aja, sekarang lagi sibuk dan alhasil mereka harus pulang sekarang. Besok hari terakhir kita di sini, dan kalau masih seperti ini. Sama aja sia-sia kita datang kemari, "

"Abang tau. Ini, abang juga sedang usaha ngebujuk dia. Biar kita ga di gantung kayak gini. Memangnya kamu fikir abang mau, berkeliaran di rumah sakit kayak orang gila, cuma buat nunggu dia yang ga jelas. Biasanya ada Guruh yang senang tiasa menghibur, kenapa 2 hari ini dia diam mulu, "

"Bang Wisnu. Ini kita ada di rumah sakit, Guruh tau tempat kali. Dia ga bakal ngebanyol di area kayak gini, meskipun kita cuma video call. Lagian, gue ga habis fikir. Abang kita itu kan dokter. Siapa yang dendam ama dia ampe segitunya. Terlebih lagi abang kita itu dokter anak. Gue rasa, dia ga bakal terlibat masalah pelik, "

"Bisa, jadi dari dendam pribadi. Misalnya saingan dia dulu. Zaman sekarang semua orang, eh hampir semua orang, bersaing secara licik. Udah, nanti juga bakal terungkap." kataku yang membuat Guntur diam.

10 menit berlalu. Seorang suster tiba-tiba menghampiri kami. Dia menyampaikan kalau Daniel ingin bertemu kami. Aku dan Guntur langsung bergegas. Memasuki ruang rawat, kami di sambut oleh senyuman kedua orang tua angkat Daniel, dan saudara-saudaranya. Daniel sendiri, berusaha tersenyum pada kami, sambil menahan rasa sakit. Kulirik Guntur dan dia seperti kaget, melihat luka Daniel yang lumayan banyak.

"Sekarang. Tau kan, kenapa dia ga mau di temui, "Kataku yang di balas anggukan oleh Guntur.

"Assalamualaikum, kedua saudaraku," Daniel menyapa kami.

"Waalaikumsalam. "Kami berdua menjawab berbarengan.

"Maaf, kalau dari kemarin malam. Aku tidak berlaku sopan. Sungguh, aku hanya tidak mau kalian khawatir, karena melihat Luka luka ini. Bukan karena aku tidak ingin bertemu kalian, aku justru sangat berharap bisa bertemu dan berkumpul bersama, "Daniel berkata sambil memegang tangan kami.

"Haduh, satu lagi bahasa baku. Santai bang. Maaf kalau kemarin kita mikir hal aneh-aneh. Habis abang langsung bertingkah seperti itu, Seolah-olah ga mau ketemu kita. Tanpa, alasan yang jelas. Ya, kemarin sih ada alasannya tapi itu ga masuk akal, "Perkataan Guntur membuat Daniel sedikit tersenyum.

"Ternyata kalian memang benar-benar mirip. Saya hampir tidak bisa membedakan wajah kalian. Kalau Daniel sedang tidak sakit, pasti susah membedakan kalian," Ayah angkat Daniel tiba-tiba berkata, membuat kami berdua memandang beliau.

"Om, masih bisa membedakan kami dari rambut, warna rambut saya hitam legam dan kalau saya pakai seragam lebih mudah lagi di bedakan. "kataku yang membuat orang tua angkat Daniel manggut - manggut.

Kami semua bercengkrama satu sama lain, hingga selepas ashar keluarga Daniel memutuskan untuk pulang. Mereka juga meminta kami menjaga Daniel. Kata mereka, supaya kami kenal satu sama lain. Dan tentu saja kami berdua menyanggupi permintaan itu.  Selepas isya, saat sedang makan malam, tiba-tiba Daniel bertanya.

"Bang, dek. Saudara kita yang lain, seperti apa? Apa wajah mereka berbeda-beda. Profesi serta bagaimana watak mereka, "

"Bang Daniel, makanya kemarin loe jangan  kelakuan kayak gitu. Alhasil loe ga ketemu sama 2 saudari kita. Coba, kalau kemarin loe mau terima kita, pasti loe ga bakal terlalu penasaran," perkataan Guntur membuat Daniel agak sedikit tersipu malu.

"Sorry dek, kelakuan aku, memang kurang ajar kemarin, jadi bisa kalian ceritakan, "

" Biar, bang Wisnu aja yang cerita, gue males. "

"Oke, aku yang cerita. Pertama Duo F, alias Fania dan Flora, wajah mereka berdua mirip kayak kita, tapi versi cewek,mereka berdua adek perempuan kita. Fania itu penjahit. Dia sopan, murah senyum. Dan agak lemot dikit, Sudah bertunangan dengan seorang polisi bernama Andre, kalau Flora, dia itu sopan, tapi beringas kalau kata Guruh, dia itu Sakura versi Hijab. Baru selesai kuliah, sedang dekat dengan tentara bernama Bima. Jangan buat Flora ngambek dek, kalau ga mau kena bogem mentah dia. Tapi, kayaknya kamu bakal ngerasain deh. Lanjut, ada 3 abang kita. Arjuna, Bayu dan Indra wajah mereka bertiga serupa, berbeda dengan wajah kita. Ketiganya adalah tentara. Abang tertua kita, Arjuna dia anggota kopassus. Abang kedua Bayu, anggota Denjaka. Sedangkan abang ketiga kita Indra adalah anggota paskhas. Sifat mereka bertiga hampir serupa,ya kayak tentara pada umumnya, lanjut pada adik ajaib kita yang paling kecil namanya Guruh. Dia itu gampang di tebak, tapi dia juga agak misterius, dia itu sering mood swings. Sampai saat ini, aku belum bisa mengerti dia. Entah kalau Guntur, dan satu lagi saudara kita meninggal saat masih bayi.

"Loh kok gitu, bukanya abang dah sekitar sebulan, tinggal sama dia, kenapa ga bisa deskripsi sifat dia, "Daniel bertanya padaku.

" Kalau kamu ketemu dia, pasti kamu paham. Besok dia kesini, dan pasti dunia kamu bakal jungkir balik, moga aja ga sampai hancur. "kataku yang di sambut gelak tawa Guntur, sedangkan Daniel bingung sendiri.





Find my 8 Twins Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang