Eternal Companions

6 2 0
                                    


  Di sebuah Sekolah Menengah Pertama ada 5 sahabat yang bernama Puput, Vika, Liana, Mela dan Hana.  Puput dan Vika itu bersahabat berawal dari kelas VII-G.  Awalnya mereka itu tiga sahabat yang satu lagi bernama Dea, mereka selalu pergi bersama-sama tak pernah pisah. Di suatu hari Dea terkena gosip bahwa iya selalu gonta-ganti cowok dan ia sering dibilang teman lupa diri.
  “Heh sana pergi dasar perebut cowok orang, teman lupa diri kau pantas dipanggil kuntilanak!”
begitulah celotehan cewek yang sekelas dengan kami.
 
Aku dan Vika pun tidak terima bahwa sahabat kami Dea diejek oleh orang lain.  Tapi bodohnya kita tidak mengetahui betul sifat Dea.  Dan pada suatu ketika kami pun tak tahan melihat Dea terus-terusan menangis karena cewek-cewek tadi, aku dan Vika lalu marah dan bilang.
  “Heh kalian! Dengar Dea itu orangnya baik dan tidak mungkin bertingkah seburuk yang kalian pikirkan.” Ujarku sambil menunjuk-nunjuk muka para cewek itu.
Lalu Vika pun membetulkan ucapanku.
  “Iya benar Dea itu tidak seperti itu.”
  Hari-hari pun berlalu sifat buruk Dea belum saja diketahui oleh Puput dan Vika. Kini kita bertiga sudah kelas VIII, kami masuk dikelas VIII-H.
  “Eh Put, Vik aku gak menyangka deh kuta bisa sekelas lagi.” Ujar Dea.
  “Iya ya, aku juga berharap kita bertiga bisa bersahabat sampai tua ya.” Jawabku.
“Amin Ya Allah.” Vika pun mengamininya.
Saat itu pun aku dan Dea duduk sebangku dishaf kedua dekat jendela, dan kebetulan Vika duduk bersama Hana. Sebetulnya Hana itu teman sekelasku pada saat kelas tujuh,  tetapi aku tidak begitu dekat dengannya. Masa-masa kelas 8 pun sudah setengah perjalanan atau bisa dibilang semester 1 sudah kita lewati persahabatan kita juga masih baik-baik saja. Sampailah pada suatu ketika persahabatan kita seperti diguncang oleh badai. Sikap buruk Dea pun satu persatu ketahuan oleh aku dan Vika. Aku yang dituduh menjelek-jelekkan nama baik dia dan orang tuanya, dan Vika dituduh bilang bahwa Dea itu bukan anak kandung dari kedua orang tuanya dalam artian anak angkat. Pada saat itu yang sebenarnya aku katakan yaitu, “Hm...  Kerudung siapa tuh yang dipakai Dea, Dea jangan lupa balikin ya!” itulah celotehan candaan dari Puput.  Sesampainya pada ruang BK. Disana itu ada ibu dan bapak nya Dea. Kita berdua pun gugup dan ketakutan untung saja wali kelas kami baik dan tahu tentang sikap keluarganya Dea.
  “Sudah Puput dan Vika tenanglah bersabar jangan takut, takutlah kepada Allah dan Allah akan memberikan jalan yang terbaik untuk kalian. Dia memang dimanja oleh kedua orang tuanya, tolong kalian berdua jangan jauhi dia rangkullah dia dan tuntunlah dia menjadi seorang gadis yang dewasa berpikirnya.” Itulah nasehat Ibu Viona.
  “Iya Bu, tetapi kami tidak berbicara seperti itu kami takut Bu, lalu kenapa masalahnya dibesar-besarkan Bu?” aku pun mulai bingung dan penuh pertanyaan.
  “Iya sayang, ibu juga tahu tapikan ibu tadi sudah bilang bahwa Dea itu anak manja dan orang tuanya percaya semua yang diucapkannya. Sudahlah tenang ayo kita masuk ke dalam mereka sudah menunggu kita.” jawaban Ibu Viona.
  Ketika sampainya di dalam aku kaget dan merasakan hawa yang tegang, anehnya disitu tidak ada Dea dalam hati aku berbicara.
  “Mana cewek itu dasar pengecut dia bisa-bisanya tak datang kesini.”
  Ibu BK pun menyuruh kami duduk. Ketika aku dan Vika melirik kedua orang tua Dea malah lirikan kami dibalas oleh mata mereka yang melotot. Di dalam sana kami hanya menjawab jujur dan apa adanya, dan kami hanya berani menatap lantai-lantai ruang BK.
  Ketika kami selesai menjelaskan, ternyata Ibu Si Dea malah mengejek pekerjaan orang tua Vika.
    “Eh kamu tuh namamu indah Vika Sholekha, lalu kenapa sikapmu buruk sekali Vik? Dan dengar ya Bapak Dea ini tentara dia itu jabatannya jauh lebih tinggi dari bapakmu yang hanya tukang ojek saja belagu.” ujar Ibu Dea yang penuh amarah.
  Setelah itu selesai kami kembali ke kelas dengan keadaan tak kuat menahan air mata yang hampir tumpah. Sesampainya dikelas kami berdua berpelukan dan menangis bersama. Semua teman-teman kami pun panik bahkan anak kelas tetangga pun kepo dan penuh tanya.
  “Sudahlah puput & Vika untuk apa kalian sedih toh mereka tidak akan percaya pada kalian, sudahlah jangan bersedih mending kita main yuk di taman.” ujar Mela.
  “Iya kawan sudahlah lupakan hal itu mari kita buka lembaran baru.” saran Hana
  “Bagaimana kalau kita jalan-jalan pulang sekolah?” tawaran Liana
  “Tidak ah aku ingin pulang ingin menenangkan diri.” aku tidak mau pergi hari ini karena masih trauma dengan hal tadi. Bel pulang pun berbunyi, aku langsung mengemasi barang-barangku. Sesampainya dirumah aku langsung masuk kamar dan mamah menghampiriku serta mengucapkan.
  “Puput kok kamu tidak biasanya pulang cepat kamu kenapa nak? Ayo sana makan dulu gih.” mamah mengajakku makan sambil mengelus-elus kepalaku. Aku pun tak menghiraukan dan kembali menangis.
  “Loh kok kamu menangis nak, ada apa? ayo cerita sama mamah.” mamah pun bingung.
Akhirnya dengan terpaksa aku menceritakannya.
  “oh jadi begitu ceritanya, ya g bisa gitulah nanti nama baik kamu jadi jelek didepan guru, oke kalo bawa-bawa jabatan orang tua Dea, nanti papah bawa om suruh kesekolah pangkat om kamu lebih tinggi bisa saja bukan kamu dan Vika yang dipenjara tapi bapaknya Dea yang masuk penjara.” Sepertinya Mamahku tak terima aku digitukan oleh keluarga Dea. tak terima aku digitukan oleh keluarga Dea.
  Disaat yang sama pun Vika menangis dan lebih parahnya lagi orang tua Vika ditelpon dan menyuruh untuk memukul Vika.
  Kini kami sudah tidak bersahabat lagi dengan Dea bahkan untuk mengobrol pun tidak pernah lagi. Kini kami bermain dengan Liana, Hana, dan Mela, mereka adalah teman yang selalu ada saat Puput dan Vika sedih maupun bahagia.
  “Eh kawan-kawan kitakan sudah lama nih berteman gimana kalau kita bikin persahabatan?”Liana mengajak kuta semua bersahabat.
  “iya yah... ya sudah aku setuju.”jawabku
  Teman-teman aku pun menganggukan kepala tanda mereka setuju.
  “Oke kalau gitu gimana kalau kita namain persahabatan ini NAPUHAMELKA, itu nama singkatan dari nama-nama kita. Gimana bagus gak?”usul Mela.
  “Ya sudah itu bagus guys”jawabku.
  Singkat cerita sekarang pembagian kelas IX dan ternyata kita beda kelas yang sekelas bersama ku hanya Mela saja.
  “Yah kita beda-beda kelas... coba saja kita sekelas lagi pasti seru.”keluhan Vika.
  “Iya betul... aku bakal rindu kalian ya, walaupun kita satu sekolah.”ujarku
  Kami berlima berpelukan dan menangis bersama. Tapi kami tetap bermain bersama dan menyelesaikan masalah bersama. Karena sahabat sejati itu selalu ada dikala sedih maupun bahagia.
  Pada suatu hari yang cerah tepatnya pulang sekolah, tetapikami pulang lebih cepat karena guru-guru kami akan rapat.
  “Eh sekarangkan masih siang kita main dulu yuk jalan-jalan lagi pula aku dirumah bosan gak ada orang-orang, orang tuaku sibuk kerja sedangkan adik aku masih disekolah.”ajak Mela.
  “Tidak ah, aku takut sekarang itukan masih jam sekolah, nanti kalau ada apa-apa dengan kita nanti nama sekolah yang hancur.” Tolak Hana
  “Aku mah terserah kalian saja.”jawab Liana.
  “Aku gk ikut ah aku ada firasat gk enak.”perasaan Vika
  “Semalam aku mimpi buruk kalau salah satu dari kita ada yang jatuh kecelakaan.”tolak Puput
  Tetapi Mela tetap memaksa ingin pergi, dan kami berempat menurutinya. Tibalah disalah satu wisata alam.
  “Eh aku mau naik ayunan ekstrim itu ah kayaknya seru lagi hits.”ujar Mela
  Disisi lain Puput masih memikirkan mimpinya semalam, dalam hati Puput berdo’a dan meminta perlindungan agar mimpinya tidak menjadi nyata. Setelah Mela masuk ke wahana itu hati Puput semakin tidak tenang.
  “Mela lebih baik kamu jangan naik itu deh aku takut kamu kenapa-napa.”khawatir Puput semakin bertambah.
  “Ah kenapa? Kamu masih saja percaya pada mimpi.”Mela menghiraukan larangan Puput.
  “Bukannya gitu tai aku tak amu terjadi apa-apa padamu.”jelas Puput
  Mela tetap kekeh dan dia sudah bersiap-siap disana. Beberapa detik kemudian Mela sangat senang naik wahana itu sampai-sampai ia lupa pegangan. Dan akhirnya Mela pun terjatuh ke jurang, seketika  ditempat itu pun suasana menjadi heboh dan kacau. Langsung saja aku menelpon orang tua Mela. Setelah itu aku pun menelpon ambulans. Sesampainya dirumah sakit Mela sudah tak bernyawa. Aku pun merasa bersalah tidak mencegah Mela.
  “Ini semua salahku coba saja aku tidak mimpi seperti itu dan jika saja aku mencegahnya mungkin sekarang dia masih hidup.”Aku menangis dan menyesali kepergiannya.
  “Sudahlah Put ini semua takdir Allah kita tidak bisa apa-apa.”Hana mencoba menenangkan hatiku.
                     
                      ***
  Hari demi hariku lewati aku masih saja murung hanya ada tatapan kosong dipikiranku masih terbayang kejadian itu, sahabatku pun satu persatu menghilang ntah kemana yang tersisa hanyalah Vika. Dia selalu menyemangatiku tanpa bosan.
  “Puput kamu mau sampai kapan begini terus kasihan orangtuamu, lalu sekolahmu juga terbengkalai lebih baik sekarang kita keluar supaya kamu pulih seperti dulu lagi.”
  Kali ini Puput mau diajak keluar. Hari ini dia cantik dan sangat anggun. Tibalah kami di sebuah kafe yang disitu suasananya sangat islami sekali, tiba-tiba Puput mendengar ceramah dari kaset yang sengaja disetel oleh pemilik toko itu. Ceramah itu membuat Puput tersadar akan kesalahannya di masa lalu yang pernah bertengkar dengan Dea, dia merindukan Dea walaupun persahabatan mereka telah berakhir. Selesai sudah ia mendengarkan ceramah tersebut.

"Vikaa... kau masih ingat gak waktu itu kita pernah bertengkar hebat dengan Dea sahabat kita hingga persahabatan kita hancur, Vika aku jadi rindu persahabatan kita bersama Dea. Jujur Vik aku ingin sekali memaafkan Dea aku ingin melupakan kesalahan kita dan kembali menjalin persahabatan kita. Apakah kamu setuju Vik?" ucap Puput dengan nada sedihnya.

"Ah... kamu nih ya biasa deh orangnya selalu terbawa suasana gampang sekali buat dihasut. Apa kamu gak ingat waktu itu kita dihianati dia bahkan cowok yang kamu sayang direbut oleh dia, lalu aku dan kamu difitnah dan dipermalukan Put di depan guru-guru dan teman-teman kita, aku juga bakal maafin dia kalo dia dulian yang minta maaf karena dia yang salah Put." jawab Vika

"Kau nih kenapa keras kepala sekali Vik? Allah saja mau memaafkan kesalahan umatnya yang sering melakukan dosa masa kamu umatnya gak bisa maafkan seseorang yang punya salah, jangan gitu Vika bagaimana pun dia juga pernah ada buat kita pernah buat kita bahagia." bujuk Vika

" Ya sudahlah jika kau mau itu aku akan menurutimu toh itu juga yang terbaik. Tapi bagaimana kuta bertemu dengan Dea?" ucap Vika

" Ouh iya kalo gak salah dia itu mantannya Ciko deh, gimana kalo kita minta kontak nya Dea sama Ciko? " saran Puput

" Bagus lah kalo gitu kau nanti telepon saja Deanya lalu ajak ketemuan di kafe ini " Vika pun menyetujuinya

  Akhirnya Vika pun mau memaafkan kesalahan Dea dimasa lalu. Dan mereka ingin bertemu dengan Dea. Tak sengaja Puput menabrak seorang gadis seumuran dengannya.

"Maaf.... maaf... saya gak sengaja. Apa kamu tidak apa-apa?" ucap Puput.

" Saya juga minta maaf soalnya jalan sambil main hp, saya tidak apa- apa kok" jawab cewek tersebut

Dan saat mereka saling menatap, ternyata cewek yang Puput tabrak adalah Dea... ya dia adalah Dea yang sedang mereka cari. Vika pun tercengang, bengong sekaligus terkejut.

"Dea? ini beneran Dea?" ucap Vika.

Tiba-tiba saja Dea lari entah mengapa.

"Dea tunggu!!!" teriak Vika dan Puput.

" Maaf... maaf... lepaskan aku, aku malu sama kalian." ucap Dea sambil menangis.

" Untuk apa kau malu Dea? kami justru sudah memaafkanmu dan kami sedang mencarimu. Dea dengarkan aku, Kita... aku, Vika, dan kamu sudah tidak ingin bertengkar lagi. Aku ingin kita kembali lagi seperti dahulu dan melanjutkan kembali persahabatan kita, apakah kau mau kembali bersama kita lagi?" jelas Puput.

" Apa aku tidak mimpi sekarang? kalian sungguh mau memaafkanku? Iya, aku mau bersahabat lagi dengan kalian." ucap Dea dengan sumringah.

Akhirnya mereka bertiga bersatu lagi dan saling bahu membahu menjaga persahabatan mereka.

                       ***
Singkat cerita kini mereka sudah lulus SMP dan mereka harus berpisah sekolah, tapi hal ini tidak sama sekali menyurutkan dan membuat persahabatan berakhir, malah kini mereka seperti layaknya kakak dan adik yang saling menjaga.

Best FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang