Bagian 9

49 12 6
                                    

Hari ini aku bangun dengan semangat. Aku tidak sabar untuk ke minimarket lagi. Aku mandi dan mengambil sarapan ringan. "Ma, aku nanti gak usah diantar ya. Aku sudah hafal jalannya", kataku kepada Yuko.
"Asalkan nanti kamu pulangnya jangan terlalu malam".
"Siap ma!".

Aku mengayuh sepedaku dengan cepat. Aku mempunyai memori yang cukup kuat. Sekali melalui sebuah jalan aku sudah langsung hafal dengan jalan itu.

Sekarang masih pukul 7.30. Ayu sudah berada di belakang mesin kasir. "Pagi sekali, Ayu", sapaku. "Hehe aku selalu semangat tiap pagi", senyumannya sungguh ceria.

Sambil menunggu pembeli yang datang, Ayu mengajarkanku bahasa Jepang. "Nanti kalau ada yang bilang ikura desu ka? itu artinya dia tanya harga. Kamu sudah hafal kan angka-angka dalam bahasa Jepang? Tinggal kamu tambahkan Yen dibelakangnya".
"Oke. Aku paham".

Semakin siang, pembeli semakin banyak. Aku sudah bisa bercakap sedikit dengan pembeli. Sungguh menyenangkan.

Aku harus menjaga sikapku agar tetap ramah. Tidak mudah, karena aku sering bingung kalau mereka bertanya kepadaku dengan kosakata yang belum pernah kudengar. Untunglah Ayu tidak pernah bosan memberitahu arti setiap kata yang diucapkan pembeli.

Ayu memakan bekalnya sambil duduk di belakang meja kasir. "Rina, kamu tidak makan?", tanyanya dengan mulut penuh makanan. Aku menggeleng, "tidak. Nanti saja". Perutku belum terasa lapar. Aku ingin mendengarkan musik tapi pembeli masih cukup ramai.

Ayu cepat sekali menghabiskan bekalnya. "Rin, kamu kelas berapa sih?", tanyanya. "Seharusnya sekarang aku kelas 12. Tapi ya... Emm... Aku libur sekolah satu tahun ini".

"Jadi kamu tahun depan baru kelas 12 ya?"

Aku mengangguk. Ayu mendorong bahuku, "wah... Berarti kita bisa sekelas dong... Kamu sekolah aja di sekolah ku".
Belum aku tanggapi perkataan Ayu itu, tiba-tiba datang seorang pembeli lagi.

Kali ini ia menarik perhatian ku. Ia berjalan masuk ke minimarket. Tubuhnya kurus dan tinggi. Gaya rambutnya dan wajahnya... Tunggu sebentar... Berarti dia ....

"Dave?!", teriakku. Pembeli itu terkejut dan tampak bingung. "You are Dave, right?", tanyaku lagi. Aku tidak bisa menahan diriku ini. Aku sangat yakin dia pasti Dave!

"Rina!!! Kamu kenapa sih? Yang sopan dong!", Ayu merasa terganggu dengan tingkahku. "Rina?", gumam Dave.
"Yes! It is me! Rina! You must be Dave, right?", oh... benar-benar memalukan.

Dia berjalan mendekat, "so it is you? Wow you actually moved to Japan, huh? Nice to meet you Rina", nada suara yang diucapkan Dave terdengar awkward.

Aku tak bisa berkata-kata. Dia tepat di hadapanku. Ayu sedari tadi menatapku dengan tatapan aneh. Aku tampak bodoh sekali. Hanya diam dan menatap dirinya.

"I'll buy this one", ucapan Dave membangunkan diriku dari melamun. "O... Okay", aku mengambilkan uang kembalian dengan grogi.

"Oh right... Rina, would you like to come to my concert in Hanabi Hall tomorrow evening at 7?"

"Wh-what?! You... Do you invite me?!"

Aku benar-benar tak percaya mendengar apa yang diucapkan Dave. Aku baru saja bertemu dengannya dan dia mengundangku untuk datang ke konsernya?

Dave menggaruk belakang kepalanya, "yeah... Emm... It is my first concert. I mean... The more people attending, the better, right?"

"First concert? Don't you often perform?"

"Well I have performed for piano solos frequently. But it is my first time to play a concerto. This one is going to be accompanied by orchestra."

Dave... Kau sudah sehebat itukah? Aku masih terdiam sama sekali tidak bisa berkata-kata. Ini semua terlalu banyak bagiku. Bertemu dengan Dave saja sudah membuat jantungku berdebar. Apalagi ini aku diundang ke concerto nya. Seriously?

"Ehm... I have to go", Dave membuyarkan lamunanku lagi seraya berjalan ke arah pintu keluar.
"Wait... I have one more question".

Dave menghentikan langkahnya dan menoleh ke arahku.
"E... Erm... Wh-why did you unfriend me on Facebook?", tanyaku terbata.
"Oh... Emm... I'll explain it tomorrow. I have to go now".
Aku mengangguk. Aku ingin menanggapinya tapi mulutku terasa sangat kaku.
"Don't forget to come to my concert! At 7!", Dave membuka pintu dan meninggalkan minimarket ini.

Aku tidak percaya ini! Tapi memang sudah kuduga aku pasti akan bertemu dengannya setelah pindah ke Jepang. Apalagi sekarang aku berada di Shibuya. Tapi.... Bagiku kejutan ini terlalu banyak.

Aku mengangkat kedua tanganku dan berteriak, "yeay!!! Finally!". Ayu melongo melihat tingkah laku ku. "Ayu... Kau lihat itu kan? Kau lihat kan?", aku mengguncang-guncang tubuhnya.

Ayu melepaskan dirinya dariku, "apa-apaan sih? Dia itu siapa?". Aku menjelaskan semuanya tentang Dave. "Besok kamu mau ya temani aku ke konsernya Dave... Please Ayu...", pintaku. Ayu memutar bola matanya, "heh terus yang jadi kasir di sini siapa? Besok masih giliranku di sini".

Oh iya ya... Ah masa' aku harus pergi ke sana sendiri?

"Gimana kalau untuk besok ini kamu suruh ibumu yang jadi kasir? Untuk besok ini saja... Cuma mulai jam 7 malam kok. Kumohon...", aku berlutut di hadapan Ayu. Ayu tak menghiraukan ku. "Please... Besok iniiii saja. Aku janji. Ah... Kamu bayar setengah harga saja", aku masih berlutut.

"Hmm... Baiklah", Ayu akhirnya setuju. Aku tidak masalah dengan uang. Mungkin harganya tidak lebih dari ¥1000. Aku sudah mendapat upah cukup banyak dari hasil menjadi kasir di sini walaupun baru kemarin.

Kini tiba waktunya pulang. Angin bertiup cukup kencang. "Jangan lupa loh besok bilang ke ibumu", kataku sambil merapikan rambutku yang berantakan tertiup angin. "Iya iya. Aku duluan ya", Ayu melambaikan tangannya.

Sesampainya di rumah, Yuko menyambutku "selamat datang, Rina!". Aku tersenyum manis kepadanya. Makan malam kali ini aku makan cukup banyak. "Tumben kamu makan banyak sekali sekarang", kata Ryuji. Tentu saja karena dari tadi aku belum makan siang.

"Yah, boleh tidak besok aku nonton konser?", tanyaku. Ryuji menatapku heran, "konser?". Nah, sekarang aku bingung bagaimana menjelaskannya. "Emm... Iya yah... Konser musik klasik di Hanabi Hall".

"Loh itu di Setagaya kan? Kamu tau arah ke sana?", tanya Yuko.
Aku menjelaskan bagaimana besok aku akan ke sana. Besok aku hanya jaga kasir sampai pukul 6 sore. Setelah itu aku dan Ayu langsung menuju Hanabi Hall.

"Memangnya konsernya siapa, Rin?", tanya Ryuji. Aduh... Bagaimana ini... Aku tidak bisa begitu saja bilang bahwa ini konsernya Dave, kenalanku di Facebook. "Emm... Aku kurang tau yah...", alasan yang buruk.
"Kurang tau?"
"Emm.... Namanya susah... jadi aku lupa. Ini kayak nama kelompok orkestra gitu, yah. Gak begitu ingat. Cuma kata orang-orang penampilan mereka bagus", semoga aku tidak terlihat berbohong.
"Ya udah terserah kamu. Besok selesai acara itu kamu langsung pulang ya".

Aku tidak percaya ternyata semudah ini.... Aku ingin memeluk Ryuji. Haha.
"Serius, yah? Makasih...". Ryuji mengangguk, "jadikan itu kesempatan bagimu untuk belajar bahasa Jepang juga". Aku mengangguk mantap, "tentu saja".

Aku berjalan ke kamarku dan langsung menjatuhkan diri ke ranjang. "Ah... Tidak sabar untuk bertemu dirinya...", gumamku. Alunan piano yang dimainkan Dave di video-video nya yang dulu terputar kembali di kepalaku. Kali ini Nocturne No. 1 Op. 33 milik Faure.

Benar-benar konser yang megah. Aku baru pertama kali ini masuk gedung konser. Kulihat Dave memainkan pianonya. Perlahan... Dengan tempo yang tepat.

Tunggu... Di mana Ayu? Aku tidak bisa berteriak karena pasti akan menggangu pengunjung yang lain. Entah kenapa ponselku tidak ada sinyal. Kemana perginya anak itu.

"Rin", seseorang menepuk bahuku. Aku menoleh, tapi tak ada siapa-siapa. Semuanya hilang. Hanya meninggalkan hitam yang gelap.

Aku terkejut dan bangun dari tidurku. Ah... Tentu saja tadi hanya mimpi. Tapi aku masih mendengar suara piano itu. Di balik kaca di hadapanku.

***

A/N: Maaf kalau bahasa Inggris nya author masih berantakan. Kalau ada yang salah mohon dibenarkan ya 🙏

A Tribute For You (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang