Bab 3 kedatangan pria itu!

25 3 0
                                    

   ketika dian mengerti tentang ke hidupan okta. Dian semakin merubah kehidupannya menjadi seorang yang lebih periang, anak-anak disekolahan pun terlihat heran ketika melihat senyuman Manis dari Dian

"kesambet apaan dia. senyum ke gua." kata erna salah satu anak.

namun dian hanya menganggapnya Angin lalu.

*dikelas*

"pagi okta." sapa Dian.

" pagi juga dian, ada yang berubah dari diri kamu ni." kata Okta sambil menebak.

"oh, sikap kamu an, Ya Allah dian..udah gak kayak dulu lagi. aku bangga sama perubahan ini an." lanjut okta sambil menebak Dian dengan gaya seperti anak kecil.

"aku sadar karena ada cewek yang bilang kepada ku kalau hidup didunia itu gak harus sendiri, karena masih ada banyak orang diluar sana yang masih perduli sama aku. jadi, aku Mencoba merubah diri dan mencoba tidak membuat mereka kecewa." jawab dian sambil memasang senyum di wajah

"sunggu aku terharu." kata okta sambil memeluk erat tubuh Dian.

"kamu benar-benar takut kehilangan aku ya!. lihat di depan sudah ada guru kita lanjutin lagi nanti peluk-pelukannya." kata Dian melonggarkan pelukan hangat itu.

"ih mengapa kamu gak bilang dari tadi?." kata Okta sambil menepuk lirih lengan Dian.

dan mereka berdua pun saling menertawakan diri mereka sendiri.
***

kejadian dikelas tadi membuat kebahagiaan dian semakin bertambah. dan semangatnya untuk berubah semakin membara. langkah kaki Dian menuju ke rumah. Hawa dingin begitu terasa di kulit. rintikan gerimis mulai terasa. Dian mempercepat langkah kakinya menuju istananya. 
    setelah sampai dia melihat dua pasang sandal di depan rumah. terlihat sepasang sepatu lelaki dan sepasang sepatu kecil lucu. dian begitu tak sabar  menengok siapa yang datang kerumah, ketika diambang pintu langkah kaki Dian terhenti. seorang lelaki paruh baya mengenakan baju batik, berkulit coklat sawo dengan senyuman damainya. terlihat dia memangku seorang anak perempuan kecil sekitar berumuran lima tahun. dia Ayah Dian, Lelaki yang membuat Dian patah semangat dan membuat hari-harinya membisu. tiba-tiba hadir, melukai hati dian kembali. Mata yang dipenuhi Amarah menatap tajam kearah lelaki itu. dan Ayah hanya membalas dengan tatapan penuh kasih.

"mengapa kamu datang?, setelah dengan mudah memukul, berteriak dan melayangkan tamparan keras kepada ibu. tidak ada rasa malukah kau! datang kemari dengan membawa anak. anak hasil selingkuhanmu.."  bentak dian penuh kesal terpotong.

ibu menampar Dian "plak"

dian hanya menatap dengan mata memerah dan berair.

"i..ibu membela dia? dia yang menyakiti ibu." kata dian dengan suara bergetar.

"tidak seperti itu nak dia Ayah kamu, dia mencoba untuk berubah nak...." ucap ibu terputus karena dian pergi berlalu.

•••

    dian berlari sekencang mungkin. air matanya tak berhenti mengalir. Air hujan membasahi tubuh nya dan suara guntur beradu dengan emosi Dian yang sudah meledak.

   berhentilah dian di sebuah taman biasa dia duduk termenung. kali ini dian duduk di kursi taman. membiarkan hujan membasahi seragam puti Abu-Abunya. dia tetap menangis dan menjerit dalam keheningan. Ia merasa bingung Apa yang harus dia lakukan.

     tiba-tiba ada seorang lelaki memberi dian perlindungan dibawah payung dan membiarkan  tubuhnya terbasahi oleh Air hujan.

Dian pun mendongak melihat siapa yang memberinya perlindungan dari air hujan.

ketika hujan menjadi bagian cerita {COMPLETE}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang