"Siapa yang izinin lo duduk disini?" suara bariton mengejutkan 2 manusia yang sedang duduk dihadapan nya, namun bedanya wanita disamping javier lebih tenang dibandingkan javier yang panik setengah mati."Dia yang izinin aku disini, bangku ini tadinya kosong dan dia juga izinin. Maaf gatau kalo ini ternyata bangku kamu, maaf ya gapapakan? atau aku pindah aja deh" Jawab tenang perempuan disamping javier dengan santai.
Ghifari masih menatap dalam wanita tersebut membuat gadis dihadapan nya memalingkan wajah. Gadis yang cukup cantik dengan hijab yang selalu bertengger manis serta lesung pipi yang jelas terlihat saat ia menarik kedua bibirnya.
Ghifari tersadar bahwa dari tadi ia hanya menatap gadis tersebut dengan tatapan yang sulit dijelaskan dengan tangan yang masih memegang nampan berisi 2 mangkuk soto beserta nasi.
Tatapan nya masih datar dan terlihat dingin, Ia meletakkan semangkuk soto dan sepiring nasi dihadapan javier kemudian beranjak ke bangku yang tak jauh dari keberadaan nya sekarang. Ia menduduki bangku yang berisi sekerumunan pria kelas 11, Saat ghifari sampai tidak ada yang berani berkutik bahkan berbicara. Karna pada pasalnya ghifari terkenal sebagai kaka kelas yang tak segan menghabisi siapapun yang mengusik hidupnya.
Di lain sisi javier terus menatap punggung ghifari dari belakang dengan perasaan takut bercampur bingung. Bagaimana tidak ghifari tidak marah sedikitpun kepada dia bahkan kepada gadis yang disampingnya ini, dan lebih anehnya ghifari duduk dibangku yang ramai sangat diluar nalar akal pikiran javier.
15 menit berlalu
Ghifari melangkahkan kakinya untuk kembali ke kelas, tidak peduli dengan javier yang memanggil manggil dirinya.
"YAAMPUN AKANG ARI JANGAN TINGGALIN JAPI KEBIASAAN BANGET IH JAPI DITINGGAL MULU" Lagi lagi javier berteriak sambil berlari mengejar ghifari yang masih saja berjalan tanpa mempedulikan nya.
Bruuukkk
"Eh maaf bang maaf ga sengaja" Seorang pria yang membawa setumpukan buku menabrak pria dihadapan nya ini. Bukan, bukan javier yang tertabrak namun ghifari. Aneh memang javier yang lari ghifari yang tertabrak.
Ghifari hanya menatap dingin pria sekaligus adik kelas nya ini dengan tatapan dingin dan menusuk membuat ciut nyali pria yang dihadapan nya, tanpa ingin memperpanjang ghifari meneruskan langkahnya untuk kembali ke kelas.
"Eh ghif, tadi lu liat orang yang jaa.." ucapan gara terpotong karna ghifari langsung memakaikan headset ditelinga nya dan menelungkupkan wajahnya di meja.
"Ish kebiasan banget ni anak ga sopan diajak ngomongnya" Gara tidak mempedulikan dan beralih ke ponselnya.
"Gaaaaaarrrr.. Lu tadi ga ke kantin siii, coba kalo lu ke kantin lu liat keajaiban dunia" kini javier sudah sampai di kelas gara dan ghifari bercerita dengan heboh kepada gara.
"Kenapa? rasa soto pak wito keasinan lagi?" tanya gara malas yang masih asik dengan ponselnya.
"Bukan bukan. ish makanya dengerin dulu japi cerita. ehh tapiii si ghifari beneran make headset kan ya? nanti gua dipenggal sama dia kalo bahas masalah yang tadi lagi" Javier menoleh ke arah ghifari yang terlihat tenang dengan wajah masih bertelungkup dimeja.
"Iya, lagian juga paling dia tidur" kini gara menaruh ponselnya ia mulai penasaran dengan cerita javier.
"Jadi tuh ya tadi kan ari pesenin soto nah sebenernya tugas gua itu menjaga bangku ari baik baik. Tapi apa daya iman japi melemah pas ada si ini siapa tuh yang kata satu ekskul rohis sama lu? yang punya lesung pipi?" kini javier malah bertanya dengan gara.
"Haura azzahra?" Tanya gara memastikan
"Nah iyaaaa si haura" Jawab javier heboh.
"Yaaaa terus?" Kini gara mulai kesal dengan cerita javier yang tidak ada intinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haura
Teen FictionSebab sesuatu yang ditakdirkan untukmu tidak akan pernah hilang, tidak akan pernah tertukar bahkan menjadi milik orang lain -Haura Azzahra Apapun alasan nya, bagaimanapun caranya sesuatu yang ku inginkan harus tergapai. Entah apa namanya ambisi, obe...