Chapter 2 #Hyunjae

15 1 0
                                    

"Selamat pagi Pak"

Aku hanya mengangguk mendengar ucapan selamat pagi dari resepsionis kantor ku. Banyak ucapan selamat pagi yang terlontar saat aku berjalan menuju ruangan ku. Dan aku harus terus tersenyum sampai pipi ku pegal.

Aku pun segera duduk di kursi ku. Melihat tumpukan-tumpukan berkas di hadapan ku membuat ku semakin malas bekerja hari ini. Entah lah, aku punya firasat buruk yang membuat sangat amat malas hari ini.

Tiba-tiba ponsel ku berdering, aku mengecek nya. Ah, dari Papa... mood ku semakin turun. Aku pun mengangkat nya.

"Halo"

'Halo, Hyun Jae.. bagaimana kabarmu?'

"Aku baik Pa, kalian sendiri apa kabar?"

'Kami baik, apa sekolah Mijung lancar?'

"Ya, kupikir lancar, dia selalu berkata baik-baik saja ketika ku tanya"

'Apa kau tidak pernah memeriksa nilai nya? Atau tugas-tugas nya?'

"Tidak, aku tidak sempat Pa.."

'Kena-'

"Sudah dulu ya Pa, aku sibuk"

Aku melempar ponsel ku ke sofa, aku kesal pada pria tua itu. Dia selalu meminta ku memberi perhatian lebih kepada Mijung. Sementara diri nya sendiri hanya memperhatikan kami via suara. Itu pun hanya untuk formalitas.

Aku menatap malas kertas-kertas di hadapan ku ini. Rasanya aku ingin membakar semua nya. Aku benar-benar tidak ingin bekerja hari ini, aku benci pria tua itu.

Tok..tok..

"Masuk lah!"

Sekretaris ku pun melangkah kan kaki nya masuk ke ruangan ku. Nama nya Steevy, dia bukan orang Korea. Dia baru bekerja di tempat ku selama 3 bulan, dan dia cukup rajin. Cukup terampil untuk menjadi sekretaris ku.

"Duduk lah, ada apa?" tanya ku tanpa basa-basi.

"Begini Pak, aku akan segera menikah.. dan aku harus pindah kembali ke rumah ku di Kanada. Jadi-"

"Kau akan berhenti?"

Dan yeoja itu hanya mengangguk takut. Sekarang aku bertambah stress sekarang. Steevy akan berhenti dan itu artinya aku tidak punya sekretaris. Aku akan bekerja lembur hari ini. Astaga, indah nya hidup ku.

"Ya sudah, pergilah! tolong jangan kembali lagi nanti" usir ku dingin. Ingin rasanya aku melempar vas bunga di hadapan ku ke wajah nya.

Dan yeoja itu segera berlari keluar, bahkan tanpa pamit. Seperti nya dia benar-benar ketakutan. Aku menggebrak meja ku dengan kasar, ingin rasanya berlari ke Busan lalu membunuh pria tua yang membuat ku gila ini.

Setelah menyiram tenggorokan ku dengan sebotol air mineral, dengan sangat amat terpaksa sekali, aku kembali berkutat dengan laptop biru navy ku.

***

Pukul 2.35 dini hari....

Tubuh lelah ku terus membujuk kaki ku menuju supermarket, hanya tinggal 40 meter saja. Namun tiba-tiba langkah ku terhenti kala suara tangisan wanita menyapa pendengaran ku. Aku mengedarkan pandangan ke sekitar dan terlihat lah wanita yang tengah menangis sembari berjongkok di bawah lampu jalan.

Perlahan lelah ku tersamarkan oleh rasa penasaran akan tangisan itu. Saat aku berlari kecil ke arah wanita cantik itu, dia menyadari kehadiran ku. Dia menatap ku dengan sendu, dan matanya benar-benar sembab. Sekalipun begitu, sejenak aku terkesima oleh wajah nya yang bak bidadari itu.

Aku terhenti, kami bertatapan, tanpa sepatah kata pun terucap. Inisiatif, aku berjongkok, memberikan jaket ku lalu menarik tangan nya dan berjalan bersama menuju kursi di depan supermarket. Saat sudah duduk, kami berbincang- tepat nya aku yang memulai pembicaraan lebih dahulu.

"Kenapa kau menangis?"

Oh pertanyaan bagus, harusnya aku menanyakan siapa dia lebih dulu, bodoh.

"Tak apa, ibu ku meninggalkan ku di sini, aku tak pernah berguna untuk nya, tentu saja aku pantas dibuang" jawab nya tanpa menatap ku, Matanya menatap kosong ke depan.

Hening, hanya suara angin dan daun bergesek yang mengisi nya untuk beberapa saat.

"Siapa namamu? Dan dimana kau akan tinggal?"

"Sung Ji, Kim Sung Ji. Entah.... aku belum tau, karena itulah aku menangis"

"Kau bisa ikut dengan ku"

BODOH. Refleks terbodoh yang pernah ku ucap dan lakukan adalah malam ini seumur hidup ku. Aku merutuki diriku sendiri, meski ini akan aku syukuri di masa depan nanti.

"Benarkah? Kau.... tak apa?" tanya nya ragu, meski kulihat ada binar senang di matanya.

Kali ini aku terdiam sejenak, mempertimbangkan banyak hal. Ku takut Mi Jung tak suka akan kehadiran bidadari yang baru ku kenal ini. Di sisi lain, aku tak enak memberikan kan dia harapan palsu dan juga, kemungkinan Mi Jung menyukai kehadiran Sung Ji lebih besar daripada tidak.

Akhir nya aku mengangguk.

Dan dia tersenyum,

tunggu, itu terlalu manis, tidak.

Untunglah, ada panggilan masuk dari adik ku setelah tiga detik kemudian. Aku mengangkat nya dan berbincang sebentar. Aku jadi bersemangat untuk mengejutkan nya dgn bidadari bernama Kim Sung Ji ini. Dan kami, akhirnya aku menggandeng tangan nya masuk ke dalam mobil ku.

***

How? You like it guys?

Kalian bisa bayangin scene nya kann? Kapal bbyu akan berlayar di sini..
see ya...

GODDESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang