"Lo kemana aja Char?lo gak masuk kampus 3 minggu?lu gak tau jurnal sama laporan numpuk?" Tanya Langit yang masih sibuk mengunyah makanannya.
"Iya lo kemana Char?kemaren gua tanya sama Ayah lo katanya lo gak ada dirumah," sambung Adara yang mulai tertarik.
Mereka bertiga sedang berada di Caffe depan kampus mereka. Awalnya Charon menolak untuk ikut ke Caffe ini karena ia pasti akan di wawancarai oleh dua orang aneh disampingnya ini.
"Kan gua bilang Lang, Dar gua abis dari rumah temen SD gua dulu," alibi Charon. Karena tidak mungkinkan Adara dan Langit ia jelaskan tentang Pluto?
"Sampe 3 minggu?gak percaya gua," Tanya Langit yang memang selalu penasaran dengan Charon.
"Dih, ya udah kalo gak percaya mah," ucapan itu yang selalu Charon gunakan saat dirinya sedang kehabisan ide untuk berbohong.
Ketika sedang asik mengobrol dengan kedua temannya, Charon tak sengaja melihat sesosok pria tak asing bagi dirinya berada disebrang jalan ia tak terlalu memperdulikannya sekarang ia kembali fokus kepada dua teman anehnya ini.
Ternyata ada saja cara semesta mempertemukan Charon dengan Ragio, buktinya sekarang pria itu terlihat sedang memasuki Caffe bersama kedua temannya, Lucio dan Carme.
Awalnya Charon tak percaya bahwa yang ia lihat adalah Ragio, mungkin saja itu hanya kembarannyakan yang kebetulan mirip sekali dengan dirinya? Ia pun mengabaikannya. Tapi, setelah pria mirip Ragio itu duduk dimeja sampingnya. Ia semakin percaya bahwa pria yang berada disebelahnya itu adalah Ragio!
Merasa diperhatikan Charon pria itupun membuka suaranya. "Apa liat liat?iya saya tau saya ganteng."
"Dih geer banget mas." Sekarang Charon makin yakin cowok itu adalah Ragio.
"Lo kenal?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari para sahabatnya mereka. Dan hanya satu kata yang mereka jawab "gak."
-pluto-
Terlihat seorang gadis cantik berdiri diujung tebing, yang siap kapan saja menjatuhkan dirinya ke jurang yang ada didepannya itu.
"Stop Ica," ucap seorang pria cukup tampan dibelakangnya itu membuat pergerakkannya terhenti. "Mau apa lo kesini El?" tanya gadis yang di panggil ica itu.
"Seharusnya gue yang tanya itu! Lo mau ngapain berdiri diujung tebing kaya gitu, itu jurang dalem banget. Kalo lo jatuh lo bisa mati," sahut pria itu sambil menarik tangan gadis itu menjauh dari jurang.
"Seharusnya lo gak usah narik gua, seharusnya lo dorong gua aja biar gua jatoh dan mati sekalian di jurang itu."
"Lo kenapa si Ca?cerita sama gua cerita!" ucap pria itu dengan sedikit bentakkan sambil memegang kedua pundak gadis itu dengan cukup kuat. "gua bukan pembunuh El, kenapa Tuhan gak ngambil nyawa gua juga si, kenapa harus gua sendiri yang selamat dari kecelakaan itu El? Tuhan curang El, Tuhan mengambil semuanya yang gua sayang termasuk dia El," ucap gadis itu lemah iya sudah tak punya kekuatan untuk berdiri tegak lagi.
"Syuttt, kamu gak boleh gitu Tuhan pasti punya rencana yang indah untuk kamu Ca." Pria itupun membawa gadis itu kedalam pelukkannya. Ia mencoba menenangkannya karena gadis itu mencoba memberontak. Ia membiarkan gadis itu menumpahkan seluruh tangisnya. "Ingat Ca, akan ada pelangi setelah hujan. Akan ada tawa setelah tangis," sambung Pria itu.
"Aku selalu ada buat kamu, dan aku percaya kamu bukan pembunuhnya."
"Kita cari pembunuh itu bareng bareng, aku bakal bantuin kamu, kamu gak bakal sendirian, kamu masih punya aku tenang ya."
Gadis itupun melepaskan pelukan itu, memandang pria didepannya sambil menahan tawa. Pria itupun merasa aneh, siapa yang tak merasa aneh jika dipandang seperti itu.
"Ada apa?" Tanya pria itu dengan bingung.
Gadis itupun menghapus sisa-sisa air mata yang masih ada di wajahnya dengan lengannya. "gak papa si, lucu aja orang kaya lo bisa sebijak itu, hahahaha."
"Dih ngeremehin gua," ucap pria itu seraya mencubit hidung gadis itu.
"Aw,,,aw,,, lepasin El sakit tau!" Gadis itupun terus memukul mukuli tangan yang berada didepannya ini supaya terlepas dari hidungnya.
Akhirnya tangan itu terlepas. "sakit tau El," ucap gadis itu sambil mengusap usap hidungnya yang sudah memerah.
"Gak papa biar mancung."
-pluto-
Ia mengambil gumpalan kertas yang sudah lecek itu dari tasnya. Sebenarnya ia ingin membuang kertas itu tapi ia lupa terus. Hehehehe, ia pun membukanya.
Jangan pernah menjadi seperti pluto ya merkuriusku. Karena jika kamu ikut ikutan jadi pluto nanti siapa yang akan meluluhkanku?
Pluto mu
Seketika setelah Charon membaca tulisan itu tiba tiba saja ingatan-ingatan tentang masa lalu yang kelam itu terus berputar di otaknya Charon seperti kaset kusut. Seolah olah dengan sengaja Tuhan membuatnya mengingat kembali kejadian waktu itu yang ia ingin buang jauh jauh.
"Lo dimana si?gua lagi butuh lo disini, katanya lo selalu ada buat gue?lo dimana El?" Tiba tiba saja cairan bening keluar begitu saja dari kelopak matanya Charon.
"Loh Char?lo kenapa?kok nangis?" Tanya Adara yang baru saja datang membawa sepiring makanan untuk ia makan berdua.
Adarapun mengambil paksa kertas yang berada di tangannya Charon lalu iapun melihatnya. "Sudah Char ikhlasin aja kepergian dia," ucap Adara. Kini mereka berdua berada diapartemennya Adara.
"Gak bisa gitu Char, gua yakin dia masih hidup, gua mau cari dia."
Ntah ada dimana pria itu, pria itu tiba tiba saja menghilang tanpa jenam begitu saja sejak 2 tahun yang lalu. Bahkan polisi saja tidak bisa menemukannya.
Rafael Carlos Alegria seorang pria yang sudah dinyatakan meninggal sejak 1 tahun yang lalu. Sebenarnya Charon tidak percaya kalau Rafael meninggal, karena jasadnya sampai sekarang belum ditemukan.
Tbc...Hai gais😂 kali ini saya sebagai siska mohon maaf atas ketidak jelasan cerita ini. Saya tau banyak yang gak ngerti pasti sama alur ceritanya 😂
So, saya juga sering dijauhin sama temen temen kalo imajinasi saya udah liar kaya gini 😥 katanya takut ketularan gila :v *si ake emang
Dan maaf kalo ada kesalahan dalam ketikan saya dan kesalahan tanda baca dari cerita ini. Karena saya hanya manusia biasa yang tak luput dari dosa😂
Saya selaku siska mohon undur diri 😏 sampai ketemu di part selanjutnya muahh 😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Pluto
FantasyTentang waktu yang berlalu begitu saja meninggalkan luka. Tentang sebuah ingatan yang tak bisa dilupa. (Revisi setelah tamat)