Pilihan Untuk Kebahagiaan Kita

345 43 7
                                    

"Rein, sebenernya lu ada rasa gak sih sama Sunny?" tanya Arka menghampiri Rein yang sedang menyeruput kopinya di balkon rumah sakit sambil melihat hujan rintik-rintik yang mulai turun lagi.

"kenapa tiba-tiba nanya gitu?" tanya Rein menoleh pada sahabatnya yang kini berdiri tepat di sampingnya.

"tiba-tiba nanya gimana? lu udah gak sekolah 4 hari bro. dan kalau gue, Bima, sama Aryo gak inisiatif ke rumah sakit sekarang dan liat keadaan lu, gue yakin lu gak bakalan ngehubungin kita."

"gak kerasa, 4 hari.. gue juga gak ada ngehubungin Sunny setelah malam itu."

"kalau gue jadi Sunny ya. gue bakalan bingung sama lu. yang tiba-tiba nunjukin kalau lu suka, tapi tiba-tiba lu bersikap dingin ke dia. yang tiba-tiba lu perhatian, tiba-tiba lu menghilang gitu aja. sekarang gue tanya, Sunny tau gak soal ibu lu?"

"ya enggaklah ka. gue gak mau beban gue jadi beban dia juga, gue gak mau dia ngerasa kasihan sama gue"

"lu yakin kalau lu cerita dia cuma bakalan kasihan sama lu? beban itu emang udah selayaknya dibagi Rein. begitu gue sama temen-temen tau soal ibu lo ini Rein, gue sama temen-temen mau ada disini bareng lu bukan karena kasian. tapi karena kita sahabat, beban lu udah selayaknya jadi beban kita juga."

Rein teridam mendengar kata-kata Arka, kini ia menatap kedalam kopi hitam didalam cangkir.

"gue saranin lu bilang semuanya ke Sunny. perasaan lu, soal ibu lu. sebelum semuanya terlambat. biar Sunny juga ngerti alasan lu sering ngilang gitu aja."

"lu yakin ka?"

"yakin gue. lu nya, yakin gak suka sama Sunny?"

"gue..." belum sempat Rein menjawab pertanyaan Arka, telpon genggam di sakunya bergetar. sebuah telpon dari Sunny. 

"bisa ketemu sebentar?" tanya Sunny langsung ketika Rein mengangkat telpon. Rein terdiam selama beberapa saat 

"gak lama. ada yang mau aku bilang" kata Sunny lagi

"di taman kota. jam 8" kata Rein buru-buru menjawab

"iya" Sunny mematikan telponnya. 

"pas nih momentnya." kata Arka saat melihat Rein tersenyum bahagia mendapat telpon dari Sunny.

"tunggu disini nyet. jangan kemana-mana dulu" Arka langsung masuk ke dalam kamar ibu Rein dan mengambil sebuah mawar merah dan keluar memberikannya pada Rein.

"maaf nih bro. awalnya gue juga cinta sama lu, tapi sekarang gue gak bisa nerima cinta lu" kata Rein mengambil mawar di tangan Arka.

"bukan buat lu setan! kasi ke Sunny. kalau mau ngungkapin perasaan, romantis dikit" kata Arka dengan tampang serius.

"serius sih serius. tapi ini kan bunga buket dari kalian buat ibu gue. gini nih, gak ikhlas, diambil lagi kan" kata Rein memberikan bunganya kembali pada Arka lalu berjalan pergi.

"emang lu bisa beli bunga? punya uang? tau bedanya bunga beracun sama bunga buat nembak cewe?" tanya Arka memerhatikan punggung temannya yang menjauh. Rein tak menoleh tapi mengacungkan jari tengah tangan kanannya ke udara dan membuat Arka tertawa.

...

Hujan deras mulai turun dan membasahi jalanan, musim hujan kali ini benar-benar memanfaatkan kesempatannya untuk turun. Sunny membawa dua buah payung karena tau bahwa Rein pasti takkan membawa payung dan benar saja, sesampainya disana, ia melihat Rein yang sedang berdiri dibawah pohon taman kebasahan dan sedang menahan dingin. Sunny meletakkan payungnya di pundak dan membuka satu payung lagi dan memberikannya pada Rein.

Hujan & MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang