⏺T A K D I K E N A L⏺

0 1 0
                                    

Siang ini setelah jam pelajaran telah usai, Denand duduk diatas motornya sambil memainkan ponselnya. Seperti permintaan laki laki itu tadi pagi pada Luna. Dia berniat mengantaran gadis itu pulang.

Suara langkah kaki dibelakangnya membuat Denand menoleh. Laki laki itu mendapati Luna yang sedang berjalan dari belakangnya. Ia kira Luna berniat menghampirinya, namun salah ketika gadis itu tidak berhenti atau sekedar menengok padanya. Luna masih tetap melanjutkan langkahnya.

Luna tau bahwa Denand menunggunya, namun gadis itu seperti pura pura tak melihat laki laki yang kini masih berdiam diatas motor kesayangannya.

Beberapa detik berikutnya laki laki itu turun dari motornya dan berjalan menghampiri Luna."Lun!"panggilnya.

Gadis itu menoleh kemudian melanjutkan langkahnya. Penolakan gadis itu tak membuat Denand menyerah begitu saja, dirinya kembali  berusaha menghentikan Luna. Dia berlari untuk menyamakan langkahnya dengan perempuan itu.

"Luna! Lo kenapa deh?" Denand bertanya dengan bingung. Membuat gadis itu berhenti berjalan.

"Apa Denand?"

"Apa?" Laki laki itu memberi jeda sebentar sebelum melanjutkan kalimatnya "Lo bilang apa?!"tanyanya frustasi "Gue manggil dari tadi, tapi lo jalan terus."

"Maaf." Ia menundukan kepalanya.

Denand menghela nafas pelan sebelum berbicara "Kan gue bilang kita pulang bareng,"

"Aku nggak bisa." lirihnya, membuat laki laki itu mengerutkan keningnya heran.

"Kenapa?" tanyanya masih mencoba bersabar.

"Nggak papa, dijemput abang"

Jawaban dari Luna membuat Denand bertambah bingung. Luna berbohong padanya. Pasalnya tadi kedua kakak Luna sudah berpesan padanya, bahwa mereka tidak bisa menjemput Luna dan jadilah ia meminta tolong Denand. Tapi kenapa gadis itu malah menolak dan memilih berbohong padanya. Ah, sudahlah.

"Gue maksa, udah cepet naik."

"Tapi.."

"Gak ada penolakan apapun" ucapnya tegas.

Gadis itu pasrah, mereka berjalan kearah motor milik Denand. Kemudian naik ke motor laki laki itu. Denand menyalakan motornya, setelah itu mereka meninggalkan sekolah. Luna hanya berpegangan pada tas milik pria itu. Hingga sampai dipertengahan jalan Denand sengaja menambah kecepatannya. Alhasil dengan reflek Luna memeluk laki laki itu.

Deg..deg.. deg

Jantung keduanya berdetak tidak normal.

Denand membuka helm miliknya saat gadis itu turun di depan rumahnya. "Besok gue jemput."

"Denand, nggak usah." ia berusaha menolak.

"Udah masuk, pokoknya besok gue jemput." Denand memakai helm nya setelah berkata pada Luna. Dia kemudian melajukan motornya pergi dari sana. Menyisakan Luna dengan segala pemikirannya.

"Luna, kamu udah pulang sayang?" sang mama bertanya dari tangga saat Luna memasuki rumah. Ia tersenyum. Dilihatnya mamanya yang sudah rapi dengan tas di tangannya. Meskipun sudah berumur, namun kecantikannya masih belum pudar.

"Mama mau kemana?" ia bertanya setelah mendekat.

"Mama mau ke toko yang ada di Bandung, soalnya ada sedikit masalah disana. Kamu nggak apa kan mama tinggal?" ucap mamanya sedikit merasa bersalah karena harus meninggalkan putrinya sendirian di rumah.

Luna sendiri sebenarnya agak terkejut mendengarnya. Dia tidak terbiasa dirumah sendiri, apalagi kakaknya juga tidak pulang hari ini. Namun sebisa mungkin dirinya mengatakan tidak akan apa apa ditinggal. Dia sadar, dirinya tak boleh egois. "Iya ma, nggak papa. Berapa hari?" tanyanya masih mencoba tersenyum.

"Cuma malam ini. Besok mama udah pulang."

"Yaudah, hati hati ma." Luna berkata sambil memeluk sang mama.

"Iya, kamu baik baik dirumah ya. Kalau ada apa apa bilang ke bibi." gadis itu mengangguk.

Sang mama melepaskan pelukan mereka. Mengecup kening anaknya kemudian berjalan meninggalkan rumah. Luna masih berdiri, sampai suara mobil terdengar menjauhi pekarangannya. Ia kemudian berjalan ke atas dan masuk ke dalam kamarnya. Gadis itu merebahkan tubuhnya sampai dirinya tak sengaja terlelap.

Waktu sudah menunjukan pukul 16.45, Luna baru saja terbangun dari tidurnya. Ia beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Setelah selesai, Luna hendak mengambil bukunya namun diurungkan karena melihat ponselnya terus menyala. Ia melihat layar handphone nya menunjukan panggilan dari sang mama.

"Assalamualaikum. Hallo, ma. Kenapa?"

"Waalaikumsallam. Hallo sayang, mama mau bilang kamu jangan sampai telat makan loh!"

Mendengar ucapan sang mama dari seberang membuatnya tersenyum tanpa sadar. Mamanya memang selalu perhatian.

"Iya ma, Luna baru habis mandi."

"Yaudah kalau gitu. Mama cuma mau bilang itu aja, mama tutup ya. Assalamualaikum."

"Iya ma, waalaikumsallam."

Setelah mematikan sambungan teleponnya, melihat terdapat beberapa pesan yang belum ia baca. Beberapa dari dua kakaknya dan sahabatnya, namun ia melihat ada nomor tak dikenal disana. Dilihatnya pesan tersebut.

082243xxxxx
Hai,

Siapa yang mengirim pesan padanya? Bagaimana bisa ia mendapat nomor Luna. Dengan cepat gadis itu membalasnya.

Luna
Siapa?

082243xxxxx
Jangan lupa makan Lun:)

Luna semakin mengerutkan keningnya. Bukannya dijawab tapi sang pengirim malah mengingatkannya tentang makan. Dan anehnya dia mengetahui namanya, sebenarnya siapa? Luna hanya mendiamkannya tanpa berniat membalas lagi sebelum sebuah notifikasi kembali muncul.

082243xxxxx
Jangan dipikirin. Yang penting kamu makan karena aku nggak mau kamu sakit:)

⏳⏳⏳⏳


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DENANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang