40. Merindu (2)

1.2K 117 1
                                    

"Ketika lo bisa cinta sama seseorang tanpa alasan dan gak akan benar-benar bisa benci sama orang itu walaupun dengan seribu alasan."

Kata demi kata yang keluar dari mulut Cemeng membuat Ito berpikir keras. Ia jadi ingat waktu Nada sedang datang bulan yang membuatnya jadi serba salah dulu. Waktu itu Nada memang benar-benar menyebalkan, tapi tetap saja ia juga tidak dapat membencinya.

Apa mungkin ia memang sudah jatuh cinta pada gadis itu?

***

Malam-malam begini Ito disuruh pergi ke mini market oleh mamahnya. Berhubung stock detergen di rumahnya habis, dan mamahnya ingin mencuci baju besok pagi-pagi.

Ito berjalan santai dengan pandangan menjelajah seluruh rak dalam mini market. Bukannya berhenti pada barang yang dicari, tapi pandangannya malah berhenti pada gadis yang sedang sibuk memilah-milah makanan.

Ito tersenyum samar lalu berdiri tepat di samping gadis itu.

"Mas, pop mie yang rasa soto kok gak ada ya?" celetuk Nada tanpa menoleh ke samping.

"Muka gue terlalu ganteng, buat lo panggil jadi mas-mas mini market," ucap Ito datar dan Nada langsung memalingkan wajahnya dengan raut cengo.

"Ito, ngapain lo di sini?"

"Emang sejak kapan ada larangan, kalau gue gak boleh di sini?" tanya Ito balik, membuat Nada menundukkan kepala.

"Beli apa Nad?" tanya Ito lagi.

"Beli makanan, kenapa mau beliin?" tanya Nada sarkas.

"Harusnya elo lah yang beliin gue, kan lo masuk 10 besar gara-gara gue," tungkasnya.

"Tapi kan yang dapet juara 1 elo To, elo dong yang harusnya traktiran," balas Nada nyolot.

"Nih gue ada gope!" Ito mengambil uang recehnya yang terselip dalam saku celana, lalu memberikannya pada Nada.

"Apaan, jaman sekarang mah pake uang gope permen kaki aja juga gak dapet kali," dengus Nada.

"Siapa bilang," ujar Ito sambil mengeluarkan sesuatu dalam sakunya lagi.

"Ini permen, itu kaki, jadikan permen kaki!" ucapanya sambil menyodorkan permen dan menunjuk kaki Nada.

Nada benar-benar merasa tertipu lalu ia menginjak kaki Ito dengan sekuat tenaga.

"Makan tuh permen kaki!"

***

~ Ke-esokan harinya

Malam ini Ito tidak bisa tidur. Tadi pagi ia pergi ke rumah Nada, namun, ternyata Nada dan keluarganya sudah berangkat ke Surabaya.

Ito merasa gundah. Kenapa gadis itu pulang ke Surabaya tidak memberitahunya. Ito berdecak. Ia lupa dirinya kan bukan siapa-siapanya Nada, lalu kenapa ia harus merasa marah, ketika Nada tidak mengabarinya.

Ito memejamkan mata, memaksakan diri untuk tidur. Tapi sayang, mau sekeras apapun ia berusaha, usahanya pasti gagal.

Laki-laki itu merasakan ada perasaan aneh dalam hatinya yang selalu mengganjal pikirannya. Ia tidak tahu itu apa, tapi yang jelas ia hanya ingin bertemu Nada. Ito berpikir lamat-lamat, jangan-jangan ia sedang merindu.

Gerak cepat Ito mengambil ponselnya yang ada di atas nakas lalu membuka polanya.

"Jam 11 malam, belum terlalu malam kan?" pikirnya dalam hati.

Segera ia mencari nama kontak Nada, lalu menelponnya.

Hingga didetik ke-5, Nada tidak menjawab dan baru didetik ke-6 terdengar suara khas Nada.

"Kenapa To?" suara gadis itu dari sebrang sana.

"Lo balik ke Surabaya, kok gak bilang-bilang." Ito mendumel.

"Sori deh, gue lupa ngasih tau lo," ucap Nada menyesal dibuat-buat.

"Oh, yaudah," balas Ito datar.

"Jadi lo telepon gue malem-malem cuma buat nanyain itu? lo gak lagi ngigo kan To?" tanya Nada, namun Ito tidak menjawab.

"Kalau gitu gue matiin aja ya," ucap Nada selanjutnya dan Ito langsung tergagap.

"Tunggu Nad, gue sebenernya kangen Molly, iya Molly!" gelagapan Ito berbohong.

"Molly nggak gue bawa ke Surabaya To tapi gue titipin di rumah Aurel, kok tumben sih lo kangen sama Molly, lo udah suka kucing sekarang."

Ito terdiam sejenak, lalu ia melanjutkan. "Nad, kalau sekarang gue bilang gue kangen sama lo, lo bakalan percaya nggak?" ucap Ito terbata-bata.

Nada tersenyum samar. Ia bingung lantaran tidak biasanya Ito menggoda dengan suara terbata-bata.

"Kalau gue percaya?" Nada menyeringai.

"Alhamdulillah,"

"Kalau gue gak percaya?"

"Astaghfirullah,"

Ito mendengar Nada tersenyum renyah.

"Ito, kalau lagi demam itu minum obat, bukannya malah telepon gue, jadi tambah sawan kan lo, udahlah gue matiin, bye!"

Nada mengakhiri panggilan dan Ito masih terpaku dengan ponsel menempel di telinganya.

"Mungkin gue memang lagi demam Nad, dan mungkin juga lo adalah obatnya."

Setelah menerima panggilan Ito. Nada jadi tersenyum sendiri sekarang. Laki-laki itu memang aneh, dan entah kenapa ia jadi terus-terusan memikirkannya.

"Sebenernya lo kenapa sih To?"

***TBC***

Pencet tombol bintang gengs!
Baca yang atas dulu baru yang ini, okay!

Lagu untuk Nada [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang