*Oneshoot*

8 3 0
                                    

"Jangan!"

"Huft ... Mimpi itu lagi, ayah ibu Dean berjanji aku akan membalaskan dendam atas kematian kalian berdua kepada monster buruk rupa itu ..," ucap Deandra Flararisa penuh tekad sambil memandang tajam ke depan seakan Helicoprion, sang monster berada di hadapannya dan siap untuk Dean serang dengan kriskop, tongkat turun temurun keluarganya.

Mimpi itu selalu bagai peringatan dari kedua orang tuanya, bahwa Dean harus segera membinasahkan Helicoprion monster laut yang berusaha menguasai daerah kerajaan Heldatus yang terkenal akan sumber daya yang melimpah.

Masih segar ingatan itu tanpa adanya mimpi sekali pun di mana Helicoprion dan pasukannya menyerang Heldatus, pasukan yang belum siap akan serangan dadakan itu kewalahan nenghadapi keganasan pasukan Helicoprion. Hal itu mengakibatkan ayah Dean turun tangan langsung tapi sayang ayahnya sang raja dari Heldatus terbunuh.

Ibunya sang ratu juga terbunuh ketika mengalihkan perhatian Helicoprion yang masuk ke kerajaan dan berusaha mencari keberadaan Deandra, sang putri sekaligus ahli waria dari Heldatus, sedangkan Deandra sendiri sudah diamankan ke ruang rahasia bersama beberapa orang kepercayaan orang tuanya dan berusah menghubungi kembali kerjaan Tanturus untuk membantu, karena sampai saat itu pasukan Tanturus yang terkenal akan ketangguhannya belum juga datang. Barulah setelah mereka datang Helicoprion dan pasukannya pergi dengan sebagian besar anggotanya mati.

Sejak saat itu Heldatus dan Tanturus menjalin kerja sama terutama dalam bidang keamanan. Deandra sendiri sudah melaporkan kepada Poseidon mengenai penyerangan yang dilakukan oleh Helicoprion, akhirnya monster tadi dipenjara oleh raja dari seluruh lautan.

Ratusan tahun berlalu, Heldatus telah bangkit dan bersinar kembali, tapi kabar di mana Helicoprion telah bebas dari penjara membuat api yang menyala semakin membara untuk membinasakannya.

Pembalasan telah datang, selama ratusan tahun memimpin banyak asam garam yang telah dirasa Dean. Perang demi perang, taktik dan strategi pun Dean pelajari. Heldatus telah melebarkan sayap dan kekuasaannya walau dibawah pimpinan seorang ratu, Dean membuktikan bahwa ia pantas.

Helicoprion, hanya satu nama itu yang sangat ingin Dean basmi tak peduli akan peraturan Poseidon tentang dilarang membunuh atau perang tanpa adanya pemberitahuan. Hanya kematian Helicoprion yang dapat memuaskan Deandra saat ini.

"Nona, makanlah," ujar pelayannya memberinya senampan makanan. "Nanti! Aku ingin lebih kuat!" geramnya. "Nona--" "nanti!" tegas Dean. Pelayannya menggelengkan kepalanya.

*****

Deandra menatap bengis ke penjuru lautan Poseidon, ia bertekat membinasakan sang moster laut Helicoprion. Dendam masa lalu semakin membutakan akal waras. Auranya semakin memerah pekat hingga langit berubah kelam dilengkapi suara petir begemuruh.

Buar!

"Waktunya telah tiba. Kau harus mati ditangganku sendiri. Helicoprion datanglah segera temui ajalmu!" Teriak Deandra sanggar hingga ombak lautan pun yang semula tenang kini semakin bergejolak. Burung-burung gelisah tak luput berterbangan secepat mungkin segera menyelamat diri.

Hawa permusuhan terlihat, Deandra tak gentar diri. Ia yakin tanda-tanda kedatangan Helicropion semakin mendekat. Senyum sinis terpancar di bibirnya terkesan menyeramkan. Tak pelak bumi bergetar hebat, tongkat kriskop Deandra bawa menyala terang.

Clap!

Sang moster laut Helicropion telah muncul di hadapan Deandra bersama lendir hijau menjijikan mengakibatkan bau busuk menusuk ke indra penciuman. Ekornya menghentak-hentakkan ke pasir pantai sehingga pasir pantai berubah menjadi menghitam menjijikan.

"Siapa kau anak muda? Kenapa kau mengusikku?"

"Sialan! Seperti kau lupa moster buruk rupa? Perlu aku ingatkan? Aku malaikat pencabut nyawamu," terang Deandra statistik. Pupil matanya menajam penuh kemurkaan.

"Kau sungguh lucu anak muda. Omong kosong! Aku tak akan mati olehmu. Aku makhluk abadi, Aku sendiri yang akan menjabut nyawamu yang berani-beraninya mengusikku! Dan aku akan menguasahi kerajaan Heldarus. Hahaha ..," terang moster laut buruk rupa terlihat meremehkan penuh sirat kesombongan.

"Biadap Kau Helicoprion!" teriak Dean penuh penekanan. Dengan cekatan ia menghambil pedang di belakang Tubuhnya, ia berlari dan .... "Mati kau sialan!"

Ayunan Dean meleset, pedang tersebut tidak merusak atau menyakiti tubuh dari Helicoprion. Namun, wanita itu tidak menyerah. Bukan Dean namanya jika dia menyerah.

"Apa kekuatanmu hanya begitu saja, Nona?" ejek Helicoprion dengan sangat angkuh, di angkatlah ekor besar berwarna hijau kemerahan miliknya.

Dean yang melihat hal tersebut segera bersiap untuk menghindar, sekali hentakkan ekor tersebut, berhasil membuat pantai diterpa badai. Gadis pemberani tersebut pun tak kena hentakkan itu.

"MATI KAU HEWAN BIADAP!! KAU HARUS MEMBAYAR APA YANG TELAH KAMU LAKUKAN! HARI INI, ADALAH KEMATIANMU!!" Jerit Dean dengan sekuat tenaga, dengan sekali ayunan. Pedang yang dipegang oleh Dean berhasil mengenai ekor besar milik Helicoprion.

"Arrghhh!!!" Pekik Helicoprion, namun anehnya, ekor tersebut tidaklah putus. Yang tadinya sudah terbelah dua, kini menyatu kembali.

"Kenapa? Kau bingung, ck. Kau sangat bodoh! Tidak mungkin aku akan mati dengan cara seperti ini! Hari ini, bukanlah kematianku, tapi kematianmu anak muda!"

Tangan besar berwarna putih itu terangkat, bersiap untuk menerjang apa pun yang ada di bawahnya, "Bersiaplah makhluk kecil!!"

Hap!

Sekali lagi gagal, Dean berhasil menghindar dari serangan tersebut, badai di pantai semakin kencang. Petir-petir saling menyambar, "Makhluk ini susah dikalahkan, aku harus mencari tau dulu, apa kelemahannya!" gumam Dean.

Dean kembali bangkit, ia memejamkan matanya dan mengucapkan sebuah mantra, terlihat jelas kalau badai mulai mereda, dan kilatan putih menyelimuti badan Dean.

Wanita itu mengangkat kedua lengannya dan mendorongnya ke arah Helicoprion, Duar ... Serangan dari kekuatan Dean berhasil membuat monster tersebut terkapar.

Tak hanya menyerangnya dengan kekuatan petir, kini Dean kembali mengayunkan pedang besar miliknya, dengan segenap tenaga, Dean berlari ke arah Helicoprion dan mengangkat pedang itu ke atas.

Slap...

Pedang Dean tertancap sempurna di tubuh Helicoprion, napas Dean tersengal-sengal, bau yang tajam menusuk indra penciuman milik wanita itu.

Tidak ada darah, namun lendirlah yang keluar dari perut Helicoprion, "Sudah kukatakan! Ini adalah hari terakhirmu monster biadap!" teriak Dean kesal. Ia mencabut pedangnya dari perut Helicoprion.

Air mata seketika mengalir diwajahnya. "ibu, ayah, aku berhasil. Aku berhasil mengalahkannya," senyumnya.

"Nona? Anda baik-baik saja? Terluka, kah? "Pertanyaan seperti itu mengiringi langkahnya masuk ke dalam kerajaannya. "Tidak apa, hanya luka ringan. Sepertinya? "Senyumnya.

*****

Hari-hari wanita itu lebih cerah. Ia memandang fotonya bersama ayah dan ibunya sembari tersenyum.

Dean melangkahkan kakinya menuju pantai. Hawa sejuk menerpa sanubarinya. Tenang, tentram dan lega. Akhirnya kedamaian menghampiri kerajaan Heldatus.

Dendam itu tengah musnah bersama Helicoprion membusuk di neraka. Tanpa Dean sadari, tak kuasa rona kebahagian tirta netranya menetes. Inilah kedamaian yang kerajaan tunggu. Tanpa dendam kesumat mengusik.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

DEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang