12. One Step Ahead

629 152 23
                                    

Rasanya waktu berhenti begitu saja ketika Jovita mendengar satu nama yang tidak sengaja keluar dari mulut Daniel.

Daniel yang perlahan mengumpulkan nyawanya tersadar kalau orang yang berada dihadapannya saat ini bukanlah Sania, seperti yang ada dalam mimpinya barusan, "Jo..." Ia benar-benar merasa bersalah, ia tidak bermaksud untuk menyebutkan nama tersebut di depan Jovita.

"Ini, gunting sama penggarisnya." Jovita menyodorkan barang yang diminta Daniel, ia bersikap seolah tidak mendengar perkataan yang Daniel ucapkan tadi.

Daniel mengambil barang yang disodorkan oleh Jovita namun pandangannya tetap masih mengarah pada manik mata Jovita.

Jovita yang melihat Daniel tidak bergerak dari atas kasurnya akhirnya pura-pura menguap, "Udah malem mas, aku mau tidur." Ucap Jovita yang diakhiri dengan senyuman.

Daniel beranjak dari duduknya, namun pandangannya tetap tidak lepas dari Jovita. Tanpa aba-aba, ia memeluk Jovita dengan erat sehingga membuat Jovita terkejut. "Jo... Maafin aku karena udah sering buat kamu sedih. Maaf karena aku udah ngebuat kamu sering memakai topeng. Aku tahu kalau aku nggak pantas mendapatkan senyuman dari kamu..."

Jovita dapat merasakan pelukan Daniel yang amat kuat, tapi ia juga bisa merasakan kalau sebenarnya didalamnya terdapat kerapuhan. Jovita sadar kalau ini semua juga tidak mudah untuk Daniel, yang ia lakukan kini adalah membalas pelukan Daniel dan mengusap punggungnya untuk menenangkannya.

.

.

.

Knock knock.

Jovita menunggu jawaban dari Daniel yang berada di dalam kamar.

Tanpa menjawab, Daniel membuka pintu kamarnya dan mendapati Jovita dengan nampannya yang terdapat secangkir minuman.

"Mas, ini aku buatin kopi." Jovita sedikit mengangkat nampannya untuk menunjukkan isi cangkir tersebut kepada Daniel.

Daniel tidak memberikan reaksi apapun yang membuat Jovita kembali bertanya.

"Nggak mau ya?" Tanyanya dengan raut wajah sedih. Ini memang inisiatifnya untuk membuatkan kopi untuk Daniel. Karena ia rasa Daniel harus kerja sampai larut sedangkan dirinya sudah mengantuk berat, jadi ia pikir Daniel akan membutuhkan kopi sebagai obat penghilang kantuk.

"Eh, nggak kok, aku mau. Makasih ya, Jo." Daniel mengambil nampan yang dipegang Jovita dan meletakkan nampan tersebut di atas meja.

Jovita masih diam di tempat, entahlah ia merasa ingin menemani Daniel mengerjakan tugasnya, tapi di sisi lain ia tahu kalau Daniel tidak suka kehadirannya yang hanya akan mengganggu konsentrasinya.

"Jo..." Daniel menyadari kalau Jovita masih berdiri ditempatnya semula, "Duduk aja kalau kamu masih mau disini."

Senyumnya langsung mengembang ketika Daniel menyuruhnya duduk, bukan menyuruhnya keluar, "Emangnya nggak ganggu?" Tanyanya memastikan.

Daniel menggeleng sambil tersenyum, "Tapi aku harus fokus ngerjain ini." Tambahnya yang mengisyaratkan kalau ia tidak bisa mengajak Jovita mengobrol.

Jovita mengangguk mengerti dan langsung duduk di atas tempat tidur Daniel.

Yang Jovita lakukan hanyalah menatap Daniel yang mengerjakan tugasnya dengan serius. Herannya, ia tidak merasa bosan, ia justru senang melihat Daniel yang serius berkutat dengan tugasnya seperti ini.

Saat sedang asyik memandang Daniel, Jovita merasakan getaran yang berasal dari saku celananya. Akhirnya pandangan Jovita pun beralih pada layar ponsel yang ternyata berisi chat dari Wanda dan Gisel.

When Worst Become BestWhere stories live. Discover now