Stasiun pada malam hari memang tidak begitu ramai, seperti suasana yang terlihat saat ini, hanya ada beberapa penjual kopi dan penumpang yang berjalan menuju gerbong kereta yang masih kosong.
Jika tidak karena ingin menjemput ibu yang sedang bertugas di Jakarta, rasanya aku lebih suka berbaring di tempat tidur yang hangat dengan selimut bergambar kartun Monokurobo kesukaanku. Rasa malas ini juga timbul karena temanku salah membeli tiket kereta, tiket yang ia beli ini untuk perjalanan kereta pukul 09.00 malam, memang seharusnya aku tidak menyuruh orang lain untuk membeli tiket ini, sudahlah lupakan saja.
Jadwal kedatangan kereta masih tiga puluh menit lagi, aku langkahkan kaki menuju kursi kayu yang biasa dipakai para penumpang untuk menunggu kereta atau mungkin hanya untuk istirahat dan menunggu seseorang. Rasa kantukku tiba-tiba datang dan saat itu aku menjadi tidak fokus dengan keadaan sekitar.
"Hikss... Hikss.. Hikss."
Sayup-sayup aku mendengar suara anak kecil menangis, aku paksakan mataku untuk melihat darimana asal suara itu, namun sekeliling ku masih sepi hingga mataku melihat tubuh kecil yang berada di pintu masuk kereta sedang menutup wajahnya sambil menangis.
"De.. Kenapa kamu sendiri disini?" hingga akhirnya aku memutuskan untuk mendekatinya.
"Hikkss.. Hikkss.."
Tangisan anak laki-laki itu semakin menjadi hingga aku bingung harus berbuat apa, aku bungkukkan badanku sejajar dengan wajahnya. Tiba-tiba dia bangkit membalikan badan dan menggenggam tanganku dengan erat, membawaku masuk ke dalam gerbong kereta.
"Tuuuuttt.....Tuuuuuuttt!!!!"
Kereta tiba-tiba berjalan dengan sangat cepat, aku panik tapi anak laki-laki itu terus membawa ku lari diantara kursi yang berjajar dengan beberapa penumpang yang duduk dan lebih banyak diam dengan tatapan kosong.
"Sela.. Bantuu akuu.. Tolong bantu akuu!!"
Anak laki-laki itu membalikkan badan dan aku dibuat kaget olehnya, tangan yang membawa ku ini sangat dingin, kulihat wajahnya sangat pucat, ada darah yang mengalir dari pelipisnya, matanya memancarkan rasa sedih yang mendalam. Oh tidak!! Dia bukan manusia.
"Bantu aku mencari papa ku."
"Bagaimana kamu membawaku?"
Sesaat aku panik, namun wajah kecil ini membiusku untuk terus mengikuti permainannya.
" Boleh kamu ceritakan apa yang sebenarnya terjadi?"
Dia mengangguk dan membawaku duduk di kursi penumpang, kereta ini terlihat seperi kereta ekonomi tahun 40-an, itupun aku tahu dari buku sejarah yang pernah aku baca bersama Enaya di perpustakaan kota. Dalam hati ku sungguh dipenuhi oleh rasa takut dan bingung, namun jika aku berontak pun semuanya akan sia-sia, hantu ini bisa saja melukai ku.
"Namaku Thomas, papa ku adalah seorang tentara Netherland yang sedang bertugas di Batavia, aku dan ibu akan menemui papa tapi mengapa perjalanan ini terasa sangat panjang, kereta yang membawa kami mengalami tabrakan hingga sampai saat ini aku sendiri, tidak bisa bertemu papa ku dan ibu juga tidak ada bersamaku lagi."
Ternyata thomas adalah anak tentara Belanda, sebenarnya aku tahu dari awal karena melihat pakaian yang ia kenakan, tubuhnya tidak begitu pendek bahkan sedikit lebih tinggi dari anak-anak seusiannya yang baru saja menginjak usia tujuh tahun. Thomas telah menceritakan semuanya padaku, ceritanya mengalir begitu saja dan dalam pikiranku semua kejadian itu melintas seperti tayangan sebuah film.
"Bagaimana aku bisa membantu mu Thomas?"
"Aku tidak tahu, apakah kamu tidak pernah melihat papa ku di duniamu Sela?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mereka Pernah Ada
HorrorDalam kesunyian mereka datang dengan senyuman yang terlihat kosong