PART 26 : Penyelesaian

1.7K 153 18
                                    

HELLO, GUYS! How are you?
Maaf banget aku gak update-update part. Dan maaf banget kalau part ini gak memuaskan. Ada beberapa hal penting yang mengharuskan aku pulkam dan gak membawa laptop. Ditambah, aku juga enggak pasang apk wattpad di HP, jadi gak bisa ngetik juga.

So, intinya aku minta maaf banget dan berharap kalian enggak kecewa. HEHE

HAPPY READING!

-'-

"Tidak! Tidak ada yang namanya pulang! Malam ini juga, kita harus menyelesaikannya. Semuanya. Tunggu aku di rumah!"

Joy menghela napas lelah. "Baiklah.."

KLIK

Daniel langsung mematikan sambungan. Dia harus benar-benar melakukannya. Semingguan ini mereka dilanda perasaan gegana. Gelisah, galau, merana. Semingguan ini mereka berada dilingkup sebuah ketidakpastian.

Dan semingguan ini pula, Daniel telah mempersiapkan diri. Dia harus menjelaskan dan memperjelas hubungan di antara mereka. Dia juga sudah siap atas segala resiko yang terpikir di kepalanya.

Entah kenapa, semenjak kedatangan Joy saat itu, dia jadi tidak tenang. Dia selalu ingin bicara panjang atau menceramahi Joy, tapi omongan itu hanya tertahan di ujung lidahnya. Dia bukan seperti dulu.

Mengabaikan kegundahan yang ada, Daniel mengambil kotak biru itu dari celananya dan membukanya dengan pelan, menjaga agar benda di dalamnya tidak terganggu sedikit pun.

"Apa aku bisa? Apa aku bisa mengatakan yang sejujurnya?" Daniel mulai bermonolog.

"Tentu saja! Tentu saja aku bisa!"

"E-eumm.. maaf, Pak?"

Suara itu membuat Daniel segera memasukkan cincin itu kembali ke asalnya dengan kehati-hatian extra.

"Sekarang sudah jam setengah enam sore, saya hanya ingin melapor dokumen saya dan pamit pulang, Pak."

Daniel mendadak grogi. Secepat inikah waktu berlalu? Kenapa dia baru menyadarinya?

"O-oh begitu, ya sudah. Terima kasih."

Keadaan mendadak malah jadi canggung.

"Kenapa? Tunggu apa lagi? Bukannya kau ingin pulang?"

Pegawainya yang bernama Jisung itu menjadi salah tingkah. "Anu.. Bos, Bos pengen melamar seseorang, ya?"

Daniel menatap Jisung dengan lekat. "Melamar?" dia kembali menatap kotak cincin yang sedang dia pegang. "Tidak. Aku hanya ingin mengungkapkan perasaan yang sudah ku pendam bertahun-tahun kemudian menyematkan cincin ini di tangannya agar dia jadi milikku seorang!" tanpa sadar Daniel meremas kotak itu dengan emosi yang menggebu-gebu.

Sedangkan Jisung, dia sudah duduk di sofa ruang CEO dengan tatapan datar. Segitu butanya kah bosnya itu soal cinta?

"Apa yang daepyo-nim bilang, mengarah pada pengertian 'lamaran'. Dan tentu saja seorang perjaka yang ingin melamar seorang gadis harus tampil berkharisma. Itu sih, menurut saya."

Daniel menatap setelan jas yang dipakainya, kemudian kembali menghadap Jisung lagi.

"Begini tidak apa-apa, kan?" tanyanya meminta saran.

Jisung mengangguk.

Melihat Jisung terdiam, Daniel kembali bertanya. "Lalu apa? Apa lagi yang harus di rubah?"

Jisung mengamati wajah Daniel lama. "Bos, saya akan merubah sedikit penampilan Bos. Bos mau tidak?"

Daniel sedikit berpikir, kemudian mengangguk dan duduk dengan tegak di kursinya. Jisung pun langsung mengambil segala peralatan kekasihnya yang kebetulan tertinggal di mobil dan terbawa tas kantornya.

Sambil memolesi wajah Daniel dengan toner, dia bertanya, "Memang, berapa umur wanita yang akan Kang Daepyo lamar?"

"Apakah itu juga penting bagimu?" tanya Daniel dengan dingin.

Jisung meringis. Tidak bisakah menjawab dengan baik-baik?

"Bukan, hanya saja agar saya dapat membuat wajah CEO sesuai dengan suasananya nanti."

"Ooh. Umurnya 20 tahunanlah."

Jisung terkaget hingga tangannya berhenti bergerak. "EEEeeh?! Perbedaan umur kalian—?!"

"Iya. Kenapa? Ada masalah?"

"Tidak. Saya pikir, untuk kencan pertama kalinya ini anda akan mengencani wanita yang lebih tua."

Daniel tidak menjawab.

"Sambil kau memolesi wajahku, tolong beritahu semua alat yang kau pakaikan untuk wajahku dan fungsinya. Aku takut itu nantinya malah membuat wajahku menjadi jelek."

Jisung terkekeh. "Ne." CEO nya ini sangat teliti terhadap hal apapun. Ia pun memulai penjelasannya.

Setelah selesai dengan wajah, Jisung pun beralih untuk mengganti jas Daniel menjadi sedikit tidak terlalu formal.

"Dan terakhir, saya hanya akan menyemprot parfum Victoria Secret yang tentu saja belum kedaluarsa dengan wanginya yang khas."

SRUTT

"Selesai. Kalau begitu, saya pulang dulu, Bos. Saya tunggu kabar baiknya besok," Jisung terkekeh.

Daniel masih diam di depan kaca, mengamati penampilannyabyang baru ini. Dan Jisung memaklumi itu. CEO-nya ini memang dingin.

"Tunggu!" sungguh keajaiban!

Jisung menoleh ke belakang, menatap Daniel yang mengeluarkan raut keraguan. Jisung mengernyit, "Kenapa, Bos?"

"Apa setelah ini kau ada janji?" tanyanya pelan.

Kening Jisung kembali mengernyit. "Tidak. Ada yang ingin dibantu lagi?"

"T-tolong, ajari aku berbicara dengan baik."

Dan Jisung tersenyum. Ini pertama kalinya ia mendengar sang CEO meminta tolong secara pribadi padanya. Dia pun tersenyum dan mengangguk. Jisung sangat senang menolong orang, entah siapapun itu.

"Ne, Kang Daepyo!"

JOY POV

Sudah dua puluh menit dia duduk termenung di sofa single ruang tamu Daniel. APA YANG AKAN DIA PAKAI?! Kali ini, dia tidak akan segan mengatai Daniel bodoh. Sudah tau semua pakaiannya ada di rumah kos dan semingguan ini dia memakai kemeja besar Daniel dan tentu saja membuat warga kampus gempar.

Dia mengacak rambutnya gusar. "Gimana ini?!!"

Seakan ada bohlam terang di atas kepalanya, Joy pun segera memeriksa dompetnya.

"Hanya ada dua ratus ribu won. Ini mana cukup membeli pakaian bagus. Mana mungkin aku hanya memakai kemeja usang ini."

Joy pun langsung memukul kepalanya setelah lima menit berpikir. "Oh iya!!"

Dia memutuskan segera menutup pintu dan jendela kemudian mengunci pintu setelah mengirim pesan pada Daniel jika dia akan pergi keluar. Tidak peduli dengan Daniel dan spekulasi bodohnya.

Dengan bantuan wi-fi bebas pakai yang banyak terpasang di sepanjang jalan, Joy jadi bisa menghemat kuota internetnya. Dia pun menaruh sidik jarinya pada tomnol lock yang ada di belakang kemudian membuka aplikasi tempat bertanya ini-itu. Dia mulai mengetik setelah mengetuk ibu jarinya beberapa saat lalu pada layar ponsel.

"Pusat perbelanjaan.."

HAPPY ENDING OR NOT ?

MY GIRL {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang