Jangan lupa Vote n Comment, ya✨
-
Jennie tersenyum. Memandang langit luar dari kamar luasnya.
Tentu, sekarang dia sedang berkhayal. Apakah kalian mau tahu apa yang dia khayalkan? Kali ini, dia berkhayal menjadi adik dari Captain America! Dia berkhayal saat dia diganggu, kakaknya yang gagah menolongnya."Dukk!!," Batu kecil terkena ke kaca jendela kamarnya yang tebal.
Dia berdecak kesal. Tentu dia tau siapa pelakunya."Jangan berprilaku seperti anak kecil, Jungkook!!," Jennie membuka jendela kamarnya dan mengoceh dengan orang yang rumah dan kamarnya berada pas di sebelah rumah dan kamarnya juga yang berada di lantai 2.
"Lagi ngayal kan lo? Dari tadi gue liatin lo cengar cengir kaya orang gila. Siapa lagi yang jadi korban khayalan lo kali ini? Batman? Superman?," Jungkook melipat tangannya dan menaruh wajahnya di sisi jendela saat berbicara dengan sahabat dari kecilnya ini. Jungkook tahu Sahabatnya itu sangat menyukai banyak superhero.
"Lo ga perlu tahu," Jennie melipat tangannya dan mengikuti Jungkook. Mengambil posisi nyaman untuk berbicara.
"Jelas, Gue perlu tahu. Gue kan sahabat lo," Jungkook berkata sambil mengedipkan matanya.
"Captain America!," Jennie tersenyum mengatakannya.
"Captain yang bernasib buruk di khayalkan oleh lo..," Jungkook tersenyum masam.
"Huh. Terserah lo. Gue mau lanjut ngayal," Jennie berdiri dari duduknya yang tadi di dekat sisi jendela.
"Hei! Jangann! Ayo, nonton film Captain America lagi sama gue!," Jungkook menghentikan Jennie yang hampir menutup jendelanya.
"Serius? Gue kesanaa sekarang!!," Jennie dengan cepat menutup kaca jendelanya, lalu berlari ke rumah sahabat cowonya yang menyebalkan itu.
Jungkook tersenyum melihat Jennie yang antusias. Hanya inilah yang dapat Jungkook lakukan untuk mendapat perhatian Jennie. Mengajaknya menonton film superhero, karena sahabatnya yang sangat menyukai superhero. Walaupun mereka berdua sudah menontonnya berkali-kali. Tak apa, asal Jungkook bisa melihat sahabat kecilnya itu bahagia.
•••
"Duhh, ganteng banget sih captainn," Jennie menaruh kepalanya di bahu Jungkook setelah mereka selesai menonton film."Apaan, sih. Lebih ganteng juga gue," Jungkook memajukan bibirnya karena gadis yang disebelahnya ini selalu saja memuji semua superhero tampan. Padahal bagi Jungkook ketampanan mereka hanya berbeda 11 12.
"Idihh! Beda jauh banget tau ga, sih! Dia itu gantengggg bangettttt! Muka lo? Kaya dinding kamar lo. Datar, tidak menarik," Jennie mengangkat kepalanya dari bahu Jungkook.
"Ilih. Lo doang yang gamau ngaku,"
"Emang ga,"
"Iya,"
"Ga,"
"Iya,"
"Au ah. Gue pulang aja,"Jennie keluar dari kamar Jungkook lalu kembali ke rumahnya.
Dia membuka pintu rumahnya.
"Hhh..," Sorotan matanya berbeda sudah saat dia melihat keadaan rumah. Dia kecewa kembali ke rumah. Dia ingin stay saja di rumah Jungkook dan tak kembali ke rumah ini. Dia berlari ketakutan dengan cepat lalu masuk ke dalam kamar.Jennie membuka satu toples yang berisi dengan batu kecil. Seharusnya, kalian sudah tahu apa fungsinya.
Jennie mengambil satu batu kecil lalu menutup kembali toples itu."Ddukk!," Jennie melempar batu itu ke kaca jendela Jungkook. Yap. benar sekali. Batu itu dikumpulkan di dalam satu toples yang berfungsi khusus untuk dilempar ke kaca jendela Jungkook yang dipasang sama tebalnya dengan Jennie agar saat mereka melempar batu, kaca kamar mereka tidak pecah.
Dengan cepat Jungkook membuka jendela kamarnya.
"Apa? Kangen lo sama gue? Kayanya kita baru pisah berapa menit, deh," Jungkook berusaha menggoda Jennie."Gue tabok lo, ya," Jennie menatap Jungkook tajam.
"Iye, iye. Kenapa lo?,"
"Au ah," Jennie memajukan bibirnya, ngambek.
"Berantam lagi orang tua lo?,"
Jennie terdiam, kepalanya tertunduk. Lalu menatap Jungkook sebentar."berarti benar," Pikir Jungkook.
"Tau ah. Cape gue. Sekolah asrama aja kali, ye?,"
"Jangan dong!," Jungkook panik setelah melihat Jennie yang seperti itu."Tok Tok!," Suara ketokan pintu kamar Jennie menyela pembicaraan mereka.
"Duh, siapa sih. Jungkook nanti lagi, ya," Jennie menutup jendelanya dengan kain agar tidak bisa dilihat Jungkook dari luar dan membuka pintu."Gue mau masuk dong!," Kata orang itu sambil masuk ke kamar Jennie.
"Lo ngapain sih, Jiminn!!," Jennie melempar bantal kepada Jimin yang langsung tidur di kasurnya."Ah, lo jahat banget sih jadi adek. Bosan gue di kamar," Jimin adalah kakaknya yang berusia 19 tahun. Jimin sudah kuliah di universitas yang tak jauh dari sekolah Jennie.
"Lo ga keganggu, kak?," Tanya Jennie dengan memanggil kakaknya dengan sebutan 'Kak'.
"Sama apa?,"
"Itulah, sama mama papa,"
"Oh, berantam lagi?,"
"Iya..,"
"Itu tuh dah biasa banget. Lo kaya baru sehari aja di rumah ini," Jimin tertawa melihat adiknya itu."Hhh—, iya juga sih. Harusnya gue udah terbiasa," Jennie terdiam dengan jawaban kakaknya itu. Ini bukan hari pertama dia di rumah ini, kan? Sedangkan orang tuanya hampir setiap hari bertengkar. Seharusnya dia sudah sangat terbiasa.
"Yaudah, gue balik aja ke kamar gue. Tadi iseng aja ke kamar lo," Jimin mengelus kepala adiknya dan beranjak pergi ke kamarnya.
Jennie mengambil bantalnya yang tadi dilemparnya ke kakaknya lalu berkhayal sebelum tertidur. Kali ini, dia berkhayal di dunianya ada langit indah yang cerah, menjadi anggota kerajaan, semuanya bahagia, apalagi— dia berkhayal dia memiliki orang tua yang akur. Walau hanya khayalan, setidaknya dia melupakan masalah tentang orang tua nya yang suka bertengkar. Walau hanya sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imagination ; (Jennie, Jungkook) ✔
Fanfiction©copyright 2018 by piyows [WITH GIF STARTS EPS 1] ketika Jennie seorang anak yang hobi berkhayal bertemu Jungkook. [Start: Juli 2018-November 2018]