Chapter 3

122 17 7
                                    

Sun's POV

+(66) 76-328-xxx :
Maafkan aku tadi malam, aku tidak tau kenapa bisa terjadi seperti itu. Tapi jujur aku memikirkanmu. (Dark)

Aku masih terdiam dan tidak berbuat apa-apa, aku hanya menatap layar ponselku.

Ah sudahlah, hal ini buatku tidak penting sama sekali.

"Pesan dari siapa?." Phat bertanya lembut.

Oh Sial... kenapa suara Phat bisa selembut itu. Romantis.

"Bukan dari siapa-siapa, mungkin salah kirim." aku berbohong sambil meletakkan ponselku di atas meja ruang tamu.

"Kalau begitu mari kita lanjutkan." ujar Phat, sekarang matanya berkedip manja, tangannya mulai meraih wajahku dan mendekatkan ke arah wajahnya, bersiap untuk menciumku.

Ini yang aku tidak suka dari Phat, sesaat aku memuji dia karena keromantisannya, sedetik kemudian bisa membuat mood aku berubah dengan sikap yang menurutku selalu terburu buru.

Tapi... sekarang aku sudah tidak perduli lagi, aku benamkan wajahku di wajahnya, menikmati setiap sentuhan bibir lembut Phat.

Tiba-tiba ponselku kembali berdering, kali ini seseorang menelepon.

Aku menghentikan kegiatanku dengan Phat. Phat tampak sedikit kecewa, dia menatapku tajam.

Tanganku menyentuh bibir Phat yang sekarang mulai sedikit menyun.

"Ini adikku menelepon." Aku berusaha menjelaskan.

Phat akhirnya mengerti dan mengacungkan jempolnya memberi tanda bahwa dia baik-baik saja.

Aku tersenyum pada Phat dan mulai mengangkat telepon.

"Hallo...."

"Hallo, Khun Phi".

Tiba-tiba terdengar suara seorang pria dari seberang telepon, suara yang aku kenal dengan baik, suara yang aku rindukan, sudah lama aku tidak mendengarnya. Suara Adik ku, Yu.

Yu kuliah di jurusan teknik di Mahidol University. Dulu aku pernah bercita-cita untuk melanjutkan belajar disana, di Univeritas yang masuk 100 besar Universitas terbaik dunia di bidang kedokteran itu.

Ya, cita-citaku dulu adalah menjadi seorang dokter, tapi kini aku sudah malas untuk melanjutkan kuliah.

     "Hei, Yu. Tumben menelepon Khun, ada apa?." Aku segera menjawab telpon itu. "Bagaimana dengan kuliahmu?." Lanjutku.

     "Membosankan, Khun Phi tau tidak setiap kali mata kuliah praktikum selalu saja aku yang disuruh mengangkat genset." jawab Yu dengan sedikit kesal.

Aku tau dan aku sedang membayangkan bagaimana raut wajah imutnya seketika berubah masam. Pasti lucu.

Siapa dulu kakaknya...

"Kamu ini, mengangkat genset saja kamu tidak kuat." jawabku sambil tersenyum mendengar keluhan adik ku tersayang.

"Memangnya Khun Phi kuat?."

"Mmm... itu... Khun kuat mengangkatnya, Khun dulu belajar Muay Thai."

"Iya belajar, tapi tidak pernah sampai selesai. Khun Pa sudah mengeluarkan banyak uang untuk membayar pelatih, tapi Khun Phi selalu kabur saat latihan dimulai."

"Oih... anak ini, waktu itu Khun sibuk pemotretan." kini tiba giliranku cemberut.

"Huu.... alasan, bilang saja Khun Phi malas berkeringat."

PRINCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang