─ six.

208 33 1
                                    

Tidak seperti biasa Yeonju menantikan hari pertama dalam minggu. Yaitu hari Senin.

Jangan heran. Ini karena senyuman Jungwoo yang super addicted membuatnya merindukan lelaki tersebut sampai ia harus mencintai hari Senin, hari yang biasanya ia benci.



Di sisa jam makan siang, Yeonju menuju perpustakaan sesuai janjinya bersama Jungwoo saat berpapasan di pergantian jam mata pelajaran tadi.

Sesampai di perpustakaan, Yeonju menelusuri pandangan. Ia mendapatkan Jungwoo duduk di pojok dekat rak buku yang paling besar dan jendela yang terbuka.





Lelaki tersebut terlihat tampan. Salahkan angin musim semi yang lagi - lagi membawa kelopak bunga sakura tersangkut di rambutnya yang ikut menari - nari di udara.

Yeonju melihat Jungwoo memakai benda aneh yang terpasang di telinga lelaki tersebut. Pikirannya segera ia buang jauh - jauh dan segera berjalan riang menuju meja Jungwoo lalu duduk di hadapan lelaki tersebut.





Jungwoo, tersenyum cerah, mendapatkan Yeonju di hadapannya. 'Ada yang ingin kutunjukan!' Riangnya.

Yeonju tersenyum lebar mengetahuinya. Lalu ia melihat Jungwoo mengeluarkan kotak kecil dari saku seragamnya.

Jungwoo membuka kotak tersebut dan menunjukan isinya. Sebagian sisi hearing aid. Alat bantu dengar untuk tuna rungu sepertinya dan Yeonju, juga murid lain yang berkebutuhan sama di sekolah ini.


Mata Yeonju berbinar melihat benda tersebut. Tiba - tiba darah di pembuluhnya mengalir begitu deras membuat wajahnya bersemu merah seiring Jungwoo mendekatinya untuk memasang alat tersebut di telinga Yeonju.

Yeonju menahan nafas dalam - dalam saat merasakan deru nafas Jungwoo terasa di sisi wajahnya. Itu terasa geli!







"Apa kau bisa mendengarku?" Tanya Jungwoo.





Yeonju terpaku di tempatnya. Ia menatap mata Jungwoo tepat di maniknya.

Tiba - tiba ia merasakan getaran di sekitarnya.

Suara angin musim semi yang masuk dari celah jendela.

Suara decitan kursi dan murid - murid yang berusaha mengucapkan kata dari buku.

Suara deru nafas Jungwoo yang sangat dekat dengannya, juga...

Suara detak jantungnya yang berdegup cepat.







Jungwoo menatap balik Yeonju yang terlihat bingung.

"Apa kau mendengarku?" Tanya Jungwoo lagi.

"Kau bisa bicara??"

Yeonju segera menutup mulutnya rapat - rapat.

"Apa aku baru saja berbicara??" Lagi - lagi Yeonju menutup mulutnya dengan mata membulat sempurna.

Jungwoo terkekeh. "Ya, kau bisa bicara," angguknya.





"Astaga! Kau berbicara dengan lancar!" Takjub Yeonju.

Ia segera mendapatkan desisan penjaga perpustakaan membuat dirinya mengatupkan bibir dengan rapat.





"Suaraku begitu aneh dan juga pengucapanku tidak sempurna," bisik Yeonju pada Jungwoo.

"Tidak. Kau berbicara dengan sempurna," ujar Jungwoo.

"Hei ini kali pertama aku mendengar suaramu! Sebelumnya aku pernah memakai benda ini, tapi itu sudah lama sekali. Sepertinya saat aku sekolah dasar. Tapi bagaimana kau bisa berbicara seakan kau orang normal??" Oceh Yeonju.





Lagi - lagi Jungwoo terkekeh. Ia sangat senang mendengar Yeonju banyak bicara.

"Sebenarnya aku dapat berbicara dan mendengar dengan baik sebelum aku mendapatkan kecelakaan saat sekolah dasar dulu," jelas Jungwoo.

"Ah, maaf kau harus mengingat masa lalumu," sesal Yeonju. "Pasti kau sedih harus mendapatkan keheningan setelah itu?"

Jungwoo menggeleng. "Justru aku bisa hidup sangat nyaman. Aku selalu mendengar keributan di rumah sebelumnya. Tetapi setelah mendapatkan takdir ini, aku bahagia."





Yeonju menurunkan pandangannya. "Setidaknya kau pernah mendengar beragam suara dengan telingamu sendiri."

Jungwoo tersentuh mendengarnya. "Maaf. Aku tidak bermaksud tidak mensyukuri─,"





Perkataan Jungwoo terputus oleh Yeonju. "Tidak apa kok. Aku memahamimu." Ia menunjukkan senyum terbaiknya membuat Jungwoo mengikutinya.

Dan mereka saling melemparkan senyuman terbaiknya satu sama lain.

SILENT × JungwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang