Bagian Sebelas🍭

369 44 5
                                    


Dan disinilah mereka sekarang, Rani dan Dirga tak henti hentinya tersenyum ke arah anak-anak dan orang tua mereka.

Benar kata Dirga, Bunda dan Umi datang setelah dua hari Dirga memberi tahu Rani.

"Mau lagi?" Tawar Dirga menyuapkan potongan apel ke dalam mulut Rani.

Rani mengangguk menerima nya dengan senyuman manis.
"Terima kasih, Dirga" katanya jenaka

"Sama sama, sayang"

Rani menunduk malu saat Umi melirik ke arah nya. Ya mungkin Umi-nya belum terbiasa mendengar Rani dan Dirga yang...

"Masih aja manggil Dirga dengan sebutan nama Ran"

"Eh?"

"Iya Ran, harusnya kamu itu manggil Dirga apa gitu kek, ayah, daddy, honey, dear? Atau apalah" lanjut Nanda- bunda nya Dirga.

Sontak saja Rani dan Dirga saling tatap, "nggak-nggak manggil Dirga aja aku udah seneng iya kan Ga?" Rani menyenggol lengan Dirga.

"Bener Bun, Mi" sahut Dirga membuat Rani mengehela nafas lega.

"Rani nggak sopan Mi, masa manggil suami nya dengan sebutan nama. Kadang-kadang juga Rani suka teriak teriak Mi dari dapur. Marah- marah. Nggak sopan pokoknya sama suami!"

Rani menatap Dirga tak percaya. Astaga suami macam apa Dirga? Apa lagi disana ada mertua Rani, apa pria itu tidak malu.

"Raniii" Rani meringis dalam hati mendengar suara Umi nya yang berubah, Rani merasakan suasana jadi panas seketika. Padahal suhu AC nya cukup dingin.

Sialan, Rani tau ini semua gara gara sepotong apel tadi, andai saja Dirga tak menyuapkan apel itu maka dia tidak akan mengucapkan terima kasih, Dirga dan tidak berakhir dia terpojok seperti ini.

"Sa, Wa. emang benar Bunda suka teriak-teriak?" tanya Nanda mengelus kepala Salma dan Salwa.

"Iya. Bunda suka berisik, ayah sama. Ayah suka peluk- peluk bunda kalo lagi di dapur nek, kalo lagi sarapan ayah suka di suapin bunda. Padalah ayah udah besal, ngapain disuapin. Padahal Sasa aja udah nggak di suapin lagi"

Rani menatap Salma miris, astaga bocah polos menggemaskan kan itu kenapa membuka aib nya Dirga. Rani benar benar jadi malu, apa lagi saat bertatap dengan Umi nya.

"Ayah juga suka gendong bunda kalo turun tangga, padahal kalo Wawa yang minta ayah gak mau" Salwa ikutan angkat bicara sambil menunjuk anak tangga.

Kenapa menjadi seperti ini? Sungguh Rani memilih untuk mengubur diri di tanah hidup dan tenggelam karna malu. Astaga!

Dirga berdeham, mungkin dia merasakan apa yang Rani rasakan.

"Bukan gitu maksud ayah Wa, kan itu. Anu.. emn.. apa ya Ran? oh itu kan Bunda kaki nya lagi sakit makanya gak bisa turun tangga, sayang"

"Masa di gendong setiap hari sih, ayah"

Dirga seperti di interograsi dengan sepasang empat mata menatap nya. Sebenarnya dia tidak masalah jika Bunda dan mertua nya tau, toh dia bodo amat. Yang tidak bisa dia pikir ternyata diam-diam anak nya juga suka memperhatikan dia dan Rani. Dirga pikir anak nya selama ini masih kecil dan acuh, tapi ternyata? Wah wah luar biasa.

"Benarkah sayang Bunda dan Ayah kaya gitu?"

"iyaa" Jawab Salma dan Salwa semangat.

🐼🐼🐼

Setelah perdebatan karna panggilan Dirga beberapa jam yang lalu akhirnya Rani menurut juga.

Sebenarnya Rani geli mememanggil Dirga sebutan itu, Mas. Membuat Rani bergidik geli sendiri.

Story Of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang