December 11th, 2012
Hi, aku Evelyne. Sejak kecil aku tinggal bersama paman dan bibi di London, mereka bilang orang tuaku berada di Netherland, pertanyaan yang selalu aku lontarkan dari mulut kecilku ini hanya itu jawaban yang aku dapatkan tentang orang tuaku. Inilah aku Eve, sejak dulu tak pernah aku melihat wajah ayah dan ibuku walau hanya sedetik saja, tak bisa aku bayangkan betapa tampan wajah ayahku betapa cantik nya paras ibuku. Hidup dengan penuh ejekan dan rasa iri yang selalu melanda diriku. Dulu sempat terpikir olehku untuk mengakhiri hidup ini karna aku sudah muak dengan semua ejekan dan hinaan dari semua teman-teman sekolahku, sungguh konyol bukan? Namun karna seseorang pikiran konyol itupun seakan hilang entah kemana, seseorang yang telah membangkitkan semangatku, seseorang yang selalu ada disaat teman-teman yang lain mengejekku.
"Eve, mari kita makan siang," panggilan bibi menghentikan aktivitas ku, "Iya, aku akan segera turun," sebelum turun, aku menutup buku harianku yang selalu menjadi teman baikku.
"Wah bibi masakan mu lezat sekali,"
"Jika kamu suka, tambah lagi nak," ujar bibi. "Oiya bagaimana sekolahmu Eve?" tanya bibi.
"Aku hanya tinggal menunggu acara kelulusan besok, setelah itu aku akan mendaftar ke universitas," jelas ku, "Paman, bibi, apakah ayah dan ibu akan datang di acara kelulusan ku?" tanyaku pada paman dan bibi.
"Ah iya nak, paman ingin bertanya bagaimana hasil karya tulisan mu kemarin yang kamu kirim kepada penerbit?" seakan paman mengabaikan pertanyaan ku, aku tau paman tidak ingin membuat ku bersedih, namun aku pun ingin sekali orang tuaku turut hadir dalam acara ini.
Aku tersenyum paksa karna paman mengalihkan pembicaraan, "Belum ada kabar," jawabku sekenanya lalu semua sibuk dengan makanan nya, setelah selesai aku pun pamit pada paman dan bibi untuk ke kamar.
Menangis, itulah yang aku lakukan sesampainya aku di kamar. Entah apa kesalahan besarku sampai-sampai orang tuaku sendiri pun tidak peduli denganku.
Tok tok tok.. "Eve, boleh bibi masuk?" tanya bibi dari balik pintu, "Masuklah bi, tidak aku kunci,"
"Apa kamu hanya akan terus bersedih seperti ini Eve? Apa yang membuat mu bersedih heh?"
"Aku hanya ingin ayah dan ibu menghadiri acara kelulusanku besok bi," ucapku dengan suara parau.
"Apa kamu tidak menganggap paman dan bibi seperti ayah dan ibumu sendiri?"
"Iya bi, kau memang sudah seperti ibuku sendiri tapi apa salah jika aku berharap ibu dan ayah kandungku datang?"
"Tidak nak, kamu tidak salah sama sekali, namun apa daya bibi juga tidak tahu kabar mereka,". "Sudahlah jangan terus bersedih, besok hari kelulusanmu kan? Bibi dan paman yang akan mengurus semua keperluanmu, sini peluk bibi," aku sangat senang bibi sangat menyayangiku layaknya putri kandungnya sendiri, jika kalian bertanya dimana sepupuku alias anak bibi ku, bibi divonis tidak bisa memiliki anak maka dari itu bibi sangat menyayangiku.
•••
December 12th, 2012
"Eve, bangun apa kamu tidak ingat hari ini hari kelulusan mu?" teriak bibi dari balik pintu. Aku pun segera membuka pintu sebelum bibi berteriak lagi.
"Bagaimana aku bisa lupa bibi, lihatlah aku sudah rapih," aku berdiri di depan bibi dan memutar badanku untuk menunjukkan gaun yang sudah bibi siapkan untukku, "Lihat bi gaun ini indah sekali,"
"Wah gaun ini sangat pas di tubuhmu Eve, cantik sekali," paman datang dan langsung memujiku, "Ada yang kurang," kata paman. "Aku memberikanmu ini sebagai hadiah kelulusanmu, sini biar aku pakaikan," paman memberikanku sebuah kalung yang sangat indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
öde
Teen FictionApa itu takdir? Apakah sama halnya seperti kisah Evelyne yang bertemu dengan dirinya? *short story *one shoot