10. Kebenaran dari rahasia

142 17 13
                                    

Sungguh Jaehyun merasa senang melihat Eunha telah sadar dirinya benar-benar sangat bersyukur kata dokter Eunha telah baik-baik saja mungkin memerlukan di rawat inap untuk penyembuhan pasca operasinya.

Eunha tersenyum melihat orang yang pertama dilihatnya setelah tak sadarkan diri adalah Jaehyun.

"Aku benar-benar takut, Eun," ucap Jaehyun memegang tangan Eunha menciumnya beberapa kali.

"Maafkan aku, Jae," tunduk Eunha merasa bersalah pada Jaehyun karena telah membuat lelaki itu terlihat kacau dan khawatir.

"Ini bukan salahmu, akulah yang salah jika saja aku menjemputmu mungkin ini tak akan terjadi." Ekspresi Jaehyun tetaplah sama dengan sebelumnya penuh ke-kuatiran dan penuh rasa cemas.

"Aku tak berhak Jae, aku bukan siapa siapa kamu."

"Sudah aku bilang kamu berharga untukku, Eun." Jaehyun mencoba meyakinkan agar Eunha percaya padanya.

"Percuma Jae, kamu udah gak cinta lagi sama aku hati kamu udah dimiliki Chaeyeon sepenuhnya." Entah sejak kapan air mata itu menetes menelusuri pipi Eunha.

"Tak ada yang pernah bisa menggantikan posisi kamu dalam hidup ku, Eun." Penuh penekanan Jaehyun berbicara sembari masih tetap memegang erat sebelah tangan Eunha.

"Lalu Chaeyeon?" tanya Eunha.

Pertanyaan Eunha membuat Jaehyun terdiam ia merasa bingung harus menjelaskannya dari mana, namun kini ia tak mau lagi kehilangan Eunha untuk yang kedua kalinya.

"Dia gadis yang baik dan juga cantik aku menyukainya tapi ... hanya sekedar suka kagum tak ada rasa lebih," jawab Jaehyun.

"Terus kenapa kamu pacaran sama Chaeyeon kalau hanya itu alasannya?" Eunha masih belum benar-benar percaya pada Jaehyun.

Jaehyun menghela napas dalam dalam ia memerlukan sedikit waktu untuk berbicara lagi.

"Alasannya karena Mingyu." Eunha kembali di buat bingung oleh Jaehyun mengapa Jaehyun membawa bawa nama Mingyu dalam masalah ini?

"Bukankah kamu sudah tahu 'kan Eun, kalau Aku dan Mingyu dulu sangatlah dekat saat masa kecil kami selalu bertukar mainan atau apa pun namun keadaan berubah ketika memasuki SMP segala keinginan Mingyu masihlah selalu terpenuhi oleh paman dan bibi sementara aku? Mamah dan papah selalu menekanku pada setiap mata pelajaran mereka bilang agar aku dapat mewarisi perusahan kakek bila aku pintar. Hubunganku dengan Mingyu semakin merenggang dan jauh, aku berubah menjadi Jaehyun yang selalu sempurna di depan banyak orang semua memujiku termasuk kakek sedangkan Mingyu karena pergaulan dia berubah menjadi berandalan dan susah diatur tapi paman dan bibi tak pernah memarahinya, tak seperti kedua orangtuaku yang selalu memarahiku ketika hanya kesalahan kecil tapi aku senang ketika kakek lebih menyayangiku dari Mingyu, namun semua berubah entah kenapa kakek mewariskan perusahaannya pada Mingyu yang berandalan bukan padaku, bukan masalah harta yang kuinginkan namun dengan keputusan yang diambil kakek menunjukkan bahwa ia sama saja dengan kedua orang tuaku hingga saat Mingyu sepertinya menyukai Chaeyeon aku berusaha mati-matian untuk mendapatkan Chaeyeon karena aku tak ingin Mingyu terus mendapatkan apa yang dia inginkan karena aku benar benar iri." Jelas Jaehyun yang panjang lebar.

Tanpa disadari oleh kedua Chaeyeon mendengar semua pembicaraan Jaehyun dan Eunha dirinya diam mematung di depan pintu tak berniat menghampiri Jaehyun awalnya ia hanya ingin menghampiri Chaeyeon namun pembicaraan ini membuatnya tersadar ternyata apa yang ditakutkannya benar-benar terjadi. Ia pun berlari keluar dari ruangan, Jaehyun berusaha mengejar Chaeyeon namun langkahnya di hentikan oleh Mingyu yang terlihat marah.

"Biarkan Chaeyeon sendiri, dan maaf kan aku." Mingyu kemudian mengejar Chaeyeon sementara Jaehyun kembali memasuki ruang inap Eunha.

『••✎••』

"Chae, tunggu!" teriak Mingyu yang masih mengejar Chaeyeon.

Namun Chaeyeon sama sekali pura pura tak mendengar bahkan ia sudah menaiki taksi dan pergi. Mingyu berhenti mengejar Chaeyeon sepertinya benar perempuan itu butuh waktu sendiri untuk menenangkan pikiran.

Chaeyeon masih diam tanpa suara ia belum berniat untuk menangis ia masih menguatkan diri agar tak menangis di depan umum. Ketika sampai di depan rumah ia dapat mendengar suara pertengkaran ia yakin itu suara ayah dan ibunya.

Bahkan saat ia memasuki rumah ayah dan ibunya seperti tak melihatnya dan malah masih sibuk beradu argumen yang sama sekali tak di mengerti oleh Chaeyeon dengan cepat ia memasuki kamarnya dan disanalah tangisannya pecah.

Dengan teganya Jaehyun telah membohonginya.

Lalu apa arti dari perlakuan Jaehyun padanya?

Perasaannya yang kini sangat mencintai lelaki tersebut.

Bodohnya ia sempat terbuai.

Dan bodohnya ia telah mempercayai lelaki itu.

Jaehyun tak lebih buruk dari Mingyu bahkan mungkin jauh lebih buruk.

Chaeyeon menangis bersender pada pintu kamar di temani dengan teriakan ayah ibunya.

"Lebih baik kita cerai!" kata itu bahkan sampai menusuk dada Chaeyeon.

Sudah cukupkah cinta pertamanya memberikan cinta palsu sebagai balasan atas perasaannya?

Mengapa ayah ibunya juga harus bercerai meninggalkan seribu luka yang mendalam dalam dirinya.

Cinta.

Chaeyeon tak percaya lagi akan hal itu.

Sudah cukup ia merasa terbebani dengan semua yang berhubungan dengan cinta.

Sudah ia putuskan untuk tak lagi mengenal cinta.

『••✎••』


Persidangan cerai kedua orang tuanya telah selesai ayah dan ibunya telah resmi bercerai, namun Chaeyeon sama sekali tak memilih antara ingin hidup dengan ayahnya atau ibunya ia malah memilih hidup sendiri karena jika ia memilih hal itu akan membuat kedua orang tuanya kembali berdebat.

Sudah beberapa hari pula dirinya tak masuk sekolah, ia berniat untuk pindah sekolah.

Sudah beberapa kali Mingyu datang ke rumahnya namun ia pura-pura tak mendengar untuk membuka pintu dirinya akan segera pindah rumah setelah ini.

Pokoknya Chaeyeon tak ingin lagi berhubungan dengan orang-orang sekitar Jaehyun bahkan ia sama sekali tak ingin bertemu lelaki itu.

Kini Chaeyeon sedang menaiki kereta menuju tempat kelahiran, dirinya sudah memutuskan untuk pindah ke tempat itu memulai kembali hal yang baru bahkan ia sudah menyewa rumah serta mendaftarkan sekolah disana dan bekerja di toko kue milik pamannya bersyukurlah ia masih berhubungan baik dengan paman dari ibunya itu.

Ketika sampai ia sangat disambut hangat oleh sang paman.

"Sini paman bawakan barang-barangmu." Paman Ji-go membawa kan barang barang milik Chaeyeon padahal Chaeyeon sudah menolak namun pamannya tetap memaksa karena takut Chaeyeon kelelahan.

Pemandangan kota sederhana yang indah tak seperti kota tempat tinggal sebelumnya yang terlihat padat akan penduduk beserta fasilitas fasilitas umum sedangkan disini masih banyak di jumpai sawah dan perkebunan membuat kota ini terlihat jauh lebih indah dan nyaman.

Pamannya membawakan barang sampai di depan rumah minimalis yang sudah ia sewa selama setahun dari hasil uang tabungannya yang ia kumpulkan sejak masa SMP namun tak apa apa ini sudah menjadi keputusannya awalnya pamannya menawarkan bantuan tapi ia menolaknya tak enak pamannya sudah memberinya pekerjaan saja ia sudah bersyukur ia tak ingin terus membebani orang lain karena sekarang ia ingin menjadi Chaeyeon yang mandiri.

***

BERSAMBUNG

Fake Love | JaeYeon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang