Bukan lagi mengenai ketulusan, bukan pula dengan keyakinan. Tapi dengan ke-ikhlasan hati ini bisa menjadi satu dengan yang lain, menerima hati orang lain dan mengubur dalam-dalam kenangan dulu yang mestinya sudah berlalu.
Iya, seharusnya kenangan itu mesti berlalu bukan? Namun, entah kenapa hati ini sulit untuk menerima sebuah kenyataan yang memang dia bukan untuk diriku. Sulit sekali rasanya menahan sebuah rasa yang sampai kapanpun tidak akan pernah terlihat, tidak semudah yang aku bayangkan ternyata. Melupakan dirinya sangat sulit, setelah semua berlalu hati ini masih menyimpan puing-puing bangunan kokoh didalam labirin hati.
Se-kokoh pondasi dengan beralaskan batu bata dan semen, aku sendiri yang membuat bangunan itu sehingga aku sendiri tidak dapat merobohkan nya.
Rania sudah tidak mampu lagi merobohkan pertahanan yang ia buat didalam hatinya, dia nyaman dengan hati yang ia rasakan saat ini. Bukan dia tidak mau menerima kehadiran hati yang lain, namun hatinya masih belum bisa membuka pondasi yang kuat itu.
Jika saja saat ini Rania masih mampu bertahan, maka ia tidak akan mungkin membiarkan Aldi bersama yang lain. Tapi sekarang? Bahkan sejak dulu, ia biarkan Aldi memilih wanita lain. Rania tidak memungkiri bahwa Aldi cowok brengsek yang pernah ada, tapi Rania juga mengakui bahwa Aldi cowok hebat yang pernah Rania temui setelah Papih nya.
Kenapa dia mengatakan Aldi hebat? Karena tidak akan ada cowok sekuat dia menahan semua beban, cobaan hidup Aldi berat. Rania tahu itu, bahkan mungkin cobaan Rania tak serumit Aldi. Aldi harus terus menerus menanggung semua yang terjadi dalam hidup Rania, apapun yang Aldi lakukan akan selalu salah dimata orang lain.
Rania tersenyum kecut saat otaknya memutar kenangan saat ia masih bersama Aldi dulu.
"Sekarang kamu jadi se-gila ini semenjak melihat mantan suami menikah kembali?"
Ck.
Rania berdecak kesal, ia tahu siapa yang mengatakan itu. Dari suaranya saja Rania dapat menebak siapa orangnya, "Ga usah sok tahu deh. Ganggu orang lagi seneng aja," Rania melirik jengah saat Arland berada disampingnya.
Arland hanya terkikik geli, "Kamu seneng? Dari sisi mana? Saya dari tadi merhatiin kamu dan saya lihat kamu sangat mengenaskan,"
Rania tidak memperdulikan perkataan Arland, ia memalingkan wajahnya agar tidak beradu tatap dengan lawan bicaranya tersebut.
"Mengenaskan, mantan isteri yang ditinggal bertahun-tahun oleh mantan suaminya, kini masih tetap berharap pada hati suaminya yang bahkan sudah menikah bahkan untuk--- ketiga kalinya,"
Rania benar-benar kesal, apalagi dua kata terakhir yang Arland katakan tepat ditelinga Rania membuat dirinya semakin memanas, ia menatap Arland tajam. Sedangkan Arland? Dia sudah tertawa puas.
"Kamu gak ada niatan buat menikah lagi gitu? Siapa tahu dia cemburu kalo kamu menikah,"
Ucapan Arland membuat Rania semakin naik pitam, "Lo bisa diem gak? Ganggu hidup orang terus! Urusin hidup Lo sendiri tuh!"
Arland terkikik pelan, "Rania-Rania... Kamu itu lucu tahu gak? Saya kesini disuruh sama Omah kamu buat manggil kamu jadi gak usah geer, saya kira kamu lagi nerima tamu. Tau-taunya kamu lagi meratapi nasibnya karena dicuekin mantan suami"
Lagi-lagi Arland membuat Rania kesal, "Berhenti mengatakan mantan suami! Anda semakin menyebalkan pak tua! Mending saya pernah nikah, sedangkan anda? Perjaka tua!"
Mendengar perkataan terakhir yang terlontar dari mulut Rania reflek membuat Arland menatap tajam, "Kamu ngatain saya apa tadi hm?"
Rania menelan saliva nya dengan susah payah, sungguh tatapan Arland sangat mengintimidasi. Dan kalian tahu sikap bossy dia. Rania bego, kenapa harus mengatakan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, You and Life [HIATUS]
Ficción GeneralWarning! Ini sequel dari Love Is My Life, disarankan baca Love Is My Life dulu sebelum ini, agar kalian paham. "Hancur sudah mimpi gue untuk menikah sekali seumur hidup, janda muda gue" -Rania- "Aku, masih ingin memiliki dirimu," -Aldi- "Saya akan...