002.

2.8K 394 4
                                    

̶  Aza.

Semua siswi di kelas gue sudah misuh misuh gak jelas. Gue yang awalnya mau terbawa ke dunia mimpi jadi merasa terganggu. Tapi gue gak ada niatan buat ngangkat kepala dari tumpuan tangan ini. Buang buang waktu.

Bisa gue dengar, kayaknya banyak dari mereka yang mulai membuka aplikasi kamera. Banyak juga bisikan dari mereka yang sedang memuji muji seorang pria. 

Samar samar gue mendengar ada yang bertanya , "Permisi, ada yang bernama Aza Lee?"

Ah mungkin gue salah denger, toh hari ini juga kayaknya gue gak buat masalah sama guru. Jadi gue melanjutkan aksi tidur ini.

Mereka yang awalnya ribut, mendadak bungkam seketika. Dan itu mendukung suasana tidur gue di kelas. 

"Heh preman!" bisik Doyeon, 

"Apaan?" tanya gue yang mulai kesel banget sama Doyeon. Akhirnya gue ngangkat kepala, dengan wajah yang masih dibilang muka bantal.

"Itu, lo dipanggil sama ketua PDS" Doyeon udah misuh misuh aja. Jantung nya gak karuan soalnya, melihat Jeno sudah mulai berjalan menuju meja kita.

Gue melirik sebentar ke arah pintu kelas, ada cowok badan nya tinggi. Dan gue ingat betul, kalau hari ini gue gak bikin onar sama sekali. "Gue gak punya masalah sama anak PDS. Salah orang kali tuh, brisik lo"

"Oh gapunya masalah?" cowok itu masuk ke kelas gue. 

"Iya" jawab gue singkat banget. Gamau cari masalah, mau tidur aja gue mah.

"Kalau begitu, yang dibelakang halaman sekolah. Itu bukan masalah dong ya?"

Bego! tadikan gue telat masuk dan nekat loncat dinding. 







"Kamu perempuan kok bandel banget"

Berakhirlah gue dengan omelan dari pembina PDS. Tak lupa, cowok yang senantiasa berdiri di belakang pembina itu. Sesudah di hukum untuk menyapu lapangan sekolah tadi. Keduanya datang secara bersamaan menghampiri gue.

"Pak, saya sih masih mending. Saya kesini emang niat mau belajar. Kalau saya balik lagi ke rumah, tanda nya saya gak berusaha dong? Buat menggapai ilmu"

Diem, pembina PDS nya diem ketika mendengar ucapan dari mulut gue. Perasaan gue sudah penuh kemenangan banget. Sedangkan cowok tadi, dia sedikit takjub banget sama ucapan gue. 

Definisi wanita memang selalu benar.

"Yasudah, sana balik ke kelas"

Pembina PDS sudah pergi duluan. Menyisakan gue sama si cowok tadi. Dia terus memerhatikan gue, hingga membuat  risi.

"Lo kenapa ngeliatin gue kaya begitu?" tanya gue dengan acuh. 

"Gak apa apa" 

"Pedofil ya lo?" tanya gue sekali lagi seraya memainkan kuku jari.

Si cowok itu tertawa mendengar apa yang tadi gue ucapkan, "Mana ada sih, pedofil setampan ini"

"Sampah abis" kata gue yang udah muak sama si cowok itu.

Gue pergi meninggalkan dia yang kini tertawa gak jelas banget. Dia benar benar receh, masa begitu doang ketawa? Lagipula tidak ada unsur lelucon yang gue lakukan sejak daritadi.











̶  Brandalan with Jeno Lee    ̶

©csephtza.

[✔] Brandalan ; Jeno Lee.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang