13 - What Can I Do

57.7K 4.6K 103
                                    

What can I do?
I've already fallen for you
You play games with me
But I like it
That's just me

DAY 6 - What Can I Do

.

.

Telinga Gino panas setiap ia mendengar teman-temannya menggoda dosen sok ganteng yang sekarang berdiri di depan kelasnya dengan Andara.

"Ciye ... Pak Daniel mau pergi berduaan ya sama Bu Andara?" kata Fani, teman sekelasnya.

"Kok pada heboh, sih? Yang cowok-cowok pada suka sama Bu Andara, ya?" tanya Daniel dengan nada menggoda. "Maaf ya, yang dapet saya nih." Serentak suara sorakan bergemuruh diiringi gelak tawa.

Maksud ngana? Yang dapet situ? Gue suaminya, Bro! Kata Gino di dalam hati berapi-api.

"Udah ... udah ... tenang! Besok tugasnya harus sudah ada di meja saya, oke? Sekarang kalau mau keluar, keluar aja. Isi presensi jangan lupa." Daniel keluar kelas setelah mengatakan itu.

"Sialan tuh dosen, nggak tahu apa Bu Andara udah punya suami," desis Gino.

"Emang iya, Bu Andara udah punya suami?" Rahmi yang duduk di belakangnya menyahut.

"Eh, kata siapa? Ngarang lo Gin. Kalau kalah start sama Pak Daniel ya udah kalah aja, nggak usah gitu," ledek Angela.

Gino menggerutu tidak jelas. Ia bingung, apa teman-temannya tidak tahu jika Andara sudah menikah, atau mereka sengaja menggodanya? Entahlah. Lelaki itu lalu beranjak dari kursi, ia menoleh ke belakang, mengajak Andre dan Richard ikut serta.

"Ya, diledekin Angela," kata Andre sambil tertawa.

"Saingan lo berat Bro, Pak Daniel, Mister Perfect," imbuh Richard.

"Mana ada saingan! Udah taken nggak bisa direbut-rebut lagi," sungut Gino.

"Ya nggak tahu juga sih, Gin. Kakak gue itu sukanya sama tipe kayak Pak Daniel gitu, mapan, dewasa," kata Andre memanas-manasi.

"Lo kan adik ipar gue, harusnya lo dukung gue!" desis Gino sambil memelototi Andre yang cekikikan tidak jelas.

"Kayaknya lo udah beneran naksir sama kakak gue deh, Gin," tukas Andre yang disetujui Richard. "Selamat berjuang ya, bikin kakak gue naksir lo juga."

***

Andara diam-diam melirik ke arah Daniel yang sedang seksama mendengarkan sambutan dari seorang profesor sebagai pembuka lomba. Ia menghela napas lega, saat lelaki di sebelahnya berhenti berulah. Berulah dalam hal ini maksud Andara adalah, mengajaknya berbicara sepanjang waktu, menawarinya pulang bersama, makan bersama dan banyak hal lainnya, yang ia tahu semua itu adalah tanda-tanda jika seorang lelaki menyukai perempuan. Bukannya ia sangat percaya diri, tapi perilaku Daniel terlalu terbaca.

"Andara, kira-kira tahun depan nanti anak kampus kita bisa buat yang lebih bagus dari ini nggak, ya?" bisik Daniel, terlampau dekat dengan telinga Andara. "Di sini agak nggak terorganisir sih, acaranya pada ngaret semua."

"Ya semoga, ini bisa dijadiin sebagai pecutan dan pembuktian kalau anak himpunan kampus kita harus bisa lebih baik," jawab Andara.

Sepuluh menit kemudian, keduanya keluar dari aula. Andara dan Daniel bertugas untuk mendampingi mahasiswanya yang akan berlomba hari ini. Mereka berdua bertemu banyak dosen arsitektur dari berbagai universitas. Andara merasa kurang bisa berbaur, karena tidak banyak kolega yang ia kenal. Ini juga pertama kali Andara menghadiri acara sebesar ini sebagai dosen di Jogjakarta.

Not So Husbandable [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang