06 - Awal Baru

193 35 7
                                    

Minhyuk menghempaskan tubuhnya begitu saja ke ranjang kecil kamar dorm. Seperti biasa, hari ini ia berlatih sejak pagi sampai sembilan malam. Kecuali hari Minggu, ia harus berlatih selama delapan jam sehari untuk mempersiapkan pertandingan pertamanya bulan ke depan. Kamar asrama yang berukuran dua kali tiga meter ini bahkan tidak lebih besar dari kamar mandi rumahnya di Ilsan.

Jemarinya memainkan asal layar ponsel dan membuka aplikasi galeri foto. Matanya tertuju pada sebuah foto terbaru di folder camera. Tampak seorang gadis berkaos putih dan celana ripped jeans, dengan rambut hitam bergelombangnya yang diikat tinggi, sedang berkutat dengan buku gambar dan pensil. Sepertinya sang objek bahkan tidak tahu bahwa dirinya di-capture kamera ponsel Minhyuk.

Lelaki itu tersenyum lebar. "Aku merindukanmu, Seungmi."

Semua hal tentang Seungmi kembali terputar di kepalanya. Udara dingin malam itu, aroma barbekyu, atap rumah, jaket sport, bibir lembut Seungmi..

Senyumnya memudar perlahan.

Menghapus foto ini dari ponselku.. Apakah aku bisa melakukannya suatu hari, Seungmi?

Ponselnya bergetar. Sebuah panggilan masuk dari Pelatih Choi.

"Halo, Pak Choi?"

"Lee Minhyuk, besok setelah latihan temui saya di ruangan. Ada yang ingin saya bicarakan denganmu."

"Oh, baik Pak. Mengenai apa, ya?"

"Besok saja dibicarakannya. Bawa baju ganti juga, yang sedikit rapi."

Minhyuk mengerutkan dahinya heran. Untuk pertamakalinya ia menerima perintah seperti itu. namun ia tak memiliki pilihan lain selain menuruti perintah Pak Pelatih.

***

Sebuah mobil putih berhenti di depan gedung SMA Haneul. Gedung ini menjadi lokasi ujian CSAT dilaksanakan. Oh Seungcheol - Ayah dari Seungmi dan Seunghee - sengaja mengantarkan sepasang gadis kembarnya lebih pagi agar tidak terkena macet.

Seungcheol melepas seatbelt-nya dan menengok ke kursi belakang.

"Kalian gugup?" lelaki paruh baya itu menatap satu persatu gadisnya yang begitu murung.

"Aku sakit perut, Ayah." Seungmi memegangi perutnya.

"Aku juga." Seunghee ikut menimpali.

"Dasar pengikut." Ketus Seungmi.

"Aish-"

Seungcheol tidak menghiraukan para putrinya berdebat. Pandangannya terlempar pada beberapa orang yang memegang sebuah spanduk kecil di depan gedung, bertuliskan : Semangat untuk ujiannya, Oh Seunghee!

"Woah, sepertinya ada yang ingin bertemu denganmu, Seunghee."

Seunghee menoleh ke arah pandang ayahnya. Rahangnya jatuh seketika saat melihat segerombolan penggemar siap menyambutnya. "Astaga."

"Sudah seperti selebriti saja kau, Seunghee," ledek Seungmi. "Sana, temui mereka."

"Ah, aku malas-"

"Hei! Temui mereka, cepat. Mereka sudah menunggumu dari pagi."

Seunghee mendengus pelan. Kalau Seungmi sudah menceramahinya, mulutnya susah sekali di-rem. Apalagi kini ia sedang ada di hadapan ayahnya, tentu saja ia tak bisa melawan. Mau tak mau Seunghee keluar untuk menemui para 'penggemar'-nya itu, menerima sejumlah buket bunga dan coklat.

Seungmi berdecak melihat pemandangan itu dari balik kaca mobil. "Oh Seunghee yang populer. Padahal dia begitu pendiam."

Seungcheol mengangguk pelan. "Dia begitu mirip Ibumu."

B[L]ACKSTREETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang