Sore ini aku berjalan melewati trotoar jalan yang sepi, hanya ada beberapa orang yang terlihat sedang berjalan tergesa-gesa. Penat di kepalaku tak kunjung hilang, sejak bu Mera guru Bahasa Indonesia memberikan tugas yang tak biasa, beliau memberikan tugas untuk mencari beberapa judul buku kuno.
"Sel!! Mau kemana?" Langkahku langsung terhenti, aku berusaha mencari orang yang memanggilku tadi.
"Eh Mil, aku mau ke perpustakaan kota."
"Kamu mau cari tugas bu Mera yah?"
"Iyah, mumpung lewat sini juga he..he."
Awalnya aku kira Mila mau ikut denganku ke perpustakaan kota, tapi sore ini adalah jadwalnya untuk les menari. Aku melanjutkan langkahku, hingga sampai di depan bangunan berwarna hijau yang bertuliskan Perpustakaan Kota.
Setelah mengisi daftar kunjungan perpustakaan aku langsung masuk dan mulai mencari buku yang sesuai untuk mengerjakan tugasku. Aku rasa buku itu pasti ada di pojok perpustakaan karena biasanya buku-buku lama ada disana dan benar saja banyak buku tua berbaris rapi di rak yang sepertinya sudah sama usangnya dengan buku-buku tua ini."Bruuk!!!"
Pandangaku langsung tertuju pada buku yang baru saja terjatuh. Buku tebal berjilid warna merah itu terlihat berdebu serta terdapat judul dengan bahasa yang tidak aku mengerti."Kamu pasti membutuhkan buku itu Sel."
Tiba-tiba di depanku berdiri sesosok wanita cantik berambut panjang dengan senyuman yang manis dan tatapan yang kosong juga raut muka yang sangat pucat.
"Siapa kamu?" hanya itu yang bisa aku tanyakan pada sosok yang berdiri di hadapanku ini.
"Buku itu berjudul Merpati Pembawa Pesan yang ditulis pada tahun 1985."
"Terimakasih." aku lemparkan sedikit senyuman padanya.
Memang sudah bukan hal aneh jika aku bisa bertemu dengan makhluk yang biasanya orang lain tak bisa lihat, aku sudah mengenal mereka sejak umurku 5 tahun dan orang lain biasanya menganggapku gila karena sering berbicara sendiri.
"Namaku Enaya, dan karena buku itu aku sudah lama sekali ada disini, aku tidak bisa bercerita lebih jauh sekarang mungkin lain kali, aku hanya butuh seorang teman dan aku tau kamu bisa melihatku."
"Asal kamu berjanji tidak akan menggangguku maka kamu boleh menjadi temanku."
Dia tiba-tiba menghilang dan sejak saat itu aku senang pergi ke perpustakaan kota, dengan alasan membaca beberapa buku aku bisa bertemu Enaya dan mendengar ceritanya. Tenyata dibalik wajah cantik dan senyuman manisnya, dia menyimpan banyak kesedihan termasuk saat dia mengakhiri hidupnya karena pacarnya lebih memilih menikah dengan wanita lain dan sekarang dia menyesal telah membuat kisah hidupnya berakhir tragis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mereka Pernah Ada
TerrorDalam kesunyian mereka datang dengan senyuman yang terlihat kosong