29

547 80 2
                                    

Minhyun berjalan agak linglung memasuki apartemennya.
Wajahnya sudah tak karuan, pipi lebam, dan sudut bibir yang berdarah.
Kemejanya sudah berantakan karena kotor akibat tanah bercampur darah.

“KAK MINHYUN..” Arin berlari ke arah Minhyun khawatir. Ia berinisiatif merangkul tangan Minhyun untuk membantunya berjalan.

Namun Minhyun malah menarik badan Arin kemudian memeluknya.

“Kakak kenapa bisa gini?” ucap Arin bergetar, ia menangis terisak-isak melihat Minhyun yang pulang dalam kondisi seperti ini.

“Kita ke kamar dulu ya kak, aku bersihin dulu lukanya” Arin berusaha melepas pelukan Minhyun, namun lelaki ia menahannya.

“Bentar Rin, biarin aku nge charge tenaga dulu” ucap Minhyun sambil tersenyum kecil.

“kak... jangan bercanda dulu sekarang. Aku cemas, kakak babak belur gini”
Rasanya tangis Arin akan makin pecah, namun ia masih berusaha menahannya.

“Bentar Rin, yang paling aku butuhin sekarang cuma pelukan kamu. Ini lebih ampuh dari pada obat luka dan analgesik sekalipun”
Minhyun mempererat pelukannya.

Arin hanya menyerah dengan permintaan Minhyun.
Ia membalas pelukan Minhyun dan mengusap usap punggung lelaki itu pelan.


Minhyun hanya diam ketika Arin mengoleskan obat luka ke sudut bibir Minhyun.
Ia berusaha menahan perih, dan hanya diam sambil menatap Arin yang sibuk merawatnya.

“Kok bisa kayak gini kak?” tanya Arin pelan menatap Minhyun balik.
Namun Minhyun hanya mengalihkan pandangannya ke arah jendela, dan tidak menjawab.

“Kak... jawab aku” Tangan Arin menarik wajah Minhyun agar kembali melihat ke arahnya.

“Aku khawatir Kak” ucap Arin lagi,
air mata mengalir deras dari kedua sudut matanya, membuat Minhyun tidak tahan melihat Arin yang menangis karenanya.

“Aku gapapa kok. Ini tadi ada salah paham aja di jalan. Jangan nangis Rin, cuma dikit aja kok, besok juga ilang” ucap Minhyun berusaha menenangkan Arin.

Ia mengusap air mata Arin yang tidak henti mengalir.

“Udah ya.. jangan nangis dong, Istri Hwang Minhyun ga boleh nangis” goda Minhyun mencoba membuat Arin tersenyum.

Memang berhasil.
Arin kembali tersenyum.

Setelah lebih sebulan menikah, keduanya mulai saling mengenal kebiasaan-kebiasaan sama lain.

Bahkan hal-hal kecil yang disukai dan dibenci pun mereka mulai paham. Cara menghadapi satu sama lain juga mulai mereka pelajari.

Minhyun tau betul, jika ia bertingkah lucu seperti anak kecil, Arin akan gemas dan tersenyum.
Jujur saja, Minhyun malu terkadang bertingkah seperti itu, hanya pada Arin ia berani menunjukkan sisi manjanya.
Sedangkan pada orang lain, ia lebih sering bersikap dingin, datar, layaknya kanebo kering.




“Kak... malem ini kita makan diluar yuk. Aku ga masak hari ini” Arin menghampiri Minhyun yang baru saja selesai mandi membersihkan dirinya yang berantakan setelah dihajar Daniel sore tadi.

Lelaki itu hanya mengangguk setuju, dan bersiap-siap untuk pergi.


Minhyun mengambil kunci mobilnya dan menunggu Arin yang bersiap-siap lebih lama darinya.

“mau makan apa Rin?”

“Kebab kak” jawab Arin yang membuat Minhyun mengernyitkan dahinya heran.

“Mana kenyang makan kebab malam-malam sih Rin?”

Arin yang telah selesai bersiap-siap pun berjalan ke arah Minhyun sambil memanyunkan bibirnya.

“tapi istrinya Hwang Minhyun kan pengen kebab, kalo makannya dua, kan kenyang juga” ucap Arin pelan.

“Ya udah, kita cari kebab ya. Tapi paling nemunya outlet kebab di pinggir jalan”

“gapapa kok kak, malah lebih enak yang kaki lima gitu”

Akhirnya Minhyun menuruti keinginan Arin yang aneh itu.

Minhyun melajukan mobilnya ke tempat yang tidak jauh dari lokasi apartemen mereka, ia tau ada outlet kebab yang lumayan terkenal di dekat sana.

Setelah sampai di depannya, Minhyun menghentikan mobilnya tepat di depan outlet itu.

“mau kebab yang ini?” tanya Minhyun.

“iya kak. Beli yang porsi jumbo aja, biar kenyang” ucap Arin antusias.

Mereka memesan 2 kebab porsi jumbo dan menunggu pembuatnya membuatkan pesanan mereka.

Arin sibuk memerhatikan bapak penjual kebab yang berpostur tinggi dan berparas seperti orang timur tengah itu menyiapkan daging kebabnya.

“Kok tiba-tiba pengen kebab sih Rin? ga biasanya” tanya Minhyun mengalihkan perhatian Arin.

“ga tau Kak, tiba-tiba aja kepengen kebab” jawab Arin sambil tertawa kecil.

Minhyun selalu lemah melihat tawa manis Arin, tangannya tidak tahan untuk tidak mengusap pucuk kepala Arin sambil tersenyum.

“Ehemm... dunia serasa milik berdua, saya yang jualan kebab ngontrak ajaa” sindir bapak penjual kebab.
Minhyun dan Arin hanya tertawa malu.

“Mas sama Mba nya romantis banget ya pacarannya. Saya jadi ingat istri saya di timur tengah” ucap Bapak penjual kebab.

“Makanya Baba Ponyo bawa istrinya kesini dong. Kasian istrinya disana ditinggal” ucap Arin.

“Baba Ponyo?” tanya bapak itu heran.

“Itu merk outletnya Baba Ponyo. Namanya bapak emang siapa?” tanya Arin balik.

“Nama saya Sewoon. Hehe, Ponyo itu gelar saya. Pelaris aja gitu” jelas Sewoon.

“Oalah kirain. Oh ya Baba Sewoon. Ini bukan pacar saya. Tapi istri saya” ucap Minhyun sambil menarik lengan Arin pelan.

“oh... sudah nikah ya, masih muda ya. Ya udah, cepet bayar deh Mas, jangan lama-lama, ntar saya makin iri” canda Sewoon.

Minhyun dan Arin memasuki mobil, baru saja Minhyun membuka bungkus kebab Baba Ponyo, matanya melebar terkejut melihat Arin yang sudah menghabiskan kebabnya.

“Ya ampun Rin, kamu laper banget ya. Kebab jumbo segitu udah abis aja. Aku aja belum sempat gigit” ucap Minhyun yang tercengang dengan tingkah Arin.

“Enak banget kak soalnya” jawab Arin sambil mengelap tissue ke bibirnya yang belepotan saos.

Minhyun hanya menggeleng-geleng dan membantu Arin membersihkan saos di sekitar bibirnya.

“kak...” Arin tiba-tiba menatap Minhyun dengan tatapan serius.
Minhyun menatap Arin balik bingung,

“Aku pengen makan Tom Yam deh kak” ucap Arin takut-takut sambil menggigit ujung bibirnya.

“Tom Yam? Kamu masih lapar?” tanya Minhyun heran.

“Iya, tapi maunya Tom Yam yang di tempat Kak Jaehwan” Arin menarik lengan Minhyun dengan muka memelasnya.

“Ya udah, kita ke cafe barunya Jaehwan aja. Cafe Wanna One. Ga jauh dari sini kok”

“Engga mau. Di situ menunya yang terkenal itu Lele. Kalau Tom Yam, yang di cafe lamanya Kak. Cafe 101” ucap Arin masih dengan muka memelasnya.

"Tapi jauh Rin, arah kampus yang itu. Kalo cafe baru Jaehwan kan masih deket sini"

"Ayolah kak..." bujuk Arin.

Minhyun yang dari tadi terheran-heran dengan tingkah Arin yang tiba-tiba manja dan banyak maunya hanya bisa menurutinya saja.

“Ya udah, Hwang Minhyun bakal nurutin keinginan Istrinya Hwang Minhyun. Yuk kita cuss ke Cafe 101”
Arin pun tersenyum puas dan mencium kilat pipi Minhyun lalu kembali ke posisinya dengan senyum antusias.
















Terima kasih sudah mampir!

Vote dan comment dong!
Seikhlasnya aja😊

Kesalahan Kedua | Hwang MinhyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang