3. Kebulatan Tekad

465 7 0
                                    

sporty bergegas memasuki jalan sempit, menuju ke rumah Petra. begitu ia menekan bel pada sebuah jendela yang terdapat di atas toko terbuka dengan cepat. Toko yang menjual bahan pangan itu kepunyaan keluarga Glockner, orang tua Petra. Gadis itu menjulurkan kepalanya ke luar.

"Kaukah itu, Sporty?"

Sebelum Sporty menjawab, Petra sudah mengenalinya.

"Thomas sudah lebih dulu datang. Kami menyangka kau tidak jadi datang. Syukurlah, kau bisa."

Pintu rumah terkunci. Rumah-rumah di jalan itu berasal dari abad lalu. Ada di antaranya yang tergolong bangunan bersejarah, dengan atap runcing hiasan pada dinding depan, bertembok setebal tembok benteng zaman pertengahan, serta ruang bawah tanah yang dingin dan lembab, dan berbau apak. Sporty menyukai rumah-rumah seperti itu yang baginya lebih nyaman daripada kebanyakan rumah modern dengan kaca di mana-mana. Rumah-rumah modern seperti itu temboknya begitu tipis, sehingga kalau anak-anak berada di dalam harus berjalan berjingkat-jingkat, agar para tetangga tidak terganggu.

Petra turun untuk membuka pintu. Sporty cepat-cepat membuang muka, ketika gadis itu memandangnya sambil tersenyum. Sporty sebenarnya jarang merasa malu. Tapi hal itu setiap kali terjadi kalau ia menghadapi Petra. Mungkin karena gadis itu begitu cantik.

Petra sedikit lebih muda daripada Sporty. Tapi tahun itu juga ia akan berumur 13 tahun. Rambutnya pirang dan panjang, kadang-kadang bersuara gemerisik seperti geseran kain sutra halus. Bola matanya biru tua, dengan bulu mata coklat gelap. Petra jago renang, terutama gaya punggung. Sudah banyak hadiah yang dimenangkannya. Ayahnya juga menggemari olahraga renang. Kegemarannya itu mendorong Pak Glockner untuk menjadi pelatih perkumpulan "Neptunia", tempat Petra menjadi anggota. Ia berlatih tiga kali seminggu, di bawah pengamatan ketat ayahnya. Petra juga sangat pandai dalam pelajaran bahasa di sekolah. Nilai-nilainya dalam ulangan bahasa Prancis, selalu paling tinggi. Dengan Bello pun, ia kadang-kadang berbicara dalam bahasa Prancis. Bello itu anjing peliharannya.

"Wah – hebat sekali pengalamanku tadi," kata Sporty, sambil berjalan seiring dengan Petra menaiki tangga rumah.

"Di sekolah?" tanya Petra.

"Di tengah jalan ketika kemari tadi. Tapi nanti saja kuceritakan. Orang lain – kecuali kau dan Thomas – tidak boleh tahu. Ibumu ada?"

"sedang ke tempat keluarga Mayer di tingkat empat. Tapi cuma sebentar saja di situ."

Kedatangan Sporty di tempat kediaman Petra, disambut gonggongan gembira. Bello sangat menyukai Sporty. Anjing itu melonjak-lonjak di depan Sporty.


Selama beberapa menit, Sporty sibuk bermain-main dengan Bello. Ia memang suka pada binatang terutama anjing. Dan Bello yang paling disukainya. Anjing itu memang kocak!

Petra memelihara Bello sejak dua tahun yang lalu. Ia mengambil Bello dari tempat penampungan binatang yang tidak punya pemilik. Anjing ini jenis spanil, dengan telinga panjang terjulur ke bawah, berbulu putih belang hitam, serta bercak coklat di hidung. Matanya yang sebelah kiri buta. Tapi itu hanya nampak, jika diperhatikan dengan cermat. Pemiliknya yang dulu, meninggalkan Bello di tempat parkir di pinggir jalan bebas hambatan, terikat pada sebuah tong sampah.

Sporty menggaruk-garuk dagu Bello, sampai mata anjing itu terpejam-pejam keasyikan. Ia menggigit-gigit ujung sepatu Sporty. Mungkin sebagai tanda terima kasih.

Thomas Vierstein, yang biasa disapa dengan julukan 'Komputer', duduk di atas permadani di kamar Petra. Ia sedang mendengarkan musik pop yang saat itu sedang tenar-tenarnya. Ia tertawa nyegir ketika melihar Sporty masuk. Cengirannya memamerkan deretan gigi yang jarang dan mencong-mencong.

Kasus untuk STOP - Pencuri Lukisan AntikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang