Azka berjalan di koridor dengan tenang, bel istirahat sudah terdengar dari beberapa menit yang lalu. Suasana koridor hari ini terlihat seperti biasa di mata Azka, siswa siswi sibuk dengan dunianya.
Azka berjalan sendiri, kini dirinya berbelok ke arah gedung perpustakaan yang berada di bagian belakang dan berada di tengah-tengah taman sekolah dan lapangan basket sekolah.
Hari ini Azka berinisiatif untuk lewat depan lapangan basket.
Laki-laki yang berdiri di ujung lapangan basket melihat ke arah Azka dengan penasaran.
"Siapa tuh?" Tanya laki-laki itu, Zerlan Adyta. Dia baru saja melihat perempuan itu, dengan wajah cantik namun terlihat tajam.
Teman-temannya mengendikkan bahu mereka masing-masing.
"Gak asik banget!" Zerlan menjauh dari pasukannya mendekati arah langkah Azka yang ingin memasuki kawasan perpustakaan.
Teman-temannya hanya saling pandang-memandang penasaran dengan apa yang dilakukan Zerlan.
"Tunggu!" Zerlan memegangi pundak Azka dari belakang, namun Azka dengan sigap menjauhkan tangan Zerlan dari pundaknya.
Azka menatap datar ke arah Zerlan.
"Kenalin nama gue Zerlan Adyta!" Zerlan mengulurkan tangannya di depan Azka.
Azka tak menanggapi hal itu, dia langsung pergi meninggalkan Zerlan dari sana dengan tatapan datarnya.
Zerlan mengepalkan tangannya, bete karena telah diacuhkan oleh perempuan itu.
"Lan, cabut yuk!" Kata temannya yang berdiri tak jauh dari tempatnya berdiri. Dirinya -pun beranjak dari sana.
Azka menghembuskan napas kesal. Satu yang Azka tidak suka dari laki-laki yang baru saja dia temui, yaitu bergaya sok kenal dengan mententuh pundaknya.
Untung saja laki-laki itu tidak mengikutinya masuk ke dalam perpus.
Tring.
Ponsel Azka berbunyi pelan, dengan layar yang langsung bercahaya.
Azra: Pulang sekolah temuin Denis, Az.
Azka tau kalau Azra disuruh oleh Denia untuk menghubunginya.
Tunggu! Batin Azka. Dia berpikir keras, di mana ponsel Denis?
Azka: Malam ini kumpul semua!
Azka beranjak dari sana, dia meurungkan niat awalnya yaitu menidurkan diri di perpustakaan yang damai ini.
Azra: SIAP!
Azka menghiraukan itu, dia bergegas untuk pergi ke kelasnya bukan karena bel sudah berbunyi, tapi untuk mengambil tas dan kabur dari pelajaran hari ini. Suasana hatinya tiba-tiba saja berubah.
Kalau Azka sudah berpikir tidak-tidak berarti ada yang perlu diselaikan saat itu juga.
Ingin rasanya Azka mengakhiri semua. Namun, Azka tahan untuk menghancurkan siapa pelaku di balik rencana itu semua.
Itu. Masa lalu yang hampir membuat Azka muak dengan dunia ini.
"Azka!" Azka tidak berhenti melangkah, melainkan berjalan lebih cepat menghindari orang-orang yang berusaha mendekatinya.
"Azka!" Perempuan itu membuat Azka tertahan di tempat karena dia menahan tangan Azka yang baru saja dipegangnya.
"Azka! Lo kenapa sih!" Azka menatap tenang gadis di depannya ini.
"Ada satu yang perlu lo tau!" Clarisa-nama gadis itu mendekati telinga Azka.
Azka tersenyum miring, seakan semuanya akan terkuak ke permukaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANAZKA
Teen FictionNamanya Dana Mahendra, laki-laki dengan tampang datar dengan sikap semaunya. Bertemu dengan Azkarylla Senjaya, perempuan cantik dengan keganasan yang dia simpan dibalik tampang tenangnya. Bertemu di satu titik. Saling tatap. Dana yang dibuat bingun...