Step Brother : 06

3.2K 463 41
                                    

Cahaya terang yang mengusik tidurnya membuat Seulgi mengernyit dibalik matanya yang terpejam.Satu tangannya mencoba untuk mengusap kedua matanya yang terasa berat.Namun, dia meringis kecil saat satu tangan itu berhasil terangkat untuk mengusap matanya. Kini kedua bola mata itu sudah terbuka sepenuhnya, ia menatap kedua tangannya yang sedikit membiru.

Dia sedikit bingung.Namun,saat sorot matanya menangkap seseorang yang kini tengah tertidur sambil duduk dengan menyederkan kepalanya diatas meja di samping ranjang miliknya Seulgi tersadar.Dalam diam dia memilih menjauh.Dia takut.Seulgi memutuskan turun dari ranjang besar miliknya dengan hati-hati takut sosok yang tertidur lelap itu terbangun.

Seulgi ingin menghindari Jimin.Dia harus segera pergi. Terserah pergi kemanapun asalkan dia tidak melihat pria itu maka dia akan merasa aman.

Dia harus cepat.Sebelum pria itu benar-benar membuka matanya.

Kedua kakinya melangkah pelan.Dia menatap pantulan wajahnya terlebih dahulu di meja rias.Sungguh keadaannya sekarang sangat terlihat menyedihkan. Bibir bengkak dengan sedikit sisa noda darah di bibirnya dan jangan lupakan kedua tangannya yang sedikit membiru.

Seulgi mengusap kasar bibirnya. Rasanya ia ingin menangis sekencang-kencangnya untuk meluapkan seluruh emosi yang mengganjal di hatinya. Bibirnya bergetar takut saat mengingat kejadian malam tadi. Dia menggeleng. Benar Seulgi harus cepat pergi dari rumah ini.

Matanya melirik Jimin yang masih tertidur pulas.Dengan cepat ia bergerak menuju pintu dan berniat untuk membukanya.Namun,Saat tangan kanannya ingin membuka pintu hasilnya justru tak sesuai keinginannya.Pintu terkunci.Dan dalang utama yang mengunci pintu itu tak lain adalah pria yang kini tengah menggerakkan badannya karena merasa terusik dengan bunyi suara Knop pintu yang sedang Seulgi paksakan agar terbuka.

Suara erangan khas orang bangun tidur membuat tubuh Seulgi mematung. Dia tidak berani walau sedikit saja untuk menoleh ke arah dimana Jimin berada.

'' Noona sedang apa? '' Jika keadaan buruk yang terjadi padanya tadi malam tidak terjadi mungkin kini Seulgi tengah tersenyum senang karena pada akhirnya Jimin memanggilnya dengan sebutan 'Noona'. Namun,Keadaan yang tak terduga Seulgi memilih mengabaikan perihal itu.

Tubuhnya menegang karena rasa takut itu mendadak muncul.Telinganya mendengar suara derap kaki yang mencoba menghampirinya saat ini. Tangannya bergetar ketakutan.

Dengan cepat ia berbalik menghadap Jimin.''Jangan mendekat!'' Lirihnya dengan sorot mata ketakutan.

Jimin menggeleng ada rasa penyesalan yang membuatnya merasa sangat bersalah.''Maafkan aku Noona.''

Gelengan keras menjadi jawaban yang membuat tenggorokan Jimin terasa bagai tercekik.''Menjauhlah Park Jimin. Kumohon...'' Terdengar begitu menyakitkan sampai Dada Jimin sangat sesak.

Kakinya melangkah mendekat menghapus jarak di antara keduanya. Dia mengusap lembut kedua mata Seulgi yang kini terpejam lantaran tak berani melihatnya.''Menjauh Jimin...'' Kata yang sama kembali terlontar.Tapi tetap tak di hiraukan.Dia mengusap lembut bibir Seulgi yang terus bergetar ketakutan.

Seulgi tersentak kaget saat tubuh Jimin kini merangkuhnya.Usapan lembut penuh kasih sayang terasa di kepalanya.

''Maafkan aku Noona. Semalam aku terlalu mencemaskanmu. Saat aku pulang kau tidak ada di rumah. Aku meneleponmu berkali-kali Namun tidak aktif. Aku sampai bertanya pada orangtua angkatmu dan mereka bilang kau tidak pergi kesana. Lalu aku memutuskan untuk mencarimu di sekitar rumah orangtua angkatmu.Dan aku menemukanmu. Tapi,Aku melihatmu sedang bersama seorang pria. Aku kesal karena kau berbohong.'' Jimin diam sesaat kemudian kembali melanjutkan kalimatnya.''Maaf.Aku janji tidak akan memperlakukanmu kasar seperti semalam.'' Sesalnya lalu mengeratkan pelukannya.

Seulgi bungkam.Dia menghentikan tangisnya.Dalam masalah kali ini dia sadar bukan hanya Jimin yang salah tapi dia ikut salah karena berbohong dan tidak ingat waktu.Jelas sekali bahwa dia memang salah.Kemudian dia diam merasakan bagaimana Jimin mengusap rambutnya dengan lembut.

Seulgi tidak boleh egois.Maka dari itu dengan ragu dia ikut melingkarkan tangannya membalas pelukan dari Adiknya.Membuat Jimin lega kemudian menempelkan dagu-nya diatas pundak Seulgi kemudian tersenyum kecil.

''Terimakasih.Aku janji akan menjadi adik yang kau inginkan.''

***

Diatas meja makan yang sudah terisi makanan, suasana yang agak canggung menjadi hal dominan yang membuat kedua orang yang sedang makan dalam keadaan hening itu bingung. Iya,Bingung untuk membuka percakapan apa?Apalagi sisa kejadian semalam masih teringat jelas di kepala masing-masing.

Jimin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.Sesekali matanya melirik Seulgi yang tengah bungkam. Sejujurnya dia juga bingung kenapa dia bisa melakukan hal gila itu tadi malam. Untung saja saat ia pulang dengan keadaan menggedong Seulgi Mama dan Papa-nya tidak melihat.

Kalau sampai ketahuan tidak bisa dibayangkan apa yang akan terjadi padanya sekarang.

Dia berdehem.Membuat Seulgi menatapnya.''Mama dan Papa pagi tadi menyerahkan ini.'' Satu tangan Jimin mengeluarkan kunci mobil yang berada di kantung celananya.Kemudian meletakkannya diatas meja.

Melihat itu Seulgi mengangkat satu alisnya.''Untuk apa?'' Dan Jawaban dari Jimin membuat kedua bola matanya melebar.

''Untukmu.'' Lantas kepala Seulgi menggeleng keras.''Tidak!Tidak perlu aku tidak membutuhkannya.Aku bisa naik kendaraan umum.''Ujarnya merasa tidak enak.

Jimin ingin menyela.Namun,Ide bagus melintas di kepalanya.''Baiklah.Jika kau tidak mau tidak akan jadi masalah. Hanya saja yang menjadi masalah Mama dan Papa tidak akan mengizinkanmu naik kendaraan umum.''Dia tersenyum kecil. ''Tapi,Jika yang mengantar dan menjemputmu setiap hari aku mungkin mereka tidak akan keberatan.''Ujarnya sambil menaikkan satu alisnya.

Mata Seulgi mengerjap sesaat.
'' Memangnya kau tidak keberatan?''

Jimin mengedikan bahunya sekilas. ''Aku sih tidak jadi masalah jika kau memang memintanya.''Balas Jimin sambil tersenyum kecil.

Suara ponsel yang terdengar nyaring dari kantung celana Jimin membuat Seulgi diam. Dengan malas satu tangan Jimin merogoh kantung celananya.Dia melihat sekilas siapa yang menelepon lalu kembali menatap Seulgi.
''Aku angkat Telpon dari Mama sebentar.''Ujarnya yang langsung di-iyakan oleh Sang Kakak.

Karena Jimin sudah pergi berlalu dari meja makan Seulgi memilih melanjutkan aktivitas makan-nya yang tertunda sesaat.

Tak sampai lima menit Jimin kembali. Namun,Seulgi dibuat bingung dengan wajah Jimin yang terlihat tengah mengulum bibirnya--berusaha keras menahan agar tidak tersenyum.

''Ada apa?'' Seulgi bertanya dengan penasaran saat Jimin kembali duduk.

Dan gagal. Jimin kini tersenyum lebar dengan wajah yang agak berseri-seri.

''Bukan apa-apa.Tadi Mama berpesan padaku untuk memberitahu-mu bahwa Papa dan Mama tidak akan pulang dalam seminggu ini katanya Papa ada Proyek di Jeju dan Mama ingin menemani Papa.''Ujarnya.

Seulgi menganggukkan kepalanya mengerti.''Tapi...Mama juga berpesan Karena seminggu ini kau tidak mengajar maka kau harus sering-sering ke kantorku.''

Mendengar itu lantas Seulgi merasa sedikit bingung.''Untuk Apa?''

''Temani aku lah.Jangan lupa bawakan makan siang.Aku juga akan mengajarimu sedikit bagaimana cara bekerja di kantorku.Hitung-hitung untuk tambah ilmu.Mengerti?.''Perintah Jimin yang langsung diangguki.

Setelah mendapat persetujuan Jimin kembali melanjutkan sarapan-nya.
Dalam diam dia tersenyum kecil sembari menatap Seulgi yang kini tengah mengunyah makanannya.

Sedikit berbohong tidak masalah kan?









Tbc...

Iyaa Jim gpp.Bohong bnyk juga gpp asal jgn bohongin hati lo aja...wkwk

Sumpah yaa Jimin ini bikin gemes gk ketulungan... lagi males mikir makanya Chap ini terkesan ringan.

See you next Chap..

Vomment jgn lupa setelah membaca.

Bye~bye~♡

Step Brother[SeulMin] End√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang