[Cover: Nishino Kana -With Love-]
Ini hanya diari perjalanan kisah percintaanku dengan kekasihku.
💕Konten kurang cocok untuk pembaca di bawah 18 tahun. harap sadar usia, ya.💕
Pertemuan pertama, kecupan pipi pertama, ciuman pertama. Bahkan tidur be...
Ini kisah mengena ciuman pertama aku dan kekasihku.
Seharusnya aku menjelaskan dahulu seperti apa aku dan kekasihnya. Namun, saat ini, aku hanya ingin bercerita bagaimana ciuman pertama yanh aku rasakan.
Kisah dimulai saat aku menjemputnya di stasiun. Turun dari mobil bersama ibuku, mencari sosoknya. Sosok kekasihku yang masih muda dan pemberani. Dia sedang terduduk memainkan ponselnya. Kebiasaan anak zaman now. Selalu memainkan ponsel di saat sendiri. Langsung mengenalinya dan dia langsung mengenaliku. Dia pun datang mendekati aku dan ibuku. Mencium tangan ibuku. Aku liat, betapa mudanya sosok dirinya, setelah dia mencukur habis kumis di wajahnya. Kalau begini, terlihat sekali aku berpacaran dengan sosok berondong.
Masuk ke dalam mobil, Ibuku memberikan pertanyaan bosa-basi. Pasti capek, ya? Jakarta macet enggak? Banjir enggak? Dan karena masih malu-malu, kekasihku yang imut dan manis itu pun hanya bisa menjawab iya,Bu. Yah, lumayan, Bu. Enggak, Bu. Dan kami pun tiba di rumahku.
"Putra sama Diana Ibu tinggal kondangan dulu, ya. Kamu ajak Putra makan."
Begitulah pesan ibuku saat menurunkan kami berdua di depan rumahku.
Di sinilah kami kisah ciuman pertama kami dimulai. Di rumahku. Di mana hanya ada aku dan kekasihku berdua saja.
Kiss One -Bibirku, kuserahkan padamu-
Aku mengajaknya ke ruang tengah rumahku. Mungkin karena kecapean, dia meminta untuk diizinkan tiduran di atas pahaku. Namun karena pahaku sensitif, aku pun menolaknya.
"Pahaku gelian, e ..."
"Ish, payah kamu. Aku kan mau tiduran di pahamu."
"Ya, udah bentar."
Aku lantas mengambil bantal dan meletakkannya di atas pahaku. Dengan begitu, kepalanya tidak akan bersentuhan langsung dengan pahaku. Walau pun masih terasa geli, namun masih bisa kutahan.
"Payah kamu. Masa harus pake bantal."
Dengan sedikit menggerutu, dia meletakkan kepalanya di atas bantal yang kusiapkan. Aku lantas mengelus-elus rambutnya. Mengusap-usap keningnya, sambil bercerita mengenai rumahku yang baru pertama kali didatanginya.
Dia lantas menatapku.Memandangi wajahku dari atas pahaku, tempat dia menyandarkan kepalanya. Tatapannya seakan berkata "aku ingin cium kamu." Aku membalas tatapannya. Aku tahu sekali, dia bukan tipe yang akan melalukan ciuman itu, sebelum mendapat izin dariku.
"Kenapa? Kamu pengen cium aku?"
"Boleh?"
"Hahaha."
Aku tertawa malu. Perempuan lain mungkin juga akan berpikiran sama. Jika aku menjawab boleh maka kita akan merasa malu karena terlihat kita ingin melalukan ciuman. Seakan kita yang bernafsu untuk dicium, meskipun memang kita ingin dicium. Dalam benak, aku berpikir, kenapa saat dia menatapku dan ingin menciumku, dia tidak langsung saja menciumku? Itu akan lebih menjadi sebuah kejutan. Namun, kekasihku pasti menahan diri, memastikan aku mengizinkannya, agar aku tidak marah.
"Iya, boleh."
Aku mendekatkan wajahku ke wajahnya. Memejamkan mataku. Kecupan singkat pun menghampiri pipiku. Aku lantas membuka wajahku dengan terkejut. Menatap wajahnya. Dia masih menatapku. Seharusnya dia menyadari makna tatapanku. Dalam hati aku bergumam, cuma di pipi? Aku pun tahu tatapannya. Dia masih merasa belum puas. Dia ingin menciumku sekali lagi. Tetapi dia menunggu. Menunggu sebuah intruksi.
"Cium dibibir, dong."
Ujarku pada akhirnya, sambil menyentuh bibirku dengan jari telunjukku. Dia masih menatapku diam dalam keraguan. Seakan berkata, beneran boleh, nih, kucium di bibir?
"Berani, gak?" ujarku lagi. Kata-kata tantangan itu adalah dorongan keberanian untuknya. Dia akan melalukan hal yang ditatang itu walaupun itu butuh kebernian yang amat sangat sebelumnya.
Aku melihat dia mendekatkan wajahnya ke wajahku. Ah, dia akan menciumku. Aku pun otomatis memejamkan wajahku. Kali ini ciuman singkat bibirnya jatuh dibibirku. Kami kembali membuka mata. Wajahnya terlihat malu-malu. Aku yakin ini adalah ciuman pertamanya. Wajahnya terlihat sedikit memerah. Tetapi ciuman itu terlalu singkat. Telalu singkat untuk dapat aku rasakan.
Jika kalian belum pernah ciuman sebelumnya, maka akan kuberitahu di sini.
Sensasi saat bibir orang lain yang kalian cintai, yang kalian inginkan, yang dalam diri ini menjadi pemicu gairah seksual menyentuh bibir kalian, maka sentuhan lembut itu akan menimbulkan rasa debaran. Debaran bukan dikarena rasa takut, cemas, atau bersalah. Namun sebuah debaran dari semua rasa itu. Rasa takut karena bibir seseorang akan menyetuh bibir kalian. Rasa cemas karena sebuh sentuhan akan hinggap ke bibir kalian. Juga rasa bersalah karena kalian melakukannya diam-diam di saat tidak seseorang pun melihat. Atau bagi kalian yang di dalam kepercayaanya sebuah sentuhan laki-laki dan perempuan dilarang sebelum menikah, debaran rasa bersalah karena melanggar hal itu juga akan muncul saat berciuman.
Selain itu, tidak seperti sentuhan di bagian tubuh lainnya. Bibir adalah bagian yang jarang sekali di sentuh, atau menyentuh hal lain. Kalian mungkin akan terbiasa bersentuhan tangan, lengan kaki, atau bagian tubuh lainnya. Namun sentuhkan di bibir akan sangat jarang terjadi dikehidupan sehari-hari kita. Sensasi saat bibir orang yang kita cintai menyentuh bibir kita akan menjadi sebuah pengalaman yang jarang terjadi. Hal itu juga yang menjadikan ciuman bibir terasa berbeda.
Aku merasakan betapa lembutnya bibirnya. Debaran jantungku juga tidak kunjung berhenti. Meskipun singkat, namun aku bisa merasakan air liur yang membasahi bibirnya. Tetapi, sensasi kelembutan bibirnya yang hanya sejenak singgah di bibirku memberikan debaran yang tidak kunjung berhenti. Dan hal yang hingga kini masih mengherankan untuku adalah aku tidak puas dengan ciuman sesaat itu.
"Kok, cuma sebentar. Lagi, dong." Tanpa malu dan tanpa sadar kata-kata itu terucap.
Dia yang hanya terdiam menatapku pun bangkit dari tidurnya. Mengulurkan tangannya, melingkari pundakku. Ditariknya mendekat tubuhku. Ah, dia akan menciumku lagi. Aku pun kembali memejamkan mataku.
Kali ini ciumannya berbeda dengan yang sebelumnya. Kecupan singkat sebelumnya hanyalah sebuah sentuhan anatar bibir dan bibir. Kali ini, dia membuka sedikit mulutnya. Mencari celah di antara kedua bibirku. Dia lantas membungkus lembut bibir bawahku di antara kedua bibir lembutnya. Mengemut bibir bawahku seakan dia sedang menikmati sebuah permen. Aku terkejut. Tidak menduga bahwa dia akan melakukan ciuman seperti itu di kesempatan kedua kami melakukannya. Dalam sekejap aku berpikir, aku harus membalas ciuman tidak terduga darinya ini. Jika aku menolaknya, maka aku akan merusah keberanian yang muncul di dalam dirinya. Membuatnya malu dan canggung saat bersamaku.
Aku lantas membuka sedikit bibirku. Memajukan sedikit bibir bagian bawahku yang dia inginkan. Membiarkan bibirnya mempermainkan bibir bawahku sepuasnya. Memasrahkan bibir bawahku untuk dinikmati bibirnya. ....
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.