Bagi Akashi Seijuro perintahnya itu mutlak. Absolut. Tak terbantahkan. Namun bagi Kuroko Tetsuya kata KITA dalam sebuah hubungan itu telak. Aku dan kamu. Tunggal, bukan bercabang. Tidak ada persimpangan maupun belokan, apalagi "dia". Haram baginya.
Present
Kuroko No Basuke milik Fujimaki Tadatoshi
Cerita ini punya Author
Pict and Cover bukan punya saya
Warning : BoysLove, Mpreg, OOC, Typo, Alur cepat
AkaKuro
Don't like Don't read
Sore itu 20 desember, baby blue bersandar di sofa sewarna amber. Strawberry cake tersedia diatas meja, terlihat lezat untuk dimangsa. Batang parafin yang belum menyala bertengger diatasnya.
17.30.
Aneh, pikirnya. Jam 5 sore ialah jam pulang kerja suaminya. Entah mengapa belum sampai. Tetsuya berdoa semoga tak ada hal buruk yang terangkai.
Alat komunikasi persegi panjang disambar. Menunggu panggilan dijawab dengan sabar. Tetsuya pun menutup dengan merengut, ketika yang terdengar hanya bunyi "tuut tuut".
Tak kenal lelah, berulangkali Tetsuya mencoba. Sangat lega, telpon pun dijawab. Akhirnya.
"Tetsuya?".
"Sei-kun dimana?".
"Maaf ya sayang, ada urusan di kantor. Mungkin agak lama. Tetsuya makan malam saja duluan".
"Tidak, tidak, aku akan tunggu Sei-kun pulang. Aku punya kejutan untukmu".
"Tetsuya-..."
"Baiklah, cepat pulang ya Sei-kun. Aku menunggumu"
Panggilan ditutup sepihak, membuat lawan bicara mencak-mencak. Tetsuya hanya terkekeh, menduga-duga reaksi yang terkasih.
***
Netra sewarna lazuardi terbuka, kemudian merutuki diri sendiri yang sulit terjaga. 'Menunggu memang membosankan', batinnya.
Dilihatnya jam dinding. 19.45.
Smartphone di ambil, nama sang suami di gulir. Kali ini tak sampai 5 detik sudah dijawab.
"Sei-kun, kenapa belum pulang?"
"Ah Tetsuya, maaf. Hari ini aku pulang terlambat. Banyak hal yang harus diurus."
Tetsuya tertunduk.
"Begitu. Tak apa. Aku akan tetap menunggu Sei-kun."
"Tetsuya,-"
"Jangan terlalu lelah, dan jangan lupa makan ya."
Tetsuya menutup telpon sepihak. Lagi.
Si baby blue menghela napas, sedih. Ekspresinya sendu. Matanya sayu. Namun kemudian ingat bahwa sang suami tengah banting tulang demi keluarga kecilnya di masa depan.
Menggempur kesedihan, ia menuju dapur.
Lemari pendingin pun dibuka. Beberapa potong tofu dan sayuran masih tersisa. 'Syukurlah.' Batinnya.
Yosh. Saatnya memasak.
***
Akashi Tetsuya mengeratkan mantel musim dinginnya. Wajarlah, salju diluar bus masih mendarat dengan mulusnya.
Dengan senyum tak kentara, ia melirik obento yang dibawanya. Berharap pujaan hati akan suka.