Chapter 2

1.1K 95 0
                                    

Hari mulai sunyi. Jam dinding yang berdetak mulai terdengar. Wajar saja, ini sudah malam. Masuk larut malam malah. Tapi 3 pria itu masih betah duduk di ruang tengah apartemen milik 2 diantara 3 pria itu.

"Pulanglah.. aku lelah berdebat. Kita sudah selesai, Dev" ucap push lelah.

3 orang tersebut adalah : Art, Push, dan Devri -mantan kekasih push-

"Kau yang memutuskanku. Aku bahkan belum setuju" ucap devri culas.

"Berhenti membuatku seperti penjahat sialan!" Umpat push

"Kau memang penjahat! Kau bahkan memutuskanku saat aku berusaha mengejar cita-citaku" bentak devri kesal.

"Pergilah" push mencoba menahan amarahnya.

Sesaat kemudian push sudah berdiri dan berjalan menuju balkon apartemen. Ia butuh rokok untuk mendinginkan otaknya.

Devri yang kesal akhirnya berdiri. Berniat pergi. Tapi sebelum pergi, ia melirik sekilas lalu menyengrai.

"Sepertinya kau selalu memuaskannya sehingga ia tetap bertahan" ucapnya dengan nada meremehkan.

Art menegang. Menatap tak percaya pada devri. Lalu berganti menatap tak suka kearah devri.

"Tapi sepertinya dia belum melupakanku.?" Tanya devri entah pada siapa.

"Ia masih menggunakan boxer dariku. Berarti aku lebih dari kekasihnya yang sekarang" devri melangkah pergi sambil tertawa. Membuat art marah dan push bingung.

.

Art segera masuk kamar. Ia lelah. Apalagi besok ia harus masuk pagi karena direktur barunya. Tapi kini moodnya hancur gara-gara devri.

"Ada apa.?" Tanya push ketika masuk kamar.

Push tadi sempat melihat wajah art tertekuk kesal saat masuk ke kamar. Jadi ia memutuskan menyusul.

"Tidak" art menjawab singkat sambil memandang jendela yang belum tertutup korden.

"Ada apa, art?" Tanya push sekali lagi

"Aku lelah.. aku tidur dulu. Besok aku harus berangkat pagi" lalu art segera merebahkan diri dan menenggelamkan tubuhnya dalam selimut hingga tak terlihat sehelai rambutpun.

Push menghela nafas. Ia segera keluar. Lebih baik ke pub pikirnya.

.

Pagi hari art tak menemukan push. Ia benar-benar terlelap semalem, jadi tak tau push pergi. Pikirnya push berangkat pagi. Penulis lagu itu butuh inspirasi mungkin.

Ia segera berjalan menuju halte di sebrang apartemen setelah keluar gedung itu dengan tergesa-gesa.

Tin tin

Sebuah mobil mendekat kearahnya. Lalu terpakir agak jauh di depan dari tempat ia berdiri. Art tahu mobil siapa itu.

Dan benar dugaannya. Seseorang yang ia kenal keluar dari mobil dan berjalan mendekat padanya.

"Ayo berangkat bersama" ajaknya sambil tersenyum. Ah art sudah sering melihat senyum itu.

Karena malas berjalan kaki menuju kantor, akhirnya ia mengangguk.

.

Setelah hening cukup lama, jack mencoba berbicara. Meski dengan suara yang agak canggung.
"Sudah tau, direktur kita diganti mulai hari ini.?"

Art hanya mengangguk. Dia sedikit malas berbasa basi.

"Dia putra CEO kita loh" jack mencoba membuka percakapan lagi.

"Aku sudah tau jack" jawab art sambil memainkan ponselnya.

"Nanti makan siang bersama yah" ajak jack

Art hanya menjawab dengan anggukan.

.

"Ayo cepat-cepat. Direktur baru kita akan segera tiba" woro-woro heboh mongra wanita tercantik di bagian administrasi.

Setelah semua berkumpul. 3 mobil mewah terparkir didepan pintu lobby. Para petugas keamanan menbuka pintu. Dan para petinggi perusahaan berbondong-bondong maju menyambut CEO dan anaknya (calon direktur baru).

Art yang malas dengan acara begitu akhirnya menuju rooftop. Masa bodo dengan direkturnya ya katanya tampan.

Setelah setengah jam berlalu, art akhirnya turun. Melihat suasana masih ramai, ia berfikir mungkin masih perayaan.

"Kau membolos yah.?" Tanya seseorang membuat art terkejut.

"Eh.?"

"Dari rooftop, right.?" Tanyanya menaikkan sebelah alis.

"I..ya" jawab art ragu sambil

"Malas mengikuti acara ini.?" Dia semakin gencar mengejar art lewat pertanyaannya.

"Sama. Saya juga sangat malas" belum sempat art menjawab. Dia menjawab lebih dulu pertanyaannya.

"Oh pak mew.. anda disini.?" Andira sekretaris direktur tiba-tiba menghampiri art dan orang yang di sebut mew.

Mew menatap bingung wanita itu.

Andira yang tau tatapan mew, akhirnya memperkenalkan diri.

"Oh sekretaris saya" mew akhirnya paham.

Art masih diam. Namun beberapa detik berikutnya, ia segera menutup mulutnya dengan telapak tangan untuk menutupi keterkejutannya.

"Nanti saya akan menyusul. Saya masih ada yang harus di bicarakan dengan dia" mew melirik art. Sedangkan art malah melebarkan matanya.

Aku pasti akan dipecat. Sial pikir art

Setelah andira pergi, mew segera mengalihkan perhatiannya kepada art yang menunduk.

"Saya takkan memecatmu" ucap mew yang tau jalan pikiran art.

Art masih menunduk. Tapi ia bernafas lega dan tersenyum kagum. Direkturnya yang ini bisa membaca pikiran dan baik sekali.

"Tapi saya akan tetap menghukummu karna membolos" ucap mew lalu segera melangkah pergi.

Art mendongakkan wajahnya. Menengokkan wajahnya ke belakang. Menatap kesal punggung lebar sang direktur baru.

Hukuman.?

Dia pikir kita sedang ada di dalam sekolah.? Lalu dia berperan sebagai guru yang melihat siswa membolos.? Pikir art.

Hipotesis Rasa [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang