"Ada perlu apa Rif?" Mencopot earphoneku dan membuka pintu pagar.
"Mau main aja boleh gak nih?" Berjalan mendekatiku.
"Boleh, tapi diteras aja gapapa kan?" Melirik ke tempat aku duduk tadi.
"Gapapa, slow aja."
Iapun mengikutiku ke teras dan duduk bersebelahan denganku. Kami duduk dengan posisi yang berbeda, aku duduk dan memeluk kedua kakiku sementara Syarif duduk santai dengan menopang berat setengah tubuhnya dengan kedua tangannya yang menyangga dilantai.
"Ngomong-ngomong tadi kamu panggil aku Griselda alias Arselan? Maksudnya?" Menatapnya seakan aku gak tau akan hal itu.
"Lu masuk grup chat game K.O.K. kan?"
"Maksudmu game Battleroyal itu? Mana mungkin, aku kan cewek jadi gak bisa main game."
"Aeh.. Udahlah, kamu sering nyebut nama Arselan kan? Itu nama member yang baru gabung ke grup. ID gamenya Griselda, itu singkatan sekaligus plesetan namamu kan?" Perjelasnya dengan rinci.
"Hah? Dia tau hal ini hanya dengan menganalisa data dasar? Sepertinya aku yang bodohnya keterlaluan." Menundukkan kepala dan mengikuti posisi duduknya lalu menatap kelangit.
"Tebakan gue bener kan? Bakal gue kasih tau ke grup dan bongkar siapa elu sebenernya." Mengeluarkan ponselnya dan mulai mengetik hal yang barusan diucapkan tadi.
"Ah! Emmm... HMMM...!" memejamkan mataku bersamaan dengan memerahnya wajahku karena aku sadar ada hal penting yang lupa kulakukan malam ini.
"Hahaha... Ternyata benar, udahlah ngaku aja, Gak bak-" Ucapannya mendadak terpotong karena sesuatu yang aneh denganku.
*PLAAK!!*
Dengan keras kutampar pipi sebelah kirinya sambil menutup dadaku dengan tangan kiriku. Dan bergegas masuk kekamar, menutup gorden, melepas baju dan memakai bra yang lupa kukenakan tadi.
Beberapa menit berlalu, aku berjalan perlahan ke teras rumah.
"Hm... Hisyam? Kok kamu disini? Syarif mana?" Melihat orang yang datang berbeda lalu mengedarkan pandanganku mencari cowok yang baru aja tadi kutampar.
"Tadi dia pulang, katanya kamu lagi datang bulan sampe nampar tanpa penjelasan. Ngapa kamu tampar itu anak?" Melirik kearahku lalu duduk dengan posisi yang agak menjauh.
"Aku gak lagi mens kok! Dianya aja yang.. yang.." Aku langsung teringat pandangannya yang terarah ke dadaku sebelum kutampar di saat yang bersamaan wajahku langsung memerah lagi.
Melihat wajahku yang memerah dengan cepat Hisyam langsung menyimpulkan permasalahannya.
"Oh, dia pas ngeliat kamu pake kimono dia jadi natap kamu mesum gitu?" Menatapku dengan fokus tepat dikedua mataku.
"Kok, kamu tau? Tadi udah ngintip dari luar pagar ya?! Dasar cowok mesum!" Menutupi dadaku dengan kedua tanganku yang saling bersilangan lalu menggeser tubuhku untuk menjauh sekaligus menatapnya dengan jijik.
"Wajarlah, dia juga cowok, pelo. Apa gak sadar dari kelas sepuluh kamu udah jadi bahan perbincangan cewek-cewek seangkatan." Menatapku sejenak lalu memandang langit malam.
"Tunggu, cewek seangkatan? Serius? Aku baru jadi cewek kan belum lama ini, terlebih lagi aku udah pengumuman kelulusan juga. Kekuatan macam apa yang bisa memanipulasi jalan hidup orang dan sejarah orang." Gumamku sambil menatap langit yang ditaburi ratusan bintang dan bulan layaknya cupcakes bertabur wijen dan kismis tepat ditengahnya.
"Kalo kamu mikirnya kayak gitu, kamu salah besar Sel. Dia tu kepikiran ada urusan dadakan buat nyiapin acara kumpulan, makanya pas tadi kamu tinggal kedalem dia langsung lari. Sempet juga saya tanya dia nafsu gak liat kamu pake baju tidur kayak gitu, dia bilangnya enggak." Ujarnya dengan sangat terperinci.