0.3

227 36 2
                                    

"Ah, sial sekali!" umpat Chenle.

Tenang saja, tak akan ada yang mendengar karena ia seorang diri disini, di dalam perpustakaan lama, ditemani seperangkat alat tulis dan kertas berukuran besar.

Kau tahu, ia sedang dihukum. Menulis kaligrafi huruf korea kuno di kertas itu.

"Aishh, benar-benar!"

Suara gerutuannya terdengar setiap 5 detik sekali. Jadi bisa dibayangkan bagaimana kesalnya seorang Zhong Chenle sekarang.

Ayolah, duduk diam diperpustakaan bukanlah gayanya sama sekali. Ia lebih suka naik ke rooftop dengan Jeno, kekasihnya, atau jajan di kantin.

Hey! Jangan kaget. Chenle dan Jeno memang sepasang kekasih. Yah, walaupun mereka lebih banyak beradu mulut dibanding bermesraan, tapi disanalah titik menarik dari hubungan mereka, tidak hanya tahu bermesraan saja.

Menyerah sepenuhnya pada kertas putih penuh coretan tak berharga milik Chenle, kini ia bangkit sambil menggelilingi satu-satunya meja didalam sana.

Sekolah mereka memang memiliki dua perpustakaan. Yang pertama berada di lantai 4 gedung utam diujung koridor, sedangkan perpustakaan kedua adalah perpustakaan yang Chenle tempati sekarang, letaknya lumayan jauh dari gedung utama, dekat dengan gerbang belakang sekolah, dan isinya juga kebanyakan hanya buku buku kuno. Makanya jarang ada yang datang kesini.

Kakinya berjalan kearah salah satu rak, lalu mengambil buku paling tebal disana.

"Huh?" Chenle meniup permukaan sampul buku sebab debu menempel leluasa disana dan menutupi sebagian tulisan, "buku tahunan sekolah. Angkatan 1990-1995. Wah, sekolah ini sudah tua ternyata." dengusnya.

Ia kemudian duduk di tempatnya semula sambil membuka halaman demi halaman dari buku tua itu. Entah kenapa ia jadi tertarik dengan buku ini.

Hening beberapa saat,

"Eh! Apa ini?" kening Chenle berkerut, matanya menatap lamat foto yang tertempel di buku itu. Sebenarnya hanya foto biasa, tidak ada yang siswa yang berfoto untuk kelulusannya ditahun 1995.

Bukan itu yang aneh, melainkan....

...seragamnya. Merah Maroon.

"Oh my god! What the--"

Jari kecilnya mengetik pesan di ponsel agar Jeno segera datang kemari. Kekasihnya harus tahu ini.

Jeno, datang ke perpustakaan lama. Sekarang!

Send.

.

.

.

Sudah hampir satu bulan ini Mark selalu menghabiskan waktu dengan Donghyuck sepulang sekolah. Entah itu sekedar berkeliling di pusat perbelanjaan, bermain di game center, atau makan di restoran daging yang baru terbuka disekitar sana.

Dan sekarang, disinilah mereka, duduk berdua di halte tempat pertama kali mereka bertemu ditemani segelas latte ditangan masing masing. Hujan turun lumayan deras, namun karena tangan keduanya bertaut, hawa dingin hanyalah angin lalu.

"Donghyuck-ah," panggil Mark pelan.

Yang dipanggil menolehkan wajahnya lalu tersenyum tipis, "ada apa, Mark hyung?"

Nafas Mark mendadak terputus, seperti seseorang baru saja merenggut paru-parunya. Jantungnya berdetak berkali kali lipat lebih cepat, sedangkan matanya mencoba terfokus pada milik Donghyuck.

"Aku... Menyukaimu."

Ya, Mark baru saja menyatakan perasaannya pada Donghyuck. Laki-laki yang berhasil mencuri atensinya sejak pertama kali mereka bertatap mata.

PIANO | MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang