Story #5: Still Feel Like Your Man

141 25 14
                                    

"Halo! Nama gue Tristan. Kalau malam, Tita."


Kim Doyoung as Pradipta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kim Doyoung as Pradipta



Yang masih bilang cinta nggak pernah salah, sini maju ngobrol sama gua.

Buat gua, itu adalah the biggest bullshit of the year. Cinta bisa salah, lo semua yang masih menganggap bahwa cinta itu selalu benar, cinta itu selalu punya positivitas, lo semua yang mendewakan cinta, saran gua berhenti sekarang juga.

Kopi hitam yang gua bikin sore ini terasa pahit, nggak seperti biasanya karena gua biasa bikin kopi sachet yang, kalau kata Gibran, kopi cemen lu mah. Biarin, gua memang belum ada rencana merusak lambung seperti Gibran dan Wira. Alwin malah lebih cemen lagi, sukanya susu cokelat. Mungkin efek dari kopi hitam ini yang bikin pikiran gua ikut pahit.

Menurut gua, cinta itu nggak selalu benar. Ada jenis-jenis cinta yang salah, yang menurut gua nggak ada gunanya dipelihara. Cinta, kalau ditempatkan di posisi yang tepat dan ditumbuhkan dengan dosis yang tepat juga, akan memberikan kekuatan dan positivitas. Sebaliknya, kalau lo taro cinta itu digeletakkin dimana saja kayak naro sendal jepit, tentu tumbuhnya jadi nggak sehat.

Tapi sekali lagi, itu cuma teori gua. Nggak semua orang bisa terima itu.

Termasuk, dia.



Pertama ketemu sama Syifa, waktu jaman maba. Gua belum sesibuk sekarang, setidaknya gua masih punya waktu untuk kongkow-kongkow sama gerombolan lelaki Teknik yang kosannya tidak jauh dari kosan gua. Kenapa gua bisa kenal pasukan ini, jangan tanya awalnya gimana.

Syifa adalah bidadari, setidaknya di mata gua. Jurusan Arsitektur. Bahkan di departemennya, yang menurut keterangan Alwin adalah gudang bidadari, dia termasuk primadona. Selain karena memang dia mungil, cantik, dan punya suara yang kecil-kecil menggemaskan kalau bicara tapi merdu ketika menyanyi, Syifa juga pintar. Syifa dan Alwin adalah teman dekat sejak zaman kelas bersama mata kuliah Kalkulus I. Menurut pengakuan Alwin, Syifa sering membantunya mengerjakan tugas-tugas tiada ampun ketika dia dihajar agenda-agenda pembinaan. Departemen Syifa sendiri memang tidak terlalu sadis masalah pembinaan, karena tugasnya sudah lebih sadis.

Syifa si cantik, dengan rambut sebahu hitam kelam dan senyum buah stroberi (lagi, jangan tanya kenapa gua bisa tahu), cepat menjadi pusat dari perhatian gua. Jelas, si Alwin yang selalu ribet sendiri dengan urusan akademisnya karena obsesinya menjadi mapres, Wira yang lebih suka berurusan dengan benda mati di bengkel dan Gibran yang jadi seksi sibuk di Sipil, jelas diluar kompetisi.

In short, the competition was mine alone.

Singkat cerita lagi, perempuan cantik itu milik gua.

Fragmen [NCT 2018]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang