Bab 26

2.8K 182 48
                                    

Hanya tersisa Aurel dan Roy. Ali menatap Roy tajam, pisau masih dipegangnya, masih ada darah diujung pisau. Ali menghampiri Roy pelan-pelan. Roy pun ketakutan dan melarikan diri ke lantai atas. Kemudian, Roy mengunci rapat pintu kamar Ali, dirinya tak sadar jika kamar yang ia masuki adalah kamar Ali. Dengan degup jantung yang memacu bagai kuda disertai keringat dingin di sekujur tubuhnya, ia terus berdoa sebisanya.

Tiba-tiba..

Dobrakan dari luar sangat keras. Sepertinya Ali mengetahui keberadaannya. Pintu kamar itu makin lama makin melemah engselnya. Ketakutan Roy makin memburu.

Brakkk!!!

Pintu berhasil terbuka. Ali sudah siap menerkamnya. Dengan mata merah menyala menggenggam sebilah pisau ia menghampiri Roy.

"Jangan Ali. Aku teman Mami mu." kata Roy ketakutan.
"Kau harus mati. Kalian semua akan ku bunuh!." ancam Ali.

Ali berlari menuju Roy dan mencoba menusuk Roy. Namun Roy bisa menghindarinya. Mereka saling berkejar-kejaran layaknya kucing dan tikus. Roy melempar benda apa saja yang di dekatnya untuk melindungi dirinya. Ali menutup kedua matanya sejenak, lalu menatap Roy tajam. Tubuh Roy pun melayang ke langit-langit kamar, Roy memohon untuk tidak menyakitinya. Namun Ali tidak menggubris permohonan Roy. Ali melemparkan tubuh Roy ke jendela kamar, tubuh Roy pun menembus jendela kaca dan terjatuh dari lantai dua.

Ia sudah membereskan semua orang, kecuali Kesya, ya setelah mati lampu tadi ia tak melihatnya lagi. Ali mencari kesemua tempat.

Sementara itu..

Aurel keluar menemui sang Ustadz dan Rosalia. Mereka terluka cukup parah. Tadi Aurel mendengar ada sesuatu yang jatuh dari atas, ia memeriksa asal suara yang ia dengar tadi. Betapa terkejutnya Aurel, melihat seseorang tergeletak diatas genangan darah segar.

"Ros. Itu siapa?." tanya Aurel penasaran.

Rosalia, Aurel dan Ustadz Azhari mencoba mendekati sesuatu itu. Mata mereka melotot karna kaget. Ternyata oh ternyata orang yang tergeletak itu adalah Roy. Mereka tak menyangka nasib Roy akan berakhir setragis ini. Aurel menangis histeris.

"Apa Ali yang melakukan ini?." tanyanya pada diri sendiri.
"Tidak Aurel. Bukan Ali yang melakukannya. Iblis itu sudah menguasai anak mu." kata Rosalia.
"Bagaimana pun juga hari ini kita harus menyelesaikan ini semua." tambah sang Ustadz.

Mereka pun setuju.

"Lalu apa yang harus kita lakukan?." tanya Rosalia.
"Kalian harus membantu saya untuk meminumkan air ruqyah pada Ali." Ustadz Azhari memberi ide.

Mereka mengangguk paham,

Mereka pun segera memasuki rumah lagi. Ali tidak ada dilantai bawah, kemungkinan dia berada dilantai atas. Welda masih meringis kesakitan, bajunya berlumur darah sedangkan Gandhi masih pingsan. Aurel menghampiri Welda.

"Papi masih kuat?." tanyanya sambil berjongkok.
"Gak tau Mi. Sakit banget." rintih Welda.
"Bertahan ya Pi. Aku dan yang lain akan menyelesaikan ini semua."

Aurel meninggalkan Welda. Mereka bertiga pun mengendap-endap naik ke lantai atas. Setibanya diatas, suasana sangat sepi semacam tak ada siapapun. Ustadz Azhari menyuruh Rosalia menerawang keberadaan Ali. Rosalia memejamkan matanya sejenak untuk mendeteksi Ali. Pandangannya mengarah pada ruang kosong itu. Akhirnya mereka menuju ruang kosong itu.

Tanpa pikir panjang sang Ustadz langsung membuka pintunya. Benar kata Rosalia. Ali berada diruang itu, wajah Ali sangat berbeda kini Aurel sendiri tak mengenali sosok anaknya. Wajah Ali tampak seperti iblis itu, begitu hancur dan jahat. Mulut Ali belepotan darah segar, sepertinya dia habis meminum darah. Sangat menjijikkan, membuat Aurel ingin muntah.

AnastasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang