-5- Karma (?)

42 5 5
                                    

"You are somebody's reason to smile"

°•🍂°•

Hening, keadaan yang menggambarkan  suasana parkiran saat ini. Aleta sudah sangat amat yakin Rafa akan menolaknya, secara siapa dirinya ini? Dirinya hanya remahan rengginang di antara wanita wanita pengagum Rafa, jadi kemunginan kecil dia di terima oleh Rafa. Intinya Aleta sudah siap dengan segala hal buruk yang akan terjadi.

"Iya gue mau," ucap Rafa yang masi setia dengan wajah datarnya.

Tiga kata yang keluar dari mulut Rafa mampu membuat Aleta mematung mendengarnya, Aleta membulatkan matanya. Rasanya dunia Aleta berhenti sejenak. Aleta tidak tau harus mearasa senang atau sedih. Senang, karena dia tidak jadi mersa malu. Sedih karena Aleta bingung gimana cara menjelaskannya ke Rafa tentang masalah ini.

Bukan Aleta saja yang terkejut mendengar ucapan Rafa, teman teman Rafa dan Aleta sama terkejutnya.

"Raf, lo beneran terima Aleta?," tanya Bian
"Hem" jawab Rafa malas
"Serius lo Raf?,"
Kali ini, Rafa tdiak membalas ucapan Bian dengan kata kata, melainkan Rafa membalasnya dengan tatapan serius ke Bian, seolah olah tatapan itu memberi arti "Emang di muka gue ada ekspresi main main nya?"

Muka Rafa yang serius bukanya membuat teman-temannya ketakutan, melainkan membuat teman-temannya tertawa. Rafa memang selalu terlihat serius, tetapi kali ini tatapannya hustru terlihat lucu.

Malas melihat teman-temannya meledek dirinya, Rafa meninggalkan parkiran tanpa menghiarukan Aleta yang sedang kebingungan mengenai semua yang baru saja terjadi.

Ada banyak pertanyaan di benak Aleta sekarang. Apakah Rafa serius dengan perkataan nya?, Mengapa Rafa menerimanya?, Bukan kah dia dengan Rafa bertemu baru dua kali? Bukankah ini terlalu cepat?, dan masih banyak lagi.

°•🍂°•

Sekarang Aleta sedang duduk termenung di bangku halte depan sekolahnya. Setelah tadi menjawab pertanyaan beruntun yang di lontarkan teman-temannya. Aleta berharap jika ini mimpi dia ingin cepat terbangun. Aleta mencoba mencubit pipi dan lengannya siapa tahu dirinya terbangun di kelas seperti di dalam drama korea yang biasanya dia tonton.

"Aw, kok gak bangun si" ucap Aleta meringis kesakitan

"Ok Aleta, ini bukan mimpi, jadi sekarang tugas lo menjelaskan semuanya ke Rafa secepatnya" ucap Aleta.

Aleta merasa ada mobil berhenti di depan nya, mobil tersebut sama dengan mobil abangnya, tetapi biasanya abangnya langsung menklakson dirinya dari kejauhan.

Aleta melihat jendela mobil tersebut turun dan menampakan seorang laki laki yang Aleta kenal, bahkan seseorang tersebut beberapa menit yang lalu menbuat jantungnya berdebar tidak karuan.

"Masuk" ucap Rafa

"E-eh?"

"Masuk" ucap Rafa sambil mengkerutkan keningnya.

Aleta menengok kanan dan kirinya terlebih dahulu "Gu-gue maksud lo?," ucap Aleta memastikan.

"iya" balas Rafa.

Aleta berjalan menuju mibil Rafa.Bukanya duduk di depan, melainkan Aleta duduk di belakang. Hal itu membuat Rafa menghela nafas kasar.

"Lo pikir gue supir? Duduk di depan," ucap Rafa

"Hah, oh iya, iya," ucap Aleta yang langsung saja menuruti ucapan Rafa.

Aleta duduk di samping Rafa, sungguh atmosfer sangat berbeda dengan terkahir kali Aleta berada di dalam mobil ini.

Aleta duduk menghadap ke arah depan tiba tiba wajah Rafa mendekat ke arah pipi Aleta, hembusan nafas Rafa terasa mengenai pipi Aleta, Aleta menahan nafasnya dan menggengam rok nya erat.
"Lo belum pakai sabuk pengaman, jangan pikir macam macam," Rafa tersenyum jahil setelah mengatakan itu.

"Siapa mikir macam-macam coba, lo kali mikir macam-macam," Balas Aleta tak terima.

"Terus, muka lo kenapa merah?,"

Blush.. mungkin sekarang wajah Aleta sudah terlihat seperti tomat.

"Apa si lo, kepo banget," Aleta mengalihakan pandangannya ke arah jendela mobil, lalu memegang pipinya yang rasanya memanas  sekarang.
'Hayati tolong tarik gue ke rawa-rawa juga' batin Aleta.

Rafa yang melihat tingkah laku Aleta hanya mngulum senyum, sambil menggelengkan kepalanya.


°•🍂°•

Saat dalam perjalanana, sunyi, adalah keadaan yang menggamabarkan mobil Rafa sekarang. Mereka berdua sibuk dengan pikiran masing masing.

Aleta ingin menjelaskan kesalah pahaman tadi, tetapi dia bingung ingin menjelaskan mulai dari mana.

"Raf, gue mau ngomong sesuatu, tapi janji ya jangan marah," Aleta membranikan dirinya.

"Hem" ucap Rafa yang masih fokus mengendarai mobilnya

"Sebenarnya yang gue nembak lo itu, cuman TOD dari Febie,"

Tidak ada sautan dari Rafa. "Raf, lo marah ya?," ucap Aleta bingung

Rafa meminggirkan mobilnya lalu menatap Aleta dengan menaikan satu alisnya. "Kan lo sendiri nyuruh gue jangan marah," ucap Rafa ketus.

"Berarti lo gak marah kan?," Tanya Aleta memastikan

"Ya marah lah,"

"Yah,, ko gitu. Maafin gue ya Raf, gue gak bermaksud kaya gini, gue juga gak tau maksud nya Febie apa nyuruh gue nembak lo," ucap Aleta menjelaskan.

"Ada yang mau lo omongin lagi? Kalau gak gue mau jalan ni," ucap Rafa, tanpa menjawab pernyataan Aleta.

Aleta menimbang-nimbang apakah dia harus menanyakan hal ini, dia takut kalau Rafa akan ge-er. Tetapi ini menyangkut kepentingan pribadinya juga.

"Em,, Raf, karena itu TOD, kita gak jadi pacaran kan?," tanya Aleta pelan agar Rafa tidak tersinggung.

"Siapa bilang kita gak jadi pacaran?, berani berbuat, berani bertanggung jawab lah," Aleta membulatkan matanya, ucapan Rafa berhasil membuat dirinya terkejut lagi dan lagi.

"Tapi kan-"

"Gak ada tapi tapian," belum selesai Aleta menyelesaikan perkataanya Rafa sudah memotongnya terlebih dahulu. Aleta mengehela nafas pasrah, 'Ya Tuhan,, apa ini karma gue?' batin Aleta sembari memasang wajah cemberutnya.

Rafa hanya tersenyum geli melihat ekspresi Aleta yang cemberut. Seperti nya Rafa memiliki hobi baru sekarang. Biasanya seorang pria lebih senang melihat pacarnya tersenyum, justru sebaliknya dengan Rafa, dia lebih senang melihat Aleta cemberut, menurutnya Aleta terlihat lucu.

TO BE CONTINUED
************************************
Hello guys... I'm comeback again !🍉
Apa kabar?
Maaf kan typo yang bertebaran dan EYD yang belum sempurna ya teman-teman 🙏😩
🚨💜 Vote and comment jangan lupa 💜🚨

Tender LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang