rs1||capt19

102 12 0
                                    

"Akbar maafin aya, aya tau aya salah." ucap aya sesambil menangis. Ia seperti merasa bersalah kepada akbar.

Kini, aya berada di rumah sakit tepat di ruang mawar nomor 02. Semua orang pasti tau jika ruang mawar adalah satu sati nya ruangan pasien VVIP.

Aya tak henti henti nya menangis sesambil melihat tatapan kosong kepada akbar yang masih menutup mata nya. Tangan aya masih setia mengenggam erat tangan akbar. Kadang kadang ia mengecek dahi akbar untuk mengetes demam akbar. Tapi, hasil nya sama aja. Demam akbar tidak turun turun dan akbar masih tidak membuka mata nya.

Sekarang sudah jam 12 siang. Aya masih belum pergi ke kantin untuk mengisi perut nya. Tiba tiba pikiran kacau aya muncul. Ia langsung menelfon bi imah. Perlahan aya mencari kontak bi imah yang bertuliskan 'krystal'.

Tut
Tut

Panggilan tersambung mulai bersuara. Dan tak butuh beberapa detik bi imah sudah mengangkat telpon aya.

"Gimana non? Di jemput cowo lagi?" tanya bi imah tanpa mendengar ucapan dari aya lebih dulu.

"Hih kamu ya tal, aku mau nginep di rumah sakit tal. Jaga rumah ya xixi" ucap aya sesambil tertawa pelan karena merasa geli memangil bi imah dengan sebutan 'ital' atau biasa yang kita tau member f(x) yang bernama krystal.

"Oo gitu ya yoon. Siapa yang sakit yoon?" tanya bi imah dengan memangil aya dengan sebutan 'yoon' nama dari salah satu member snsd yaitu yoona.

"Akbar bi. Dia sakit karena aya" lirih aya. Tawa garing nya perlahan terhapus karena kesedihan nya.
"Emang non ngapain akbar?" tanya bi imah.

"Akbar demam karena hujan hujan nan ngejar aya" jawab aya dengan sedikit mengigit bibir bagian bawah nya guna menahan tangisan nya.
"Ah kaya gitu biasa non. Kayak di drakor drakor. Non jangan nyalahin diri non. Nanti kan den akbar sehat lagi, itu pasti karena kan yang jaga yoona snsd" kekeh bi imah di tengah nasihatan nya.

"Iya bi, aya tutup ya." pamit aya langsung memutuskan panggilan sepihak.

Aya kembali memasukkan hape nya kedalam kantong seragam batik sekolah nya. Ia kembali dengan posisi di mana aya mengenggam tangan akbar dan menyalah kan diri nya atas apa yang terjadi dengan akbar.

"Akbar pasti nanti marah marah kalo udah sadar. Iya aya terima, kan emang aya yang salah. Aya udah milik akbar tapi masih deket sama cowok lain. Kalo akbar emang deket sama lisa, itu urusan akbar. Aya nggak boleh bales kuburukan sama keburukan!" batin aya menyemangati.

Perlahan tangan yang di genggam aya sedikit gerak, dan mata yang sedari tadi aya pandangi sedikit demi sedikit terbuka. Itu tanda nya akbar sudah terbangun.

Aya langsung membantu akbar duduk dan mengambil air putih untuk akbar. Akbar menerima nya dengan lembut. Setelah itu akbar menghabis kan air putih tersebut dan mengembalikan gelas nya kembali kepada aya. Aya menerima nya dan menaruh gelas tersebut di tempat nya.

"Istri pintar" ucap akbar sangat pelan. Sesambil mengusap usap rambut aya. Pipi aya merah, ia tentu saja mendengar apa yang di katakan akbar. Tapi berhubung situasi nya sedang tidak pas ia memilih diam dan tersenyum manis.

"Akbar, maafin aya ya" ucap aya langsung mengambil tangan akbar yang berada di kepala nya dan mengenggam erat tangan akbar. Sesekali aya tertunduk karena ia pasti akan menerima resiko nya.

"Iya" jawab akbar singkat. Entah mengapa dengan jawabn singkat akbar yang lembut membuat hati aya nyaman. Ia sangat ingin akbar seperti ini, aya sangat menyukai akbar seperti ini.

"Akbar laper? Aya suapin ya, ini ada bubur. Masi panas kok, tadi barusan suster yang anterin. Kalo akbar nggak mau aya beliin yang lain deh, mau apa? Roti? Atau apa?" tanya aya semangat.

"Nanti" aya kembali tersenyum. Akbar lagi lagi berkata sangat lembut.

"Tapi nan---" ucapan aya terpotong karena akbar menarik aya ke dalam dekapan nya. Rasanya sangat nyaman dan hangat. Terakhir kali aya merasakan pelukan seperti ini dengan laskar. D u l u.

"Siapa yang nganter?" tanya akbar tanpa melepaskan pelukan mereka.
"Itt-tu kk-ak laskar" jawab aya terbata bata.

Akbar melepas kan pelukan mereka dan tersenyum. "Bilangin makasih" ucap akbar.
Aya langsung menatap akbar kaget. Wajah akbar sekarang sangat damai beda seperti biasanya.

"Tapi aya nggak punya nomor kak laskar"
"Punya ig?"
"Iya, kak laskar punya ig"
"Dm, dari akun gue"

Ucapan terkahir akbar membuat aya binggung. Aya saja tidak pernah memegang hape laskar apa lagi tau apa kata sandi akbar?

"Tapp-pi kan aya nggak tau sandi nya" ucap aya binggung
"Jangan kode. Pass nya ayabar"

Seketika membuat pipi aya kembali memerah. Akbar sangat gemas, ingin mencubit nya dan tertawa tetapi ia urungkan niat nya.

Aya langsung mengambil hape nya dari saku nya dan me log-in akun akbar. Tetapi hasil nya tidak berhasil. Ia langsung memnanyakan kepada akbar "kok nggak bisa sih. Akbar boong ya?"

"Iya" jawab akbar dengan santai nya tanpa melihat aya. Aya geram menahan urungan nya untuk menghabisi akbar. Ia harus sadar jika mengetahui isi insta akbar itu tidak semudah dan se instal ini. Kunci nya hanya sabar.

"Aya sayang" ucap akbar. Seketika membuat semua tubuh aya bergetar hebat. Kenapa efek nya bisa sebesar ini? Wajah nya sudah merah padam karena menahan teriakan nya.

"Iyy-ya?" jawab aya.
"Itu pass nya makhsud gue" jawab akbar enteng. Akbar menahan tawa nya melihat ekspresi aya yang menahan emosi dan menahan kekesalan nya.

Tapi di balik itu aya sedikit terbawa perasaan. Bagaimana bisa akbar se manis ini?

Aya langsung me log-in kembali, tetapi hasil nya masih sama. Tidak bisa.

"Akbar pernah denger nggak kalo ada pasangan yang lagi pacaran. Nah cowo nya di bunuh cewe nya gegara cowo nya ngerjain cewe nya terus. Pernah nggak?" tanya aya menahan kekesalahan nya.

Akbar masih menahan tawa nya, jujur jika tidak ada aya pasti ia sudah tertawa sangat keras. Bahkan mic antrian teller pun kalah.

"Nggak" jawab akbar singkat. Tapi kali ini dengan memandang aya dengan tersenyum manis.
"Iyalah nggak denger. Orang kejadian itu akan terjadi" ucap aya kesal tanpa melihat akbar.

"Kok?"
"Iya, kan aya yang bakal bunuh akbar"

Akbar sudah tidak bisa menahan tawa nya lagi. Tawa nya sangat pecah. Aya sesekali berkedip heran, dan bertanya kepada diri nya sendiri 'apanya yang lucu?' tanya nya kepada diri nya sendiri.

Di balik itu aya senang karena bisa melihat akbar tertawa lepas seperti ini.

"Udah ketawa nya? Jadi mina maaf nggak?" tanya aya sedikit sewot.
"Ambil hape gue" ucap akbar.

Aya seperti ingin terbang. Ini pertama kali nya akbar menyuruh aya untuk membuka hape nya.

"Dimana?" tanya aya sedikit tersenyum menahan baper nya.
"Di sekolah lah. Kan gue ngejar lo tadi. Kalo gue ngejar lo ntar mati lagi hape kesayangan gue." ucap akbar panjang lebar.

Bukan nya aya di buat kesal karena ucapan main main akbar, kini malah ia di buat takjub dengan ucapan panjang akbar.

"Untung nggak ada peso" jawab aya pelan.
"Gue denger"
"Baguslah"

"Di kantong" ucap akbar kembali.
"Apanya?" tanya aya
"Hape"
"Nggak ah ntar ada yang berdiri"
"Lemes terus kok"
"Akbar jorok!"
"Yang mulai siapa?"
"Ya aya"
"Yaudah"
"Ngeselin!" teriak aya

"Ini rumah sakit, cuma ngingetin aja kalo ini bukan rumah sakit nenek moyang lo" ucap akbar sedikit tertawa melihat aya.
"Nenek moyang aya emang nggak punya rumah sakit, tapi nenek moyang aya itu pengusahan pembuat samurai tertajam di dunia asal akbar tau" jawab aya kesal dengan menghentak hentak kan kaki nya. Seperti pelampiasan kekesalan nya.




FlashbackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang