Second

7 1 0
                                    

*Di tengah perjalanan menuju ruang BK*
*hening*

Mereka hanya tertunduk diam saat menuju ruang BK, tak sepatah kata pun terdengar dari keduanya. Tak lama kemudian tibalah mereka di depan pintu ruang BK, badan mereka serasa lemas dan gemetar tak membayangkan apa yang akan terjadi nantinya.

"Masuk!!!" Bu Dewi memanggil dengan marahnya. Lalu mereka berdua pun memasuki ruangan tersebut.

"Lapo lirek - lirek!!! cepet ndang lungguh!!! Cobak saiki jelaske kedadean sak bener e kepiye!" Mereka pun duduk dan mulai mencoba menjelaskan.

"A... a... anu bu anu..."

*brak, Bu Dewi memukul meja dengan kerasnya*

"Anu anu anu!!! Seng teges yen dadi bocah kae!!! ayo seng jujur, lek ra jujur tak tambahke hukuman e gelem?!?." Bu Dewi marah dengan logat jawanya.

*Dinda pun mulai bercerita*

"I... iya bu, begini ceritanya, tadi itu saya lagi bosan aja, mungkin entah dari mana tiba - tiba saya mendapat ide gila seperti itu"

"Tidak bu!!! sebenarnya saya yang..." tiba - tiba Rafa menyela, namun dengan sigapnya Dinda mencubitnya sehingga Rafa menghentikan pembicaraannya.

"Opo?? seng opo?!?." Tanya Bu Dewi.

"Tidak bu, tidak jadi." Balas Rafa dengan gugupnya.

"Yo wes lek ra penting, shut up and listen to me!!!" Sontak kata - kata itu mengejutkan mereka berdua, entah antara terkejut atau tertawa namun tak bisa.

"Ba... ba..."

"Shut up!!!"

"Nah Dinda, opo seng mbok omongke kae iku kabeh kedadean sak wenere?!" Bu Dewi kembali mengintrogasi, namun terlihat Rafa hendak menyela lagi.

"Ti..."

"Shut up!!! Wes meneng!!! Ben dinda hang jelaske!!! Nah Dinda silahkan di lanjutkan." Bu Dewi mempersilahkan.

"Iyaa bu, saya yang salah, saya menyesal sudah melakukan hal tersebut, saya akan berjanji tidak akan mengulanginya lagi." Dinda meminta maaf pada Bu Dewi.

"Janji - janji tok, enak men yen ngomong!!! Lek mung janji nanging ra di lakoni lak ra ono bedane!!!" Kata Bu Dewi meragukan ucapan Dinda.

"Tidak bu, saya pasti berubah dan tidak akan mengulang kesalahan yang sama, ya kan Rafa!?" Sambil melotot kejam ke arah Rafa.

"I... iya bu." Kata Rafa dengan gugupnya karena melihat tatapan Dinda yang begitu kejam.

"Yo wes, mengko bar sekolah kalian ojo mulih disek!!! Kalian kudu tanggung jawab ngresik i kantin!!! Tapi panganan kang ono neng kunu ojo di resik i pisan, mengko ta mbok gasak kabeh, haha." Bu Dewi mulai mendinginkan suasana setelah ketegangan sesaat tadi.

"Haha, iya bu. Kami izin kembali ke kelas dulu ya bu, bel sudah berbunyi." Kata Dinda.

"Nggeh monggo, nanging ojo lali mengko nggeh. Awas lek lali!!!" Bu Dewi mempersilahkan dan kembali mengingatkan.

"Iyaa bu." Kata mereka berdua serentak.

Mereka pun kembali menuju kelasnya dan terjadi sedikit perbincangan di situ.

"Din..."

"....."

"Din? Kok diem aja sih? Makasih ya dah nyelametin ku."

"Au ah sebel."

"Ish judes amat sih, haha"

"Malah ketawa lagi. Asal kamu tau ya, aku tuh bukan niat nolong kamu! Ku cuma gamau banyak yang kena masalah dan akhirnya jadi runyam! Sekarang mending kamu pergi dan jangan ganggu aku lagi! Ku butuh waktu sendiri!." Kata Dinda yang sangat kesal dan meninggalkan Rafa.

Rafa hanya diam melihat Dinda pergi, karena dia tau percuma juga ngejer cewe yang lagi kebakaran.

"Ah... bakal di cuekin habis - habisan nih, huffttt." Kata Rafa dan dia pun menyusul kembali ke kelasnya.

Haha, sampai sini dulu ya, pengen tau cerita selanjutnya?? Voment dulu ya, jangan ragu untuk berkomentar. Thanks want reading my story ^_^

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 06, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EvidenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang